Suatu kali saya pernah bertanya kepada salah satu teman yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, mengenai kebutuhan untuk si Kecil, terutama susu bayi. Dari  beberapa poin yang kami bicarakan, salah satunya adalah tentang susu formula.

 

Saya pun mengetahui 1 fakta yang baru. Menurutnya, susu formula buatan Indonesia memiliki kadar gula yang lebih tinggi, sehingga tentunya lebih manis daripada susu formula buatan luar negeri. Saya sendiri belum pernah membandingkan apple to apple, tetapi hal ini cukup masuk akal. Pasalnya, banyak teman-teman saya yang juga berpendapat demikian.

 

Sebenarnya, tidak hanya susu formula saja yang memiliki rasa yang lebih manis. Adik saya adalah penyuka salah satu jenis susu cokelat. Jenis susu ini bisa didapatkan di negara manapun. Pernah suatu kali kami berlibur ke negara tetangga, lalu membeli merek yang sama di negara tersebut. Hasilnya? Less sweet, tetapi tetap dengan zat gizi lain yang sama.

 

Begitu pula dengan sereal yang biasa saya makan di pagi hari. Jenis sereal yang diproduksi di sini memiliki rasa manis yang cukup dominan. Sedangkan jika kita mencoba sereal produksi negara lain, mungkin akan terasa tawar di indra pengecapan kita karena tidak biasa dengan kadar gula yang tidak terlalu tinggi.

 

Bukannya saya mengatakan gula adalah hal yang tidak baik, bukan. Namun, tingginya kadar gula di berbagai produk makanan dan minuman di Indonesia memberikan ambang gula tersendiri bagi kita. Saya pernah membaca mengenai efek gula terhadap otak kita dan akan saya bagikan di sini.

Baca juga: Mengenal Macam-macam Gula yang Dijual di Pasaran

 

 

Dari berbagai penelitian tersebut, disimpulkan bahwa kadar gula yang tinggi akan menjadi kebiasaan tersendiri bagi otak kita. Sampai pada waktu tertentu, gula dalam jumlah tersebut tidak akan memberi ‘kesenangan yang cukup’, dan tubuh akan membutuhkan kadar gula yang lebih tinggi. Ya, untuk beberapa saat setelah rutin mengonsumsi gula, kita bisa saja merasa bahwa dengan jumlah gula yang sama makanan atau minuman tersebut sudah tidak terasa manis lagi.

 

Seperti yang sudah saya pernah bagikan sebelumnya kepada teman-teman, saat ini kita sangat dimudahkan oleh kemajuan teknologi untuk menikmati berbagai jenis makanan dan minuman yang ada. Tidak ketinggalan, berbagai minuman dengan tambahan gula pasir, gula merah, dan berbagai sirup yang tentunya meningkatkan cita rasa bagi minuman tersebut. Padahal tanpa adanya tambahan gula tersebut, minuman tersebut sudah memiliki fungsi yang baik, seperti teh, kopi, dan jus buah.

 

Jadi, bagaimana sih cara saya untuk menghentikan ‘ketergantungan’ gula ini? Yes, selalu turun secara bertahap. Jika biasanya minuman milk tea yang memiliki kadar gula 50-75 persen, mungkin Kamu bisa menurunkannya menjadi 25 persen.

Baca juga: Ini Dia Batas Mengonsumsi Gula Setiap Hari!

 

 

Jika kamu memiliki kebiasaan minum teh manis atau kopi, coba kurangi jumlah gula yang ditambahkan di dalam minuman tersebut sampai akhirnya tidak perlu pakai gula. Bagaimana dengan jus? Buah-buahan mengandung ‘gula’ mereka sendiri yang disebut dengan fruktosa. Jadi, Kamu tidak perlu menambahkan kalori yang tidak perlu ke dalamnya. Selain itu, hindari konsumsi minuman kaleng yang memiliki kadar gula yang cukup tinggi. Perbanyaklah konsumsi air mineral dan kurangi minuman manis.

 

Selain membangun kebiasaan yang sehat, mengurangi konsumsi gula juga dapat menurunkan berat badan, menurunkan risiko diabetes melitus (terutama jika memiliki riwayat keluarga), dan berbagai sindrom metabolisme lainnya. Selagi 2018 baru beberapa hari, yuk jadikan ini sebagai salah satu resolusi tahun 2018 Kamu! Less sugar, please!

Baca juga: Cara Berhenti Mengonsumsi Gula Berlebih