Setiap wanita yang melahirkan, akan mengeluarkan darah selama dan setelah proses persalinan berlangsung. Sekitar 4% wanita mengalami perdarahan pasca persalinan yang disebut dengan postpartum hemorrhage. 

  

Postparpum hemorrhage atau postpartum hemoragik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu PPH Primer di mana Mums akan kehilangan darah lebih dari 500ml selama 24 jam pertama saat melahirkan dan PPH Sekunder ketika Mums mengalami perdarahan vagina yang hebat atau tidak normal yang dialami antara 24 jam pertama hingga 12 minggu setelah melahirkan.

 

Jika tubuh Mums kehilangan darah sekitar 500-1000ml (PPH Minor) setelah melahirkan, tubuh Mums mungkin masih dapat mengatasinya. Namun, jika Mums kehilangan darah lebih dari 1000ml (PPH Mayor) setelah melahirkan, berarti Mums membutuhkan pertolongan dokter.

 

 Baca Juga : Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil Dapat Berakibat Kematian?

 

Saat hamil, volume darah dalam tubuh Mums bertambah sekitar 50%. Ketika melahirkan, tubuh pun akan mengeluarkan kelebihan darah melalui mekanisme alamiah. Darah yang dikeluarkan berasal dari pembuluh darah yang ada di rahim. Pembuluh darah yang ada pada rahim melekat dengan plasenta saat kehamilan. Rahim biasanya mengencang setelah melahirkan plasenta.

 

Setelah plasenta keluar, pembuluh darah akan terputus dan di sinilah sumber perdarahan karena akan mengeluarkan darah terus menerus. Namun, normalnya tubuh akan segera menghentikan perdarahan ini secara alami, dengan cara rahim perlahan berkontraksi kembali sehingga perdarahan akan berkurang.

 

Bagaimana Ciri Pendarahan yang Normal?

Saat bayi lahir, plasenta akan mulai melepaskan dirinya dari dinding rahim dan diikuti perdarahan\. Setelah plasenta dilahirkan akan terjadi kontraksi yang dapat menghentikan perdarahan tersebut.

 

Selama beberapa hari setelah persalinan, Mums akan mengeluarkan darah secara terus menerus yang semakin lama semakin berkurang, atau disebut darah nifas. Di awal nifas, darah yang dikeluarkan cukup banyak seperti saat sedang menstruasi. Kadang darah seperti bergumpal. Mums membutuhkan pembalut khusus untuk menampung darah yang keluar.

 

Kemudian secara bertahap darah nifas semakin berkurang hingga sekitar 30-40 hari. Mums dapat menggunakan pembalut seperti menstruasi.

 

 Baca Juga : Sakit Menstruasi Bisa Jadi Penyebab Miom

 

Penyebab Perdarahan Pasca Melahirkan

Penyebab perdarahan setelah melahirkan antara lain:

 

1. Rahim tidak berkontraksi (Atonia Uteri)

Atonia uteri biasanya merupakan penyebab umum terjadinya perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi sudah keluar dari rahim Mums dengan selamat, secara normal otot-otot rahim segera berkontraksi dalam rangka proses mengeluarkan plasenta. Jika rahim tidak berkontraksi dengan normal, maka terjadi gangguan pada otot-otot rahim yang menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan.

 

Faktor yang dapat menyebabkan Atonia uteri di antaranya kerja rahim yang tidak efektif dalam persalinan, kehamilan besar, bayi kembar, cairan ketuban terlalu banyak, kelelahan akibat proses persalinan yang lambat, tumor dalam rahim dan lain-lain.

 

2. Plasenta yang masih tertahan di dalam rahim (Retensio Plasenta)

Beberapa menit setelah proses persalinan, plasenta akan mulai melepaskan dirinya dari dinding rahim. Jika plasenta sudah lepas dari dinding rahim maka terjadi kontraksi. Namun jika selama 1 jam plasenta belum juga keluar, maka terjadi kondisi tertinggalnya plasenta dalam rahim yang mengakibatkan terjadi perdarahan.

 

Plasenta yang tertahan di dalam rahim dapat terjadi karena kontraksi yang kurang kuat untuk melepaskannya. Plasenta melekat sangat kuat dengan dinding rahim hingga dapat menembus lapisan terluar rahim.

 

Keadaan lainnya, tidak ada usaha antara Mums dan pihak penolong untuk mengeluarkannya sehingga terjadi pengerutan pada bawah rahim yang dapat menghalangi keluarnya plasenta. Keadaan ini lebih mungkin terjadi pada Mums yang melahirkan pada usia yang sangat dini dan persalinan bayi lahir prematur.

 

3. Melekatnya plasenta pada dinding rahim (Plasenta Akreta)

Keadaan ini terjadi ketika pembuluh darah dan bagian dari plasenta tertanam terlalu dalam di dinding rahim. Plasenta dapat menempel seluruhnya atau sebagian pada dinding rahim Mums. Plasenta yang tertanam membuat Mums tidak dapat melahirkan plasenta yang mengakibatkan terjadinya perdarahan.

 

4. Kelainan darah

Kelainan darah yang menyebabkan darah tidak bisa berhenti antara lain gangguan proses pembekuan darah. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan gangguan pembekuan darah adalah hemofilia dan idiopatik trombositopenia purpura. Selain itu komplikasi kehamilan seperti preeklampsia dan hipertensi gestasional juga menjadi faktor risiko gangguan pembekuan darah.

 

Baca Juga : Kisah Wanita yang Memiliki 2 Rahim