Bayi yang baru lahir ke dunia memang memiliki tingkah dan pola hidup yang berbeda dari orang dewasa dan menggemaskan. Bayi tersebut biasanya hanya menghabiskan kebanyakan waktunya untuk tidur dan menyusui pada awal kelahirannya. Kendati demikian, orang tua pasti sering khawatir tentang pola hidup bayi tersebut.

Misalnya saja seperti bayi yang diberikan ASI eksklusif oleh Mums umumnya tidak sering BAB sebagaimana dengan bayi yang diberikan susu formula oleh orang tua. Tidak sedikit pula orang tua yang mengeluh bahwa bayinya sering BAB setelah menyusui. Frekuensi BAB dan tekstur serta warna tinja bayi menjadi perhatian orang tua karena bersangkutan dengan gizi bayi.

Baca juga: Kenali Tanda Bayi Susah BAB

 

Tahapan BAB Pada Bayi

Sekitar lebih dari 24 jam pertama setelah kelahirannya, bayi akan mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kehitaman yang disebut dengan mekonium. Setelah Mums melahirkan, air susu pertama yang keluar disebut kolostrum yang berfungsi untuk membantu bayi mengeluarkan mekonium. Kemudian, semakin sering bayi mendapatkan ASI tinja bayi akan berubah menjadi kekuningan yang lebih lunak kemudian semakin lama bisa berubah menjadi bentuk seperti biji-bijian.

Hingga usia bayi memasuki enam minggu, bayi ASI biasanya akan BAB sekitar 2 hingga 5 kali sehari dah harus diganti sesaat setelah bayi BAB. Setelah kisaran usia tersebut, umumnya bayi akan BAB dengan pola yang hampir sama tiap harinya. Ada yang BAB hanya satu kali sehari namun dengan volume yang lebih banyak atau ada juga BAB yang satu hari dua kali karena asupan makanan yang rutin untuk diberikan ke bayi.

Kondisi yang menyebabkan bayi menjadi sedikit untuk BAB saat sedang ASI karena komposisi ASI lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan nutrisi bayi. Maka dari iru bayi jadi lebih sedikit atau jarang BAB. Bayi ASI yang lebih jarang BAB dianggap normal jika frekuensi buang air kecil dan peningkatan berat badannya tidak bermasalah.

Orang tua juga tidak perlu khawatir jika kondisi bayi sering BAB bahkan sesaat setelah menyusui. Ada pula bayi yang mengalami kondisi tersebut dan itu termasuk hal yang normal. Pada awal kelahiran bayi hingga usia 7 minggu, ASI yang dikonsumsi bayi berfungsi untuk membersihkan sistem pencernaan bayi saat masih ada di rahim Mums. Kemudian ASI akan melapisi sel-sel usus halus yang masih terbuka dengan antibodi dari ASI sehingga terlindung dari risiko alergi serta gangguang pencernaan.

Baca juga: Ini Bahayanya Kalau Kamu Menahan BAB!

 

Faktor yang Mempengaruhi Pola dan Frekuensi BAB pada Bayi

Terdapat perbedaan pola dan frekuensi BAB pada bayi tergantung dengan tahapan asupan makanan yang dikonsumsi bayi, diantaranya:

  1. ASI

Bayi yang mengonsumsi ASI biasa bisa BAB setiap 3 hingga 5 kali sehari, bahkan ada pula kasus yang mengatakan bahwa bayinya hanya BAB 1 kali selama dua hari. Kondisi itu normal karena pemberian ASI yang konsisten. Jika konsistensi feses bayi lunak dan tidak keras maka hal ini normal. Namun jika bayi yang jarang BAB dengan susu formula biasanya memiliki konsistensi feses yang keras

  1. MPASI

Makanan akan mempengaruhi pola dan frekuensi BAB pada anak yang baru saja mendapat MPASI dari pola pencernaan dan makanan yang diberikan

  1. Cairan

Bayi yang dehidrasi atau kekurangan sejumlah cairan dari tubuhnya, biasanya memang sulit dan jarang untuk BAB karena cairan tidak tercukupi dengan baik

 

Gejala Kesulitan BAB

Kesulitan BAB atau kontipasi biasanya jarang terjadi pada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Biasanya bayi yang mengalami kesulitan adalah bayi yang diberikan asupan tambahan atau pengganti ASI yaitu susu formula dan MPASI.

Orang tua perlu memperhatikan beberapa kondisi saat bayi BAB untuk mengetahui apakah bayi tersebut mengalami kontipasi atau tidak. Diantaranya:

  • Ekspresi bayi saat BAB tampak mengejan atau tidak
  • Tekstur tinja lebih keras dari biasanya atau tidak
  • Makin jarang buang air kecil atau tidak

Tanda-tanda bayi mengalami kontipasi dapat ditandai dari wajah bayi yang tegang saat mengejan. Meski begitu, orang tua perlu memperhatikan kondisi lainnya juga karena wajah bayi mudah memerah dan mengeluarkan air mata. Selain itu tekstur tinja yang lebih keras dan kering dari biasanya, mungkin saja bayi mengalami kontipasi. Namun jika fekuensinya lebih lama namun teksturnya lunak, bayi tidak mengalami kontipasi.

Gejala lain dapat dilihat dari perut bayi. Pada bayi yang mengalami kontipasi biasanya memiliki perut yang lebih keras jika dibandingkan dengan bayi normal lainnya. Orang tua bisa memandikan bayi dengan air hangat kemudian memijat-mijat bagian perut bayi dengan perlahan untuk membantu bayi lebih mudah BAB.

Baca juga: Sembelit Pada Bayi, Bahayakah?

 

Orang tua tidak perlu tergesa-gesa atau panik saat anak mengalami gangguan BAB. Mums atau Dads bisa bertanya kepada dokter mengenai gejala yang selama ini dilihat dan dirasakan. Penting bagi Mums untuk mengonsumsi nutrisi yang baik bagi tubuh dan juga bayi agar ASI yang masuk menjadi nutrisi dan yang keluar sebagai pembersih usus bayi juga seimbang. (AD)