Bulan Juni kita memperingati Hari Keluarga. Inilah saatnya mengevaluasi kembali makna sebuah keluarga. Kira-kira bayangan keluarga modern saat ini seperti apa sih menurut Geng Sehat? Sayangnya gambaran sebuah keluarga harmonis saat ini adalah kebersamaan tanpa interaksi. Lihat saja di area publik, saat satu keluarga berkumpul, kebanyakan asyik memegang gawai (gadget) masing-masing. Ayah, ibu, dan anak-anaknya nyaris tenggelam dalam dunia maya mereka masing-masing.

 

Hal itu juga diakui oleh psikolog keluarga Feka Angge Pramita, M.Psi., dari Klinik Anakku saat ditemui di Jakarta (31/5) lalu. “Masalah paling kompleks tentang keluarga saat ini adalah minimnya waktu interaksi antara anak dan orang tua. Dan, fenomena ini tidak hanya terjadi di kota besar, bahkan merambah sampai ke desa-desa,” jelasnya. 

 

Penyebab berkurangnya interaksi tersebut, tambah Feka, adalah screen time atau waktu bermain layar (baik smarthpone, komputer maupun televisi) yang mengambil alih komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga, terutama orang tua ke anak-anak.

Baca juga: Gadget untuk si Kecil, Perlukah?
 

Mengapa layar merusak?

Secara kodrat, manusia adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan, manusia membutuhkan interaksi dengan sesama manusia. Karena saat berinteraksi itulah kita belajar membaca gestur dan emosi. Anak akan mulai belajar membaca emosi marah, takut, atau senang. Ada sekitar 370.000 variasi emosi yang bisa dipelajari. Bisa dibayangkan jika si Kecil kehilangan momen berharga itu akibat layar ya, Mums!

 

Mengenal dan mempelajari emosi tidak dapat dilakukan dengan layar, tetapi harus dengan interaksi dan tatap muka. Ditambah sentuhan lembut seorang ibu saat berinteraksi, anak belajar merasakan dan kemudian terbangun kedekatan dengan ibunya. Anak-anak butuh sosok nyata untuk berinteraksi, yaitu Mums dan Dads, bukan sosok gambar dalam gawainya.

Baca juga: Kids Zaman Now: Tips Jaga Kesehatan Mata bagi Pengguna Gadget

 

Dampak screen time berlebihan pada perkembangan si Kecil

Ketika anak-anak kurang interaksi dengan orang tuanya karena terlalu banyak bermain layar, tentu berdampak pada perkembangannya, terlepas sudah memiliki gangguan tumbuh kembang ataupun tidak. Menurut penelitian, pada anak usia 1-15 tahun yang kecanduan layar, area korteks bagian depan yang berfungsi untuk menganalisis mengalami gangguan. Berbeda dengan orang dewasa yang perkembangan otaknya sudah berhenti. Jadi, screen time tidak terlalu berpengaruh secara signifikan.

 

1. Dampak pada anak usia di bawah 2 tahun

Jika si Kecil sejak usia 2 tahun sudah dikenalkan dengan layar, umumnya smartphone, dapat memengaruhi perkembangan bahasa, kemampuan kognitif, dan tentu saja sosial. Menurut Feka, kemampuan interaksi dan komunikasi sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, motorik kasar maupun halus, dan interaksi sosial. Tiga hal itu tidak akan berkembang jika si Kecil terlalu terpapar dengan layar.

 

Pada anak yang memang sudah diketahui memiliki gangguan perkembangan, misalnya keterlambatan bicara, maka dampak screen time akan lebih berat. Anak semakin sulit berkomunikasi dengan orang lain. Satu-satunya solusi adalah mengurangi screen time, bahkan sebaiknya anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh terpapar layar sama sekali.

 

2. Dampak pada anak yang usianya lebih besar

Untuk anak usia yang lebih besar, misalnya usia sekolah dasar, screen time yang terlalu berlebihan akan membuat ia tidak memiliki kemampuan mengeluarkan pendapat atau berdiskusi dengan temannya. “Biasanya untuk mata pelajaran yang membutuhkan jawaban kalimat-kalimat panjang atau tugas mengarang, nilainya rendah. Hal ini karena kemampuan anak memecahkan masalah dan mengeluarkan pendapat tidak berkembang. Otot-otot halusnya juga lemah, sehingga malas menulis panjang. Anak sudah terbiasa dimudahkan dengan internet dan layar sentuh, yang tinggal scroll saja untuk mendapatkan tayangan atau game yang ia inginkan,” ujar Feka.

Baca juga: Lupakan Gadget dengan Art Journaling

 

Cara meningkatkan interaksi orang tua dan anak

Orang tua lah yang paling bertanggung jawab mengurangi screen time si Kecil. Lakukan hal-hal berikut untuk membangun kembali interaksi dengan anak:

  • Luangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk bermain bersama si Kecil.
  • Cari waktu khusus untuk pergi ke tempat bermain.
  • Menemani anak bermain sesering mungkin.
  • Jangan pernah mengenalkan anak dengan layar sebelum usianya 3 tahun.
  • Batasi penggunaan layar pada anak-anak maksimal 2 jam sehari.

 

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki. Jika Mums dan Dads terlanjur mengenalkan gadget atau semua yang berlayar kepada si Kecil, mulai sekarang secara bertahap dibatasi. Lakukan tips di atas untuk lebih aktif berinteraksi dan bermain bersama si Kecil. (AY/AS)