Hayo, akui saja pasti Geng Sehat suka selfie, kan? Jangankan wanita, pria pasti pernah selfie meski tidak sesering wanita. Di era yang serba canggih seperti sekarang, manusia memang dipermudah untuk mengambil gambar menggunakan kamera di handphone. Apalagi, handphone saat ini sudah dilengkapi dengan kamera depan, yang memudahkan Kamu untuk mengambil foto diri sendiri alias selfie.

 

Kebiasaan melakukan selfie sebenarnya bukan hal yang baru. Namun sebelum handphone dilengkapi dengan fasilitas kamera depan, banyak orang-orang yang merasa kesulitan saat hendak mengambil foto dirinya sendiri melalui kamera di bagian belakang handphone. Karenanya, produsen-produsen handphone berlomba-lomba membuat inovasi untuk membantu para konsumennya mengambil foto.

 

Sayangnya, selfie berlebihan justru dapat menandakan kondisi kejiwaan seseorang terganggu. Bertepatan dengan No Selfie Day pada 16 Maret mendatang, Gue Sehat akan membahas arti selfie berlebihan, yang dikaitkan dengan gangguan mental.

 

Seseorang bisa saja terobsesi untuk melakukan selfie terus-menerus. Kondisi ini membuat ia terdorong untuk memotret dirinya sendiri dan diunggah di media sosial. Dilansir dari mymodernmet.com, sebuah penelitian yang dilakukan pada 2014 menjelaskan bahwa selfie adalah penyakit mental. Namun, ada pihak yang membantah dan menyatakan bahwa berita itu hoax.

Baca juga: Manfaat Sering Bicara pada Diri Sendiri

 

Namun setelah diteliti kembali dan dilakukan pembaruan data, sebuah artikel yang dipublikasikan oleh International Journal of Mental Health and Addiction, mengungkapkan bahwa ada 2 penelitian yang menyatakan kalau obesesi melakukan selfie secara terus-menerus adalah kelainan mental.

 

Janarthanan Balakrishnan dari Thiagarajar School of Management in Madura, India, dan Mark D. Griffiths dari Nottingham Trent University in Nottingham, Inggris, melakukan penelitian terhadap perilaku 600 siswa dan siswi univertas di India, dengan usia rata-rata 20 tahun.

 

Mereka menganggap orang-orang dengan usia tersebut sedang mengalami fenomena tersebut. Kemudian, mereka mengembangkan Selfitis Behavior Scale (SBS). SBS dipecah menjadi beberapa subkategori, untuk menunjukkan alasan mengapa mereka melakukan selfie.

 

Mengapa Sering Selfie Dianggap Mengalami Gangguan Mental?

Melakukan selfie yang dilakukan secara rutin, terus-menerus, dan lebih dari 3 foto sehari berarti memiliki keinginan kompulsif obsesif untuk memotret diri sendiri dan mengeksposnya di media sosial, merupakan cara untuk menutupi kurangnya rasa penghargaan terhadap diri sendiri.

 

Ada 3 tingkatan bagi penderita gangguan mental selfie, yaitu akut (acute), kronis (chronic), dan garis batas (borderline). Terdapat faktor yang paling menentukan mengapa orang melakukan selfie, di antaranya tingkatan sosial, persaingan sosial, mencari perhatian, mengubah mood, meningkatkan kepercayaan diri, dan kesesuaian sosial.

 

Setelah itu, peneliti menemukan dari 400 mahasiswa, sekitar 34 persennya berada di garis batas, 40,5 persen mengalami selfie akut, dan 25,5 persen mengalami selfie kronis. Uniknya, pria memiliki tingkat selfitis yang sedikit lebih tinggi, yaitu 57,5 persen, dibandingkan dengan wanita yang hanya 42,5 persen.

 

Semakin muda usia partisipan, maka semakin tinggi kecenderungan untuk melakukan selfie. Hanya sedikit partisipan yang berusia 16–20 tahun, tetapi rentang usia tersebut banyak yang terobsesi melakukan selfie.

 

Ketika mencapai usia 25 tahun, ketertarikan untuk melakukan selfie langsung menurun drastis. Untuk mengetahui bagaimana tingkatan selfitis dalam dirimu, mari cek menggunakan skala SBS!

 

Faktor 1 : Tingkatan Sosial

  • Selfie membuatmu merasa lebih baik dan bisa menikmati lingkungan sosialmu.
  • Kamu bisa mengekspresikan diri lebih bebas melalui selfie.
  • Melakukan selfie memberikan kenangan yang lebih baik.
  • Selfie menjadi kebanggaan di masa depan.

 

Faktor 2 : Kompetisi Sosial

  • Berbagi foto selfie menciptakan kompetisi sehat dengan teman maupun kerabat.
  • Mengambil beberapa pose selfie membantu meningkatkan status sosial.
  • Memposting selfie secara bertahap untuk mendapatkan ‘likes’ dan komen di media sosial.
  • Menggunakan aplikasi edit foto untuk memperlihatkan bahwa selfie yang Kamu ambil lebih baik daripada orang lain.
Baca juga: 6 Hal Sederhana untuk Menjaga Kesehatan Mental