Adakah diantara Geng Sehat yang sudah beruntung untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini? Menjaga kesehatan sebelum berangkat haji, merupakan hal yang tidak kalah penting daripada pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Seluruh persiapan ini harus dilakukan sebelum jadwal keberangkatan. Selain itu, Kamu juga perlu membekali diri akan informasi tentang perbedaan cuaca serta iklim di Arab Saudi, lho.

 

Alasannya jelas, dengan mempersiapkan kondisi kesehatan sebaik mungkin dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang situasi di Tanah Suci, diharapkan jemaah haji akan lebih mudah beradaptasi dan menjaga diri, sehingga ibadah tidak terganggu oleh kendala kesehatan. Lalu, apa saja yang harus Kamu lakukan agar kondisi tetap prima, baik saat masih di Indonesia maupun selama menjalankan prosesi ibadah haji? Simak tips yang dikeluarkan puskeshaji.depkes.go.id!

Baca juga: Waspada Cacing Hati pada Hewan Kurban!

Persiapan Sebelum Berangkat ke Tanah Suci

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan, ada serangkaian pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan oleh setiap calon jemaah haji. Biasanya, informasi seputar pemeriksaan kesehatan ini sudah diberikan pada jemaah, sekitar 1 bulan jelang keberangkatan. Ini dia tips menjaga kesehatan yang penting untuk diperhatikan oleh semua jemaah haji. 

 

1. Konsultasi Medis

Konsultasi medis harus dilakukan setidaknya 4-6 minggu sebelum berangkat. Jemaah haji diharapkan menyampaikan segala jenis keluhan kesehatan yang dirasakan.  Jangan lupa menyebutkan semua riwayat penyakit yang pernah atau tengah diderita. Dengan begitu, dokter akan memberikan penanganan yang tepat.

Diskusikan dengan dokter, jika sekiranya ada kondisi fisik yang memerlukan perhatian khusus. Misalnya daya tahan tubuh kurang mendukung dalam menghadapi beragam situasi di Tanah Suci. Penderita penyakit kronis, wajib mengonsultasikan ke dokter apakah memang masih mampu melaksanakan ibadah haji dengan kondisi demikian.

 

2. Pemerikasaan kesehatan secara menyeluruh.

Pemeriksaan kesehatan yang diwajibkan terhadap jemaah haji,  meliputi:

  • Pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti pengukuran suhu tubuh, tekanan darah, frekuensi pernapasan, serta denyut nadi.
  • Pemeriksaan fisik umum, yakni pengukuran tinggi badan, berat badan, kondisi kesehatan kulit, pemeriksaan bagian kepala, kesehatan mata, kondisi telinga, dan pemeriksaan dada.
  • Pemeriksaan penunjang untuk penyakit kardiovaskular, misalnya rontgen, pemeriksaan urine, elektrokardiografi (EKG), dan sebagainya.

 

3. Melakukan rangkaian vaksinasi.

Pelaksanaan ibadah haji mengharuskan berkumpul dengan jutaan jemaah dari penjuru dunia. Karena itu, sangat penting untuk melakukan vaksinasi sebelum bertolak ke Tanah Suci, demi mengurangi risiko pemaparan virus dan bakteri. Berikut sejumlah vaksinasi yang harus didapatkan oleh setiap jemaah.

  • Vaksinasi Meningokokus. Vaksin untuk mencegah penyakit meningitis  ini menjadi salah  satu vaksinasi yang paling diwajibkan oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Perlu diketahui, meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri kelompok A, C, W, dan Y. Karenanya, setiap jemaah haji wajib menerima satu dosis vaksin kuadrivalen polisakarida atau vaksin ACWY135. Pemberian vaksin ini disarankan dilakukan 2-3 minggu sebelum jadwal keberangkatan, dan usahakan tidak kurang dari 10 hari sebelumnya.
  • Vaksinasi influenza. Jemaah haji sangat berisiko tinggi untuk terinfeksi virus influenza musiman selama berada di Arab Saudi. Vaksin yang diberikan kepada jamaah haji adalah vaksin TIV untuk memberikan perlindungan dari virus influenza A dan influenza B. Vaksin diberikan minimal 2 minggu sebelum berangkat. Vaksin influenza dianjurkan untuk jemaah Haji dengan kondisi tertentu, seperti penderita penyakit kronis seperti asma, gagal jantung kronis, penyakit paru-paru kronis, dan HIV/AIDS. Penderita penyakit gangguan metabolic, penderita obesitas, balita, lansia, dan wanita hamil.
  • Vaksin pneumonia. Vaksin ini disarankan bagi calon jemaah haji dengan kondisi tertentu, misalnya lansia berusia 65 tahun ke atas, anak-anak, dan orang dewasa pengidap penyakit kronis berupa diabetes, asma, gangguan ginjal, atau penyakit jantung. Terdapat dua jenis vaksin pneumokokus yaitu Pneumococcal Conjugate Vaccine(PCV) dan Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin PCV untuk anak berusia 2, 4, dan 6 bulan, kemudian vaksin ulangan atau booster diberikan pada usia 12-15 bulan.
  • Vaksin hepatitis A dan B.  Penularan hepatitis A pada umumnya melalui makanan dan minuman. Selama beribadah haji, jemaah belum tentu bisa memastikan higienitas dari asupan yang Kamu konsumsi. Sementara untuk hepatitis B, penularannya tidak hanya bisa melalui darah, jarum suntik, dan cairan seksual. Namun juga bisa terjangkit dari cairan tubuh seperti keringat dan air liur. Diharapkan, kombinasi vaksinasi ini akan memberikan cakupan perlindungan yang lebih luas bagi jemaah haji terhadap risiko infeksi virus hepatitis A dan B.
Baca juga: Hepatitis A Adalah Infeksi Hati Menular, Waspada Selalu, Ya!

 

Pastikan Kamu atau keluarga Kamu yang akan berangkat haji sudah mendapatkan suntikan vaksinasi dan memenuhi semua standar kesehatan yang disyaratkan oleh pemerintah Arab Saudi terhadap jemaah haji. Jangan lupa untuk tidak menganggap sepele pola makan selama berada di Tanah Suci. Pilihan gaya hidup yang tepat serta asupan yang sehat selama berada di negara dengan iklim yang jauh berbeda, akan membuat kualitas ibadahmu semakin optimal. (TA/AY)

Baca juga: Sebelum Wisata Ke Luar Negeri, Wajib Suntik Vaksin-Vaksin Ini!