Difteri merupakan penyakit serius yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheria, yaitu jenis bakteri gram positif. Bakteri ini menyebabkan toksin (racun), yang menghasilkan lapisan tebal di bagian belakang hidung atau tenggorokan. Alhasil, penderita jadi sulit bernapas atau menelan. Lapisan ini bisa menjadi sangat tebal, sehingga menghalangi jalan napas dan menyebabkan penderita kesulitan untuk bernapas, bahkan menyebabkan kematian.

 

Gejala Difteri

Lapisan yang terbentuk menempel pada sistem pernapasan dan menghasilkan racun yang bisa menyebabkan:

  • Sakit tenggorokan parah.
  • Demam sampai 38°C.
  • Muncul selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening yang ada di leher (bullneck).
  • Lemah.
  • Kadang disertai sesak napas.

 

Racun ini juga bisa masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan saraf. Selain itu, difteri dapat menyebabkan lesi kulit yang mungkin menyakitkan, merah, dan bengkak. Gejala biasanya muncul 2-4 hari setelah infeksi.

Baca juga: Saya Perlu Vaksin Difteri Tidak, Ya?

 

Cara Penularan Difteri

Difteri menular dari orang yang terinfeksi ke orang lain, melalui percikan saliva yang keluar saat batuk atau bersin. Jarang sekali ditemukan menular lewat lesi (luka) kulit yang terbuka dari penderita difteri atau lewat benda, seperti mainan yang terkontaminasi bakteri difteri.

 

Seseorang yang tidak mendapatkan pengobatan antibiotik dapat menularkan penyakit kira-kira 2 minggu setelah infeksi. Selain itu, mereka yang tidak mengalami gejala tetapi hanya membawa (carrier) bakteri difteri, dapat menularkan bakteri tersebut hingga empat minggu kemudian.

 

KLB (Kejadian Luar Biasa)

KLB difteri muncul dikarenakan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah. Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap difteri. Pasalnya, kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya. Akhir-akhir ini di beberapa daerah di Indonesia, muncul penolakan terhadap imunisasi.

 

Suatu wilayah dikategorikan KLB apabila terdapat satu kasus difteri yang dinyatakan positif secara laboratorium. Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan sampai dengan November 2017, sebanyak 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi telah melaporkan adanya kasus difteri.

 

Sebanyak 11 provinsi telah melaporkan, terjadinya KLB difteri periode Oktober-November 2017 yaitu di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Menurut data epidemiologis, KLB difteri telah mendeteksi 907 kasus dengan 44 orang meninggal dunia. Kasus tersebut berasal dari laporan 164 kota dari 29 provinsi.

 

Penanggulangan KLB difteri dilakukan dengan menyelenggarakan ORI (Outbreak Response Immunization), yaitu dengan mengimunisasi penduduk yang tinggal di sekitar penderita, dimulai dari mereka yang kontak langsung atau tinggal serumah.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Mendapatkan Vaksin Influenza!

 

Sasaran ORI dibatasi pada usia 1 tahun sampai kurang dari 19 tahun. ORI ini diselenggarakan di 12 kabupaten atau kota di 3 provinsi (DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat), dengan sasaran sebanyak 7,9 juta anak. Bagi orang dewasa, dapat memperoleh imunisasi dengan biaya mandiri.

 

Imunisasi

Meskipun tergolong penyakit menular dan berbahaya, difteri masuk dalam golongan penyakit yang dapat dicegah yaitu dengan imunisasi. Vaksin untuk imunisasi difteri ada 3 jenis, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda.

 

Imunisasi difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib, dengan jarak per 1 bulan. Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-Hib, pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1 diberikan 1 dosis vaksin DT, pada murid kelas 2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas 5 diberikan 1 dosis vaksin Td.

 

Semoga setelah membaca tulisan di atas, Geng Sehat semakin menambah pengetahuan tentang difteri, ya! 

Baca juga: 5 Tips Sukses Vaksin MR

 

8 tips menghindari sakit di musim pancaroba - guesehat.com

 

Referensi:

https://www.cdc.gov/diphtheria/about/causes-transmission.html

http://www.depkes.go.id/article/view/17120500001/-imunisasi-efektif-cegah-difteri.html

http://www.depkes.go.id/article/view/17121200001/ini-makna-klb-difteri.html