Data International Diabetes Federation menyatakan jumlah estimasi penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta jiwa. Sebagai konsekuensinya, diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Dilansir dari depkes.go.id, "90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dan sebetulnya 80% dapat dicegah,” ungkap Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K).

 

Sayangnya, salah satu gaya hidup tidak sehat yang berisiko tinggi terhadap diabetes adalah kebiasaan makan nasi putih yang sudah sangat lekat dengan keseharian masyarakat Asia, khususnya Indonesia. Lalu, apakah asumsi ini terbukti benar secara medis, atau sekadar mitos belaka? Lantas apakah kita mesti menghindari makan nasi putih? Yuk, telusuri lebih lanjut untuk mengetahui faktanya!

Baca juga: 23 Makanan Super untuk Penderita Diabetes

 

Beberapa Penelitian Tentang Nasi dan Risiko Diabetes

Sebuah studi terbaru oleh para peneliti Harvard menunjukkan adanya korelasi kuat antara kebiasaan mengonsumsi nasi putih dengan risiko diabetes. Dilansir dari healthland.com, studi ini mengikutsertakan 352.384 orang partisipan berusia 4 hingga 22 tahun dari Cina, Jepang, Amerika Serikat, juga Australia.  Semua partisipan dinyatakan bebas diabetes pada awal penelitian. Tim peneliti melacak asupan makanan mereka selama beberapa waktu. Hasilnya?

 

Dari penelitian yang telah dipublikasikan di British Medical Journal ini terbukti, setiap piring nasi putih yang dikonsumsi secara teratur setiap hari, meningkatkan risiko diabetes sebesar 11 persen. Apalagi bagi orang yang sering mengonsumsi nasi putih dalam jumlah besar, risiko diabetes bertambah sekitar 27%, dibandingkan mereka yang hanya makan dalam porsi kecil nasi putih dari menu sehari-hari.  

 

Selain itu, seperti sudah dapat ditebak, dari 4 negara yang berpartisipasi dalam riset ini, risiko diabetes tampak sangat menonjol di kalangan orang Asia. Hal ini dikarenakan orang Asia (yang diwakili oleh negara Cina dan Jepang) rata-rata menikmati 3 atau 4 porsi nasi putih dalam sehari. Sementara orang Amerika dan Australia hanya makan nasi putih sekali dalam 5 minggu.

 

Lain London, lain pula Singapura. Menurut pengamatan dari Yayasan Ginjal Nasional Singapura, satu dari tiga warga Singapura berisiko menderita diabetes. Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong, mengatakan beras menjadi sumber beragam penyakit yang lebih berbahaya daripada minuman soda manis. Terbukti, orang Asia jauh lebih cenderung terkena diabetes daripada orang Eropa, berkat pola makan nasi putih yang amat mudah menaikkan gula darah.

 

Dr. Stanley Liew, seorang ahli diabetes di Raffles Hospital, Singapura menyarankan orang Asia untuk makan lebih sedikit nasi putih. “Terlalu banyak mengonsumsi nasi putih sama buruknya dengan kebiasaan mengonsumsi junk food, minuman manis, serta minuman bersoda. Pola makan yang tidak sehat ini harus diubah oleh orang Asia,” paparnya.

 

Dilansir dari abcnews.com, dr. David Katz, profesor kesehatan masyarakat di Universitas Yale, Amerika Serikat, menyetakan nasi putih telah lama menjadi bagian dari pola diet masyarakat Asia. “Lambat laun, pola makan seperti ini menciptakan risiko diabetes tipe 2 di kalangan masyarakatnya. Apalagi jika ditambah aspek kehidupan modern yang kurang melibatkan olahraga,” jelas dr. David.

 

Nasi Putih Memiliki Indeks Glikemik Tinggi

Mengapa nasi putih menjadi pemicu diabetes tipe 2? Tingginya indeks glikemik (IG) pada nasi putih lah biang keladinya. IG yang tinggi seketika memicu lonjakan gula darah. Faktanya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health, semangkuk nasi mengandung karbohidrat 2 kali lebih banyak dibandingkan karbohidrat yang terkandung dalam 2 kaleng minuman soda tinggi gula. Padahal, karbohidrat akan diubah menjadi gula dalam sistem metabolisme tubuh. Hasil riset ini juga telah dimuat di British Medical Journal.

 

Khusus untuk makanan seperti nasi putih, kandungan gulanya bisa langsung diserap sangat cepat dalam darah. Penyerapan gula ini membuat pankreas bekerja terlalu keras. Dapat dibayangkan bila pola seperti ini terus-terusan terjadi. Kinerja pankreas pun jadi kurang produktif untuk menghasilkan insulin, akibat dipaksa menyerap gula sepanjang waktu. Residu gula yang menetap di dalam tubuh, akan berdampak buruk pada sistem kerja ginjal. Inilah awal dimulainya risiko diabetes. Sayangnya, mengonsumsi nasi sudah menjadi bagian dari budaya diet masyarakat Asia yang lekat dengan hobi makan nasi dan mie.

Baca juga: 8 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Diabetes

 

Beralih ke nasi yang lebih sehat 

Nasi putih memang bukan satu-satunya pemicu risiko diabetes. Namun, mengingat besarnya potensi diabetes yang tersimpan dalam setiap porsi nasi putih, tidak ada salahnya Kamu mengubah pola makan menjadi lebih sehat sejak muda dengan cara-cara berikut ini.

 

1. Beralihlah ke beras merah.

Beras putih juga tidak memiliki nutrisi seperti serat dan magnesium. Inilah sebabnya, orang-orang yang sering mengonsumsi nasi putih dalam jumlah tinggi, cenderung kurang mendapatkan nutrisi yang bermanfaat. Sebaliknya, jika Kamu mengonsumsi beras merah, nutrisi yang Kamu dapatkan justru lebih optimal.

 

2. Campurkan beras putih dengan jenis beras yang lebih sehat.

Kalau Kamu belum sanggup meninggalkan beras putih, Kamu tetap punya solusi lain. Pilihlah beras putih dengan butiran panjang, lalu tambahkanlah 20% beras merah ke dalam porsi beras putih yang Kamu konsumsi sehari-hari. Cara cerdas ini dapat menurunkan risiko diabetes sebesar 16%.

 

3. Terapkan gaya hidup sehat.

Ingatlah, nasi putih bukan satu-satunya pencetus risiko diabetes. Tidak peduli apa yang Kamu makan, jika tidak ada aktivitas fisik yang dijadwalkan secara teratur, maka lemak di dalam tubuh tetap dapat menumpuk. Karenanya, Kamu tetap bertanggung jawab untuk mengagendakan olahraga untuk mengurangi risiko obesitas dan resistensi insulin. Pelan-pelan, beralihlah ke varietas beras yang lebih sehat. Selain beras merah, Kamu juga bisa memilih beras basmati, beras hitam, beras cokelat, atau beras shirataki yang kaya gizi serta tinggi serat. Pola transisi seperti ini akan menjauhkanmu dari dampak buruk konsumsi nasi putih dalam jumlah berlebih dan tentunya, risiko diabetes. (TA/AY)

Baca juga: Pilihan Beras yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes