Seorang anak akan bertumbuh dan berkembang. Tumbuh itu merujuk pada penambahan berat dan tinggi badan, sedangkan perkembangan lebih pada kecerdasannya. Mums pastinya sudah paham, ada banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak.

 

Dua yang terpenting adalah faktor genetik dan lingkungan. Nutrisi, stimulasi, dan kasih sayang termasuk dalam faktor lingkungan, yang bisa diupayakan maksimal oleh orang tua agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.

 

Dokter anak konsultan tumbuh kembang dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Prof. dr. Rini Sekartini, SpA(K)., menjelaskan tentang tiga kebutuhan pokok anak.

 

Pertama, kebutuhan fisis biologis, termasuk di dalamnya pemenuhan gizi dari makanan sehari-hari. Kedua, rangsangan atau stimulasi untuk mengasah tumbuh kembangnya, dan ketiga kasih sayang secara penuh dari orang tua.

 

Baca juga: Apa Saja 6 Aspek Perkembangan Anak di Usia Dini? 

 


“Kebutuhan makan seorang anak adalah 5-6 kali sehari, yaitu tiga kali makan berat dan dua kali snack di sela makan berat. Sarapan sangat penting, agar makan siang anak tidak berlebihan dan selalu ada snack sehat di antara makan.” jelas Prof. Rini dalam acara Peluncuran Susu Curcuma Plus, yang diselenggarakan oleh Soho Global Health, di Jakarta, 19 Oktober 2018.

 

Namun, ada anak yang susah makan atau pilih-pilih makanan, sehingga menyulitkan orang tua memenuhi kebutuhan gizinya. Kadang kala anak hanya mau makan makanan tertentu saja yang ia sukai. Picky eater adalah istilah untuk anak yang susah makan karena terlalu pemilih. Bagaimana ya Mums, solusinya? 

 

Bedakan antara Picky Eaters dan Selective Eaters

Dalam periode tumbuh kembangnya, kata Prof. Rini, hampir semua anak pernah mengalami fase pilih-pilih makanan. Sebenarnya ini yang disebut food preference, yaitu anak hanya mau makan makanan tertentu. Spektrum food preference itu sangat luas, mulai dari picky eater sampai selective eaters. Food preference yang normal terjadi pada fase perkembangan anak adalah neofobia atau penolakan terhadap makanan baru.

 

"Tanda-tandanya antara lain selalu menutup mulut ketika disuapi atau memuntahkan makanan. Si Kecil kadang hanya mau makan satu jenis makanan saja. Meskipun normal, jika berkelanjutan tentu tidak baik,” jelas Prof. Rini.

 

Anak disebut picky eater jika ia mau mengonsumsi berbagai jenis makanan, baik yang sudah maupun yang belum dikenalnya, tetapi menolak mengonsumsi dalam jumlah yang cukup. Selain jumlah yang tidak cukup, picky eater pun berhubungan dengan rasa dan tekstur makanan.

 

Walaupun pilih-pilih, si Kecil masih mau mengonsumsi minimal satu macam makanan dari setiap kelompok karbohidrat, protein, sayur, buah, dan susu. Sedangkan selective eater kondisinya lebih berat, yaitu ketika anak menolak segala jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu.

 

Baca juga : Pedoman Gizi Seimbang Pengganti 4 Sehat 5 Sempurna 

 
Ada beberapa penyebab anak pilih-pilih makanan, di antaranya:

  1. Paparan makanan usia dini yang tidak sesuai usia atau tidak bervariasi.

  2. Kepribadian anak yang tidak mau mencoba sesuatu yang baru.

  3. Pengaruh lingkungan tempat ia dibesarkan, misalnya orang tua juga suka pilih-pilih makanan atau kebiasaan memaksa anak makan. 

 

“Memberi makan anak jangan dengan paksaan dan berlama-lama. Maksimal 30 menit selesai maupun tidak selesai,” jelas Prof. Rini. Artis Nagita Slavina pun mengakui pernah mengalami kendala saat anaknya, Rafathar Malik Ahmad, menolak makan. Artis cantik yang akrab disapa Gigi ini bercerita, Rafathar yang saat ini sudah memasuki usia 3 tahun hanya mau minum susu saja.

 

"Enggak mau makan nasi, enggak mau semuanya, maunya susu aja karena sudah kenyang susu," ucap Nagita yang ditunjuk sebagai Brand Ambassador Susu Curcuma Plus. Tak ingin tumbuh kembang Rafathar terganggu, istri Raffi Ahmad ini pun lantas mencari informasi dengan membaca dan berkonsultasi kepada dokter. Dari situ ia mengetahui bahwa keinginan anak tak bisa dipaksakan.

Baca juga: Tips Menyiapkan MPASI Tanpa Ribet

 

Cara Menangani Anak yang Suka Pilih-pilih Makanan

Profesor Rini menegaskan, orang tua harus menjadi contoh bagi si Kecil dalam kebiasaan makan yang baik, yaitu dengan makan bervariasi. Saat anak masih kecil, orang tua memegang kendali penuh atas anak dalam hal kebiasaan makan. 

 

“Selalu ciptakan kebiasaan makan dengan suasana menyenangkan dan tidak terburu-buru. Untuk anak, kasih makanan porsi kecil, dan paparkan makanan baru berulang kali. Orang tua jangan marah dan panik. Tetap tenang menghadapi anak yang pilih-pilih makan. Lihat apakah pertumbuhannya bagus dan sering sakit apa enggak.” jelas Prof. Rini.

Untuk memastikan tumbuh kembang anak tidak terganggu, maka selain makanan jangan lupa pantau kesehatan lainnya mulai dari jadwal imunisasi, kebutuhan tidur harus cukup, dan kebutuhan stimulasi anak yang mungkin terabaikan.

Psikolog Tari Sandjojo, Psi., menambahkan orang tua juga harus memerhatikan referensi makan anak dan jangan memaksakan kehendak. Jika anak tidak suka bayam, jangan paksa makan bayam, karena masih banyak sayuran dengan kandungan gizi setara bayam.

 

“Ingat, sabar adalah kuncinya. Sabar dalam mengenalkan menu baru yang mungkin ditolak anak. Kenalkan pelan-pelan. Biasanya anak akan makan kalau lapar, kok. Agar tidak bosan, berikan variasi makan yang berbeda."

 

Seperti yang dilakukan Gigi, Ia mulai mencari solusi dengan mengganti menu makanan untuk menarik perhatian sang Anak. Sebagai contoh, ia kerap membuat jus dengan mencampur sayur dan buah-buahan, atau menghias menu agar menarik. "Aku coba mengenalkan macam-macam bentuk makanan dari buku cerita. Terus, aku kenalkan rasanya. Aku juga paling senang mencoba makanan baru," kata Gigi.

 

Gigi bercerita aktivitas Rafathar yang dimulai dengan sarapan pada pukul 07.30 pagi, dilanjutkan makanan ringan sebagai bekal untuk dimakan saat sekolah. Siang hari sebelum tidur, Rafathar akan makan siang dan makan malam pada pukul 18.00. Menunya bervariasi, mulai dari telur, roti, daging dan udang kesukaan Rafathar.

 

Baca juga: Manfaat Keju Sebagai Camilan si Kecil 

 

Nah Mums, tidak perlu panik kalau si Kecil menolak makanan tertentu. Karena di periode tertentu fase tumbuh kembangnya, hal ini normal terjadi. Mums harus memberikan contoh dengan menyajikan makanan yang bergizi seimbang dan bervariasi dalam menu keluarga. Diharapkan, si Kecil akan terbiasa dengan menu rumahan dan tidak pilih-pilih lagi. Biasanya fase picky eater akan selesai di usia pra-sekolah. (AY/AS)