Pengguna kacamata pasti paham, pada suatu saat terpaksa harus melepas kacamata karena tidak mungkin menggunakannya saat berenang atau berlari. Meskipun dibutuhkan untuk mempertajam penglihatan, namun kacamata pada suatu kesempatan dapat mengganggu aktivitas tersebut.

 

Dr. dr. Tri Rahayu SpM(K), dari Pelayanan Lensa Kontak dan Mata Kering, Jakarta Eye Center, di Jakarta (13/11) menjelaskan, fenomena penderita miopia (mata minus) memang meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan di kalangan anak-anak, semakin banyak yang berkacamata.

 

“Khusus pada anak-anak, mereka yang harus melakukan hobi yang memerlukan gerakan cepat misalnya sepakbola, atau balet maka akan kesulitan dengan kacamata, bahkan bisa membahayakan jika kacamata jatuh dan pecah lensanya,” jelas dr. Tri.



Selain itu dari sisi penampilan, kacamata dianggap mengganggu. Para remaja putri terutama tentu ingin tampil cantik tanpa kacamata. Tak jarang remaja yang berkacamata cukup tebal sering menjadi bahan bullying

 

Karena alasan-alasan tersebut, banyak orang yang enggan memakai kacamata, termasuk orang dewasa. Misalnya pekerja yang membutuhkan aktivitas berat seperti pemadam kebakaran, polisi di lapangan, dan profesi lainnya.

 

Sebenarnya ada prosedur mengoreksi mata minus tanpa bedah Lasik yang sudah terkenal itu. Nama prosedurnya adalah Ortho-K. Sebelum Kamu tahu bagaimana prosedur Ortho-K dilakukan, kenali dulu penyebab mata minus.

 

Baca juga: 7 Hal Penting dalam Merawat Kacamata

 

Penyebab Miopia atau Mata Minus

Mata minus dalam dunia medis adalah gangguan refarkasi yang siebut miopia, yakni jika cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh di fokus retina, tetapi di depan retina. Akibatnya saat melihat obyek yang jauh, penglihatan akan kabur (tidak jelas). Agar cahaya jatuh tepat di titik fokus retina, penderita mata minus harus menggunakan lensa minus.

 

Salah satu penyebab miopia adalah aktivitas yang menggunaan penglihatan terlalu dekat. Misalnya menggunakan gadget, mengetik di laptop, atau menonton televisi, dalam jarak dekat dan dalam waktu yang sangat sering.



Prevalensi mata minus, pada dewasa maupun anak-anak usia sekolah, cukup tinggi. Menurut dr. Tri, penelitian yang pernah dilakukan staf dokter mata di FKUI tahun 2010 menemukan 52,78% masyarakat di daerah urban seperti Jakarta dan 20.24% di daerah pedesaan menggunakan kacamata minus. Penelitain lain pada anak SMP di Jakarta, tak kurang 35% murid memiliki mata minus.



“Mata minus harus dicegah agar minusnya tidak semakin tinggi, karena berisiko menyebabkan penipisan retina di mana di retina banyak sekali saraf-saraf optik yang jika teregang sangat berat akan putus dan menyebabkan kebutaan,” jelas dr. Tri. Selain itu, mata minus juga bisa menyebabkan katarak, glaukoma, dan gangguan mata lain yang lebih berat.

 

Baca juga: Tips Memilih Kacamata yang Tepat untuk Anak



Prosedur Mengurangi Mata Minus Tanpa Bedah dengan Ortho-K

 Bagi penderita mata minus yang tidak mau menggunakan kacamata, dan tidak mau menjalani Lasik, bisa mencoba prosedur Ortho-Keratologi (Ortho-K). Ini adalah metode untuk mengoreksi penglihatan pada pengidap mata minus dengan atau tanpa silinder. Keunggulan metode ini adalah tanpa bedah atau tidak melibatkan pisau sama sekali.

 

Ortho-K bisa membuat penderita mata minus terbebas dari kacamata, meskipun sementara. Bagaimana cara kerja Ortho-K ini? Ortho-K adalah prosedur mendatarkan lensa mata menggunakan lensa kontak khusus. Bentuk lensa kontaknya bentuknya berbeda dari lensa kontak biasa. Bentuk lensanya lebih kaku dan datar di tengah dan menonjol di pinggir.

 

Lensa ini dipakai saat tidur, minimal 8 jam. Tujuannya adalah untuk mendatarkan kornea. Ketika penggunanya bangun di pagi hari, maka bentuk korneanya masih datar akibat efek lensa Ortho-K. “Efek kornea yang datar adalah membuat penglihatan menjadi terang karena minusnya hilang, sejak pagi hari sampai sore menjelang malam. Memang efek lensa datar ini hanya sementara. Malam hari lensa dipakai kembali,” jelas dr. Tri.

 

Sebenarnya, lanjut dr. Tri, cara kerja Ortho-K mirip lasik. Lasik adalah prosedur mendatarkan kornea dengan pisau (operasi). Hasilnya lebih permanen. Tetapi prosedur Ortho-K ini benar-benar tanpa bedah.

 

Baca juga: Cozi Lasik, Prosedur Lasik Mata dengan Teknologi Terbaru



Siapa saja Kandidat untuk Ortho-K?

Semua usia bisa menggunakan Ortho-K, selama memiliki mata minus. Sangat dianjurkan bagi anak-anak dengan minus progresif, yakni minus yang cepat bertambah, dan pekerja yang membutuhkan kecepatan dan aktif.



Prosedur Ortho-K namun memiliki keterbatasan, yakni hanya bisa digunakan sampai minus maksimal 6, dengan atau tanpa silinder sampai 2,5. Meski begitu, bagi yang tidak ingin menjalani lasik, dan memiliki minus di atas 6, prosedur ini tetap memberikan manfaat, yakni menipiskan ketebalan kacamata.

 

“Misalnya pasien minus 10, dengan Ortho-K minusnya hanya bisa dikurangi 6, jadi minusnya tinggal 4 dan ia tidak perlu menggunakan kacamata untuk minus 10, cukup minus 4 saja,” jelas dr. Tri.

 

Jadi, prosedur ini rasanya cocok buat mata minus Kamu, jangan takut karena Ortho-K sangat aman. Lensa kontak memiliki daya hantar oksigen tinggi sehingga aman digunakan saat tidur. Materialnya sudah disetujui oleh FDA, dan bahkan dalam ujicoba bisa tidak dibukan sampai 30 hari dan tetap aman.

 

Setelah menggunakan Ortho-K, Kamu harus melakukan cek up ke dokter keesokan harinya, seminggu, dan sebulan sesudahnya. Untuk perawatan harian, Kamu hanya perlu melakukan perawatan rutin, seperti pengguna lensa kontak pada umumnya.

Baca juga: Kenali Perbedaan Mata Minus dan Silinder, Yuk!