Di era penggunaan aplikasi bertukar pesan seperti WhatsApp sekarang ini, kita kerap disodori pesan panjang yang dibagikan di grup dengan hanya diberi keterangan 'copas dari sebelah'. Mirisnya, sebagian dari kita karena merasa takut, ikut membagikannya ke grup lain. Alhasil, bukannya berbagi pengetahuan, yang ada kita malah ikut menyebarkan kebohongan sekaligus jadi dosa, deh.

 

Salah satu yang sering banget disebarluaskan adalah hoax-hoax tentang obat dan makanan, mulai dari beras plastik, makanan yang bisa terbakar, makanan nonhalal, dan lain-lain. Bahkan kalau kita perhatikan, isu-isu tersebut jadi abadi dan akan kita dapati lagi di grup WhatsApp setiap 3 bulan.

Baca juga: Fakta Menarik Seputar Obat Suntik

 

Nah, agar tidak menambah kehebohan dan bikin dosa, hoax-hoax terkait obat dan makanan sebenarnya bisa dilihat klarifikasinya di website Badan POM, yaitu instansi yang diberi wewenang untuk mengurusi obat dan makanan di Indonesia. Berikut ini adalah 4 berita hoax perihal obat dan makanan paling populer yang telah diklarifikasi oleh Badan POM.

 

1. Beras Mengandung Plastik

Isu ini diawali dengan temuan di sebuah pasar yang dibagikan di media sosial, kemudian menjadi viral. Kenyataannya, beras yang mengandung plastik itu tidak ada. Beritanya kemudian berkembang lagi dengan video nasi yang bisa dipantul-pantulkan dan katanya mengandung plastik.

 

Menurut Badan POM, pengujian terhadap beras yang dimaksud hasilnya negatif. Badan POM juga menambahkan bahwa konsumen perlu tahu bahwa pada dasarnya tekstur nasi dipengaruhi oleh komposisi komponen penyusun pati yang ada dalam butir peras, yakni amilosa dan amilopektin. Nah, tekstur lengket dan pulen dari nasi itu dipengaruhi oleh kadar amilopektin, sehingga nasi dapat dikepal seperti bola.

 

2. Makanan Menyala Kalau Dibakar = Mengandung Plastik

Isu ini marak di Facebook. Dalam video, tampak orang-orang yang terlihat profesional membakar biskuit dan menyatakan bahwa biskuit itu terbakar karena mengandung plastik. Video semacam ini viral dalam beberapa periode alias hoax yang berulang.


Badan POM telah memberikan penjelasan bahwa produk pangan yang memiliki rantai karbon dan berkadar air rendah, apalagi yang tipis serta berpori, seperti biskuit, bihun, kerupuk, dan yang sejenisnya, memang akan menyala jika disulut api. Produk pangan tertentu yang sekadar menyala tentunya tidak dapat dinyatakan mengandung plastik tanpa melalui pengujian laboratorium.

 

3. Menguji Beras Memakai Obat Luka

Broadcast soal ini beredar di WhatsApp dengan menyebut nama obat luka yang mengandung povidone-iodine. Katanya, pengujian dengan obat luka tersebut akan memberikan warna tertentu, yang berarti terdapat kandungan bahan kimia di dalamnya.


Padahal menurut Badan POM, beras sendiri memang memiliki kandungan utama berupa amilum, yaitu senyawa karbohidrat kompleks yang dihasilkan dari tumbuhan. Sifatnya adalah tidak larut air, berbentuk bubuk putih, serta tidak berbau.

Baca juga: Obat Herbal atau Obat Kimia, Mana yang Lebih Baik?


Nah, salah satu cara deteksi kandungan pati adalah menggunakan larutan iodin, yang notabene ada dalam obat luka tersebut. Jika sampel pangan mengandung pati ditambahkan iodin, akan terjadi reaksi polisakarida (pati) dengan iodin yang akan membentuk rantai poliiodida berwarna biru kehitaman.

 

Semakin pekat warna biru kehitaman ini, artinya semakin panjang rantai polisakarida alias semakin banyak pula pati dalam kandungan pangan tersebut. Jadi bukan karena pemutih lho, ya.

 

4. Garam Mengandung Kaca

Ini hoax yang baru beredar di Surabaya. Badan POM sendiri telah mengeluarkan klarifikasi terkait hal ini. Katanya, dalam proses pembuatan garam ada kristalisasi yang terwujud dalam kristal NaCl berbentuk kubus.

 

Saat dihaluskan, kristal ini akan pecah serupa pecahan kaca. Badan POM sendiri juga menyebutkan bahwa telah melakukan pengujian laboratorium terhadap merek-merek garam konsumsi yang diisukan mengandung pecahan kaca. Hasilnya? Semuanya larut sempurna, tidak ada pecahan kaca.

 

Nah, lain kali jika kita menemukan ada broadcast tentang isu obat dan makanan, penting untuk kita melakukan cek ulang terhadap informasi-informasi yang ada sebelum meneruskan ke teman-teman di grup lain. Berbagi kebohongan itu selain dosa tidak menyehatkan, lho. Salam sehat!

Baca juga: Bahaya Mengonsumsi Obat Warung Terlalu Sering