ebagai seorang ibu yang memutuskan untuk memberikan ASI eksklusif kepada buah hati, masalah terkait suplai ASI kadang menjadi masalah yang cukup pelik buat saya. Selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, makanan sekaligus minuman yang ia konsumsi hanyalah ASI, tanpa tambahan makanan atau minuman lain. Jadi sudah pasti, ASI harus tersedia kapanpun sang Bayi membutuhkannya.

 

ASI saya baru keluar kurang lebih di hari kedua setelah melahirkan. Muka sang Bayi yang selalu tampak puas kala sudah kekenyangan menyusu menjadi penyemangat saya untuk terus dapat memberikan ASI kepadanya.

 

Saat masih cuti melahirkan, boleh dibilang produksi ASI saya banyak, bahkan berlebihan. Maksudnya, jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh bayi. Semua ‘kelebihan’ tersebut saya simpan dalam bentuk ASI perah, yang dibekukan melalui metode pumping. Tujuannya untuk persediaan ASI kala saya sudah aktif bekerja kembali dan mencegah mastitis!

 

Mengakhiri periode cuti melahirkan dengan satu freezer full ASI perah bervolume per kemasan antara 120-150 mL, membuat saya sungguh yakin bahwa saya akan melewati masa ASI ekslusif tanpa kendala yang berarti. Toh, pasokan ASI selama ini selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan anak saya.

Baca juga: Bolehkah Ibu Menyusui Minum Obat?

 

Namun, semua keyakinan itu buyar di minggu pertama saya kembali bekerja di kantor. Sekeras apapun usaha saya untuk pumping dengan frekuensi yang saya inginkan, kenyataan berkata lain. Jadwal kerja yang padat membuat frekuensi pumping menjadi sedikit, demikian pula volume ASI yang saya bawa pulang.

 

Stok ASI perah yang tadinya memenuhi freezer pun lama-lama harus berkurang, karena kebutuhan anak saya yang cukup tinggi akan ASI selama saya di kantor. Bahkan di satu titik, saya pernah mengalami hanya ada 2 kantong ASI perah saja di freezer saya. Paniknya tidak terlukiskan!

 

Saat itulah saya mencoba berbagai makanan dan minuman yang didapuk sebagai booster ASI, alias dapat meningkatkan produksi ASI. Semata-mata demi menjamin bahwa anak saya dapat terus mendapat ASI hingga 6 bulan, syukur-syukur lanjut hingga 2 tahun.

 

Saat ini, ada banyak sekali pilihan makanan dan minuman yang bersifat sebagai booster ASI. Karena saya sudah pernah mencoba beberapa di antaranya, berikut saya berikan pengalaman saya kepada Mums semua!

 

1. Daun katuk

Mums pasti setuju kalau daun katuk adalah makanan yang secara turun temurun dipercaya sebagai booster ASI di Indonesia. Daun katuk adalah hal pertama yang disarankan oleh semua orang tua di keluarga besar saat saya bercerita soal produksi ASI yang berkurang.

 

The good news is, penggunaan daun katuk sebagai booster ASI bukanlah hanya berdasarkan pengalaman alias empiris belaka. Sudah ada beberapa penelitian ilmiah yang menyelidiki efek konsumsi daun katuk pada ibu menyusui dan efeknya pada produksi ASI. Hasilnya, memang daun katuk terbukti meningkatkan produksi ASI!

 

Biasanya, daun katuk diolah menjadi sayur ataupun jus untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui. Namun di zaman yang serba modern ini, Mums bisa mendapatkan ekstrak daun katuk dalam beberapa suplemen pelancar ASI, yang tentunya aman karena sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Baca juga: Ternyata Menyusui Dapat Menurunkan Risiko Terkena Kanker!

 

Buat saya pribadi, daun katuk ini tidak meningkatkan ASI secara signifikan. Mungkin karena kuantitas yang saya konsumsi kurang banyak. Maklum, mencari daun katuk segar cukup sulit di daerah tempat saya tinggal. Suplemen ekstrak daun katuk pun bukan menjadi pilihan saya, karena setelah mengonsumsi suplemen tersebut saya merasa urine saya jadi berbau.

 

2. Daun bangun-bangun

Daun bangun-bangun bernama Latin Plectranthus amboinicus sin. Coleus amboinicus juga salah satu kekayaan hayati lokal, yang banyak digunakan sebagai peningkat produksi ASI, khususnya oleh suku Batak.

 

Saya sendiri belum pernah mengonsumsi daun bangun-bangun segar, karena tidak bisa menemukannya di daerah tempat tinggal saya. Namun, saya menemukan penjual jus daun bangun-bangun di online shop. Rasanya cukup lumayan, tidak sepahit yang saya kira. Untuk efek produksi ASI sendiri, sekali lagi karena saya hanya sesekali mengonsumsinya, saya kurang merasakan efeknya.

 

3. Chia seeds

Chia seeds adalah biji dari tanaman dengan nama Latin Salvia hispanica. Tanaman ini bukanlah tanaman yang sering dijumpai di Indonesia, namun biji chia yang berbentuk oval, kecil, dan berwarna kehitaman ini banyak dijual di Indonesia. Biji chia kaya akan asam lemak dan omega-3, yang selain dapat meningkatkan produksi ASI, juga baik untuk perkembangan otak bayi.

 

Saya sendiri bukan penggemar chia seeds, tetapi salah satu kolega saya di kantor sangat menggemari chia seeds ini sebagai booster ASI. Ia biasa menaburkan chia seeds di minuman dan makanan yang ia santap. Menurutnya, produksi ASI-nya meningkat secara signifikan sejak ia rutin mengonsumsi chia seeds!

 

 

4. Fenugreek seeds

Biji-bijian lain yang juga secara empiris banyak digunakan sebagai booster ASI adalah biji fenugreek. Fenugreek adalah tanaman dengan nama Latin Trigonella foenum-graecum dan berasal dari Asia Selatan. Di Indonesia, biji fenugreek cukup jarang dijumpai di pasaran.

Baca juga: Amankah Menyusui saat Hamil?

 

Namun tidak usah khawatir, biji fenugreek menjadi komposisi dari banyak booster ASI, baik dalam bentuk kapsul, teh celup, bahkan kue kering! Saya pernah mencoba salah satu teh pelancar ASI yang mengandung biji fenugreek ini. Rasanya cukup enak dan produksi ASI cukup memuaskan, asalkan dikonsumsi secara teratur.

 

5. Almond dan olahannya

Nah, tibalah kita di booster ASI favorit saya: almond dan olahannya! Susu almond dan kacang almond panggang adalah dua olahan almond yang rutin saya konsumsi. Karena rasanya paling cocok dengan lidah saya, pun efeknya kepada produksi ASI sangat luar biasa!

 

Untuk susu almond, saya paling cocok menggunakan raw almond milk dibanding susu dalam kemasan karton produksi pabrik. Mungkin karena kandungan nutriennya masih lebih lengkap. Berdasarkan pengalaman saya, setelah konsumsi almond, ASI saya menjadi lebih kental dari biasanya. Anak saya pun cepat kenyang. Mungkin hal dipengaruhi oleh kandungan lemak nabati yang ada dalam kacang almond!

 

Nah Mums, itulah dia macam-macam pilihan booster ASI yang dapat dicoba. Tentunya setiap Mums punya pilihan masing-masing. Dan menurut saya, booster ASI sifatnya cocok-cocokan. Booster ASI yang cocok untuk seorang Mums mungkin tidak ‘mempan’ untuk Mums lainnya, demikian pula sebaliknya. Trial and error memang dibutuhkan untuk tahu manakah yang paling cocok untuk Mums.

 

Jangan lupa, booster terbaik adalah stimulasi menyusui. Jadi, tingkatkan frekuensi menyusui, baik secara langsung maupun pumping, agar produksi ASI tetap terjaga! Salam sehat!