Bayi pada umumnya hanya mengonsumsi ASI atau susu formula selama enam bulan pertama kehidupannya. Namun, terkadang bayi memuntahkan cairan kental seperti susu. Hal ini seringkali membuat orang tua baru khawatir.

 

Namun, Mums gak perlu khawatir, kok. Cairan yanng dimuntahkan si Kecil itu adalah gumoh. Gumoh pada bayi baru lahir itu merupakan kondisi yang cukup umum. Gumoh merupakan kondisi dimana bayi mengeluarkan air susu atau isi lambungnya dari mulut sesaat setelah selesai menyusu.

 

Baca juga: 9 Manfaat dan Kebaikan ASI untuk Ibu dan Buah Hati

 

Apa Penyebab Bayi Gumoh?

Gumoh cukup umum terjadi pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun. Penyebab gumoh umumnya karena kerongkongan bayi masih belum berkembang sepenuhnya, serta ukuran lambung yang masih sangat kecil, sehingga bayi belum bisa menentukan apakah lambungnya sudah cukup terisi atau belum. Kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya, jadi Mums tidak perlu khawatir.

 

Biasanya gumoh akan menghilang setelah usia satu tahun. Pada saat itu, cincin otot di dasar kerongkongan bayi umumnya sudah dapat berfungsi dengan baik sehingga makanan yang masuk ke dalam perut bayi tidak mudah keluar. Namun, jika gumoh yang dialami bayi terasa berlebihan atau mengeluarkan warna yang terlalu kuning atau tidak berwarna putih, sebaiknya langsung konsultasikan pada dokter, ya Mums.

 

Selan itu terdapat penyebab bayi gumoh lainnya di antaranya:

  1. Posisi menyusui yang salah. Pemberian ASI saat posisi bayi terlentang kadang membuat cairan masuk ke saluran napas. Akibatnya, bayi bisa gumoh
  2. Klep penutup lambung yang terletak diantara lambung dan saluran pencernaan atas pada bayi biasanya belum berfungsi sempurna
  3. Bayi bergerak terlalu aktif. Perut akan mengalami terkanan yang tinggi saat bayi terlalu banyak bergerak atau menangis terus menerus hingga akhirnya gumoh
 
Baca juga: Penanganan Pertama Saat Bayi Terserang DBD

 

Gumoh yang Tergolong Normal

Selain mengeluarkan cairan susu, bayi juga bisa mengeluarkan makanan. Biasanya gumoh diiringi sendawa atau batuk serta cegukan, sesaat setelah tersedak, menolak makan atau menangis saat menyusu dan diberi makan. Frekuensi gumoh pada bayi juga beragam, ada yang sering, jarang bahkan hanya sesekali saja.

 

Kondisi bayi gumoh dapat tergolong normal jika kondisi bayi masih dapat  tumbuh kembang dengan baik, bayi tetap terlihat nyaman dan tidak rewel serta sistem pernapasan bayi tetap berfungsi tanpa gangguan.

 

Gumoh yang Perlu Diwaspadai

Meski umumnya masih tergolong normal, namun Mums perlu mewaspadai jika bayi sering gumoh yang disertai dengan kondsi-kondisi seperti berikut:

  • Bayi mulai gumoh secara rutin saat usia enam bulan hingga satu tahun
  • Bayi gumoh terlalu sering dan tampak seperti terpaksa
  • Bayi sulit bernapas atau terdapat tanda-tanda sakit
  • Bayi susah makan atau menolak jika diberikan susu
  • Perut yang membuncit
  • Warna cairan yang dimuntahkan bayi berwarna kuning, hijau serta darah
  • Menangis berlebihan dan sangat rewel
  • Cairan yang dimuntahkan jumlahnya cukup banyak dan berlangsung dua sampai tiga jam setelah menyusu

 

Terdapat gangguan kesehatan lain yang diderita saat bayi sering gumoh diantaranya karena bayi alergi pada susu sapi yang juga dapat menyebabkan bayi diare, muntah dan ruam. Selain itu terdapat kondisi yang membahayakan dan mengancam nyawa bayi yaitu penyempitan atau sumbatan pada kerongkongan dan penyakit refluks dengan gejala yang hampir menyerupai gumoh

 

Cara Mengatasi Gumoh

Untuk dapat menghindari terjadinya gumoh pada bayi, Mums dapat melakukan beberapa cara. Biasakan memberi makan atau menyusui bayi dalam kondisi tegak. Pertahankan kondisi itu selama 20 hingga 30 menit setelah pemberian susu dan makan agar asupan susu dan makanan turun dalam saluran cerna. Perlu diingat, jangan ajak bayi untuk main terlebih dahulu agar perut bayi tidak terlalu banyak bergerak.

 

Cobalah untuk memberikan bayi susu atau makanan dengan porsi yang sedikit namun sering. Jangan lupa untuk selalu membuatnya sendawa setiap habis menyusu, kira-kira sekitar 2-3 menit setelah menyusui. Tepuk bagian punggung bayi saat menggendongnya dengan posisi dipeluk untuk membuatnya sendawa.

 

Bagi bayi yang menggunakan dot, sebaiknya perlu diperhatikan ukurannya denga cermat. Dot yang terlalu besar dapat membuat gumoh karena susu yang keluar terlalu banyak untuk bayi dan jangan biarkan bayi menghisap botol yang sudah kosong.

 

Kemudian, hindari membiasakan bayi dengan tidur tengkurap. Sebaiknya bayi tidur dalam kondisi terlentang tanpa menggunakan bantal untuk kepalanya. Hindari posisi kepala bayi sedikit lebih tinggi dari badan dan kaki karena menghindari sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS).

 

Selanjutnya, Mums dan Dads dapat berkonsultasi pada dokter anak untuk tindakan selanjutnya dengan mengentalkan makanan atau apakah bayi mengalami alergi susu sapi atau tidak. 

 

Baca juga: Waspadai Tanda-tanda Kejang Pada Bayi

 

Sumber:

Medical News Today. Baby throwing up: Is it serious?. Juni 2020.
NHK. Infant reflux advice. 2010.