Komunikasi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, selama unsur-unsur komunikasi itu terpenuhi. Di sisi lain, zaman terus maju dan berkembang pesat. Teknologi yang semula memiliki fungsi sederhana dan memiliki komponen yang sangat menyulitkan, sekarang menjadi lebih multifungsi dengan komponen yang lebih sederhana. Hal ini juga berpengaruh terhadap komunikasi kesehatan, baik itu yang dilakukan oleh dokter, promotor kesehatan, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya.

 

Bila meninjau kembali, komunikasi menurut James A. F. Stoner adalah proses ketika seseorang berusaha memberikan pengertian, dengan cara pemindahan pesan. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk penyampaian informasi, baik secara verbal maupun nonverbal, termasuk melalui teknologi digital. Kata kunci dari komunikasi adalah adanya pesan yang disampaikan pada tujuan. Pesan inilah yang berisi informasi-informasi, baik itu benar ataupun hoax.

 

Dalam Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial, yang memungkinkan setiap mahluk hidup dapat hidup secara sosial-ekonomi. Penggabungan unsur komunikasi dan kesehatan menghasilkan komunikasi kesehatan.

 

Komunikasi kesehatan digolongkan menjadi bagian dari komunikasi antar manusia, yang berfokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok atau masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk menjaga kesehatannya. (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005)

 

Kembali pada pembahasan di paragraf pertama, kemajuan zaman dikenal sebagai zaman digitalisasi atau internet. Dengan berkembangnya teknologi, beragam gawai (gadget) diproduksi dan kecepatan mengakses informasi melalui internet sudah mencapai generasi 4.5G-5G, sehingga informasi menjadi mudah tersebar secara cepat dan luas. Informasi ini termasuk dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan Terbesar di Indonesia

 

Bila kita melihat kenyataan yang ada, sudah banyak perkembangan komunikasi kesehatan yang biasanya hanya dilakukan secara konvensional. Komunikasi antara dokter dan pasien ataupun ketika penyuluhan di lapangan bergeser menjadi konsultasi melalui beberapa situs kesehatan menggunakan internet.

 

Begitu juga dengan artikel dan bahan-bahan yang biasanya diberikan melalui penyuluhan ke lapangan, sekarang berpindah dengan lebih menarik dan praktis melalui YouTube. Bila masih ada yang bertanya apa gerangan yang sedang terjadi, secara tidak sadar mereka terlambat untuk mengetahui bahwa pola pergeseran perilaku telah berubah.

 

Sekarang banyak orang yang memfokuskan diri pada gawainya, untuk selalu daring (online) agar tidak ketinggalan zaman. Bahkan, akhir-akhir ini muncul slogan “Kids Zaman Now” atau keadaan anak-anak zaman sekarang yang sudah melek digital. Mereka malah mungkin lebih fasih daripada orang tuanya.

Baca juga: 4 Berita Hoax Seputar Makanan yang Telah Diklarifikasi BPOM

 

Melihat hal ini, ada 2 hal yang menjadi sorotan. Pertama adalah tantangan bagi dunia kesehatan dalam menggunakan komunikasi kesehatan di era digital. Dan yang kedua adalah peluang serta harapan yang lebih baik bagi komunikasi kesehatan. Dari setiap hal, pasti ada sisi positif maupun negatif, begitupun dengan era digital ini.

 

Bila kita melihat data yang ada, tantangan bagi komunikasi kesehatan adalah banyaknya hoax atau berita bohong yang mudah tersebar secara cepat dan luas di era digital. Mulai dari media sosial hingga laman berita. Kemudian, kesiapan para tenaga kesehatan dan pakar kesehatan dalam menghadapi digitalisasi yang semakin cepat.

 

Semakin mudahnya mengakses internet dan informasi melalui mesin pencari seperti Google, membuat orang-orang bermuara pada mesin pencari di internet ketika ada pertanyaan ataupun permasalahan terkait kesehatan. Akibatnya, ini dijadikan peluang bagi orang-orang jahil untuk memasukkan, mencampuradukkan, dan merekayasa informasi, khususnya tentang kesehatan.

Baca juga: Jangan Abaikan 7 Tanda Masalah Kesehatan Ini!

 

Karena keawaman seseorang tanpa kesiapan ilmu di bidang kesehatan, informasi tersebut langsung dipercaya dan dibagikan lagi melalui jejaring media sosial, baik itu melalui WhatsApp, Facebook, Telegram, dan sebagainya. Data terkait informasi hoax tentang kesehatan ini banyak sekali ditemui. Detik.com menemukan sekitar 40 informasi hoax dan menyesatkan tentang kesehatan.

 

Hal inilah yang jarang menjadi pertimbangan ketika menggunakan internet di zaman digital, tanpa kecukupan ilmu dan kapasitas yang baik. Sehingga, seseorang mudah menerima informasi yang masih belum tentu kebenarannya.

 

Tantangan inilah yang nantinya perlu ditanggulangi oleh para tenaga dan pakar kesehatan. Berbagai cara bisa dilakukan, baik itu dengan menciptakan tim khusus penjaring informasi tidak benar atau hoax  tentang kesehatan, serta menyediakan layanan komunikasi kesehatan yang lebih mudah dipakai dan kredibel dalam mememuhi kebutuhan informasi masyarakat.

 

Maraknya promosi ataupun penjualan melalui digital marketing terkadang juga menjadi masalah dalam komunikasi kesehatan. Terdapat promosi beberapa produk air minum yang dipercaya sebagai air penyembuhan ataupun kosmetik yang diklaim memiliki sejuta manfaat kesehatan bila dipakai, tetapi nyatanya nihil dan tidak menghasilkan hal yang nyata. Pada akhirnya, itu hanya menjadi sugesti atau efek plasebo saja akibat keyakinan yang terlalu tinggi.

 

Tantangan ini memang jarang diperhatikan. Namun ini menjadi ancaman serius ketika semakin banyaknya berita atau informasi kesehatan yang salah, lalu terus disebarkan kepada yang lainnya. Tugas tenaga kesehatan dan pakar kesehatan lah untuk mengomunikasikan informasi seputar kesehatan yang benar. Juga buatlah program-program yang bisa mengedukasi masyarakat terkait kesehatan itu sendiri, agar bisa memahami sudut evidence based dan tabayyun dalam setiap berita yang didapat.

 

Fasilitas seperti Instagram, YouTube, Twitter, Facebook dan lainnya, yang dapat diakses secara daring, bisa menjadi solusi bagi hal-hal tersebut. Khususnya dengan kreativitas yang dikembangkan dan diolah menjadi sebuah infografis ataupun penyampaian informasi kesehatan yang menarik, unik, dan mudah dipahami. Ini akan membuat hal tersebut menjadi viral ataupun mudah dikenal.

 

Hal-hal yang positif dari era digital ini justru bisa menjadi harapan dan peluang, baik sebagai wahana edukasi kesehatan, promosi kesehatan, konsultasi kesehatan, hingga komoditi bisnis melalui kesehatan. Laman yang menyediakan informasi kesehatan pun beragam, termasuk situs-situs berita hingga forum khusus untuk membahas masalah terkait kesehatan. Walaupun di dalamnya belum diketahui apakah diisi oleh orang yang kredibel ataupun tidak.

 

Harapan besar justru berada pada tenaga kesehatan dan pakar kesehatan, untuk meluaskan ilmunya di era digital ini. Bukan hanya membuat sesuatu menjadi viral, tapi menciptakan edukasi kesehatan dan promosi kesehatan bagi para warganet yang selalu terupdate dengan hal-hal yang baru.

 

Ketika sisi pencegahan (preventif) dapat dilakukan secara praktis dan masif menggunakan internet dan memanfaatkan era digital, justru akan memudahkan jalur komunikasi kesehatan untuk mengaplikasikan ilmu. Nantinya, para warganet dan juga “kids zaman now” akan semakin teredukasi, berparadigma, dan berperilaku sehat.

 

Harapan inilah yang dapat menjadi peluang dahsyat bagi kemajuan Indonesia, khususnya melalui bidang kesehatan. Terlebih pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai puluhan hingga ratusan juta orang. Semuanya sudah terkoneksi dengan segala kemudahan yang tersedia di era digital ini.

 

Pada akhirnya, semuanya tergantung dari sisi mana kita memandang. Ketika kita melihat tantangan ini menjadi peluang dan harapan yang besar, maka pemanfaatan era digital akan menjadi lebih baik. Alhasil, masalah bisa menjadi berkah.

 

Kemudahan di era digital bisa menjadi peluang untuk memberikan edukasi kesehatan dan promosi kesehatan. Dengan menyampaikan informasi secara kreatif di status Facebook ataupun berkontribusi dalam forum atau blog kesehatan yang bertanggung jawab, ini dapat memberikan komunikasi kesehatan yang positif.

 

Referensi

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

DetikHealth. 2017. 40 Broadcast Pesan Kesehatan yang Ternyata Hoax. Diakses melalui http://health.detik.com/healthypedia/40-broadcast-pesan-kesehatan-yang-ternyata-hoax/5476/lemon-lebih-hebat-dari-kemoterapi pada Januari 2018

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 diakses melalui http://depkes.go.id pada Januari 2018