Sudah nonton trailer film IT di channel YouTube resmi Warner Bros. Pictures? Jika Kamu memiliki fobia atau ketakutan berlebihan pada badut, maka jangan menontonnya, ya! Sebab, tokoh utama film bergenre supernatural horor tersebut adalah seorang badut menyeramkan bernama Pennywise The Dancing Clown, yang sosoknya dijamin membuat Kamu ketakutan dan tidak bisa tidur!

Film IT yang akan dirilis ke bioskop pada 8 September tahun ini, merupakan karya adaptasi dari buku novel Stephen King dengan judul yang sama pada 1986. IT menceritakan tentang badut menyeramkan bernama Pennywise yang meneror anak-anak di kota Maine, Derry. Stephen King berhasil memunculkan sosok Pennywise setelah bertanya kepada dirinya sendiri apa hal yang menakutkan anak-anak, melebihi apapun di dunia ini. Ia pun merasa badut adalah jawabannya.

 

Sudah Muncul Sejak Ribuan Tahun Lalu

Badut lekat dengan pertunjukkan sirkus, perayaan ulang tahun anak-anak, dan taman hiburan. Karakter ini sebenarnya sudah hadir pada tahun 1.500-an di Inggris. Pada abad ke-16, Shakespeare, pujangga asal Inggris, mendeskripsikan badut sebagai karakter bodoh dalam drama-dramanya. Kendati demikian, sejarah menjabarkan bahwa badut dan pelawak merupakan media untuk mengejek atau mengkritik orang-orang yang berpengaruh. Badut menjadi sarana yang aman untuk mengekspresikan segala kejengkelan di masa itu.

Sekarang, makna badut sedikit bergeser menjadi sosok yang menakutkan. Banyak film horor melukiskan karakter badut sebagai tokoh antagonis yang jahat, misalnya dalam cerita IT dan Poltergeist, karya dari Steven Spielberg. Dilansir melalui CNN Indonesia, kasus John Wayne Gacy, yang membunuh setidaknya 33 orang dan mengubur korban-korbannya di rumahnya, yaitu di Chicago, Amerika Serikat, juga memicu ketakutan akan badut. Pasalnya, John kerap muncul di pesta ulang tahun anak-anak sebagai Pogo the Clown. Ia juga senang melukis gambar-gambar badut. Akhirnya, hubungan antara badut dengan perilaku psikopat tertanam di alam bawah sadar orang-orang.

 

Mengapa Badut Ditakuti?

Mungkin Kamu heran mengapa ada sebagian orang yang takut atau fobia terhadap badut. Tetapi, ternyata ini ada penjelasan dari sisi psikologisnya, lho! Dikutip melalui Merdeka.com, berikut 4 alasan mengapa badut dianggap menyeramkan oleh segelintir orang.

 

1. Makeup wajahnya bikin tidak nyaman

Makeup badut biasanya sama, yaitu berwajah putih dengan senyuman besar di mulutnya. Alih-alih menghibur, riasan ini membuat sebagian orang yang melihatnya menjadi kurang nyaman. Dokter Jordan Gaines Lewis dalam Psychology Today juga menyerukan hal yang serupa. Menurutnya, senyuman besar yang terdapat di wajah badut membuat orang kesulitan untuk menangkap emosi mereka yang sesungguhnya. Alhasil, sebagian orang jadi merasa kurang nyaman dan terganggu akan ekspresi serta kehadiran badut.

 

2. Penampilannya aneh

Dalam artikel ilmiah Scientific American, badut disebut sebagai ‘pengecoh’. Segalanya tentang badut, mulai dari riasan, pakaian, dan aksesorinya, dianggap berlebihan dan tidak sesuai dengan norma di masyarakat. Mereka pun dinilai bisa melakukan apapun, di luar prediksi orang-orang.

 

3. Kelihatan asing

Penelitian mengungkapkan bahwa manusia pada dasarnya takut terhadap sesuatu yang asing. Ini dibuktikan melalui studi yang dilakukan oleh seorang dokter bernama Penny Curtis dari University of Sheffield. Ia membuat survei kepada anak-anak berusia 4-16 tahun, yang menginap di sebuah rumah sakit yang bangsalnya dipenuhi oleh gambar badut.

Hasilnya menunjukkan, anak-anak menjadi ketakutan, terutama bagi mereka yang sudah pernah menonton film pembunuhan atau film horor yang menjadikan badut sebagai karakter yang menyeramkan.

Kesimpulan dari penelitian tersebut, anak-anak cenderung menganggap badut sebagai sesuatu yang asing. Mereka lebih senang melihat gambar anak-anak, kucing, atau hal lain yang lebih umum. Sedangkan badut tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori-kategori tersebut.

 

4. Terlalu berlebihan

Psikolog Sigmund Freud mempublikasikan pada tahun 1919 bahwa seseorang dapat merasa takut dengan sesuatu yang umum namun tidak umum dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, seseorang terkadang merasa tidak nyaman melihat orang lain yang lengannya diamputasi, atau lain sebagainya.

Teori tersebut kemudian dihubungkan dengan sosok badut oleh Profesor Steven C. Schlozman dari Harvard. Badut, jelasnya, memiliki bentuk tubuh yang serupa dengan manusia biasa. Akan tetapi, sosok badut melebih-lebihkan dirinya, seperti hidung besar berwarna merah, mengenakan sepatu yang amat besar, serta memiliki senyum yang lebar, dengan disengaja. Walaupun itu merupakan hal yang normal dilakukan oleh semua badut, pada sebagian orang hal tersebut dianggap tidak lumrah dan menimbulkan ketidaknyamanan.