Lari merupakan salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan kapan saja tanpa menggunakan alat olahraga penunjang lainnya, kecuali sepatu dan baju yang nyaman. Manfaat lari bisa beragam, seperti mengurangi tekanan darah tinggi, menjaga kadar kolesterol tubuh, menjaga kesehatan jantung, dan meningkatkan suasana hati yang sedang tidak baik. Nah, Kamu mungkin sering mendengar anggapan atau hal-hal seputar lari yang membuat bingung, apakah anggapan itu hanya mitos atau memang fakta. Dikutip dari berbagai sumber, agar Kamu tidak bingung lagi, simak penjelasan selengkapnya saja yuk, Gengs!

 

Mitos 1: Olahraga lari hanya untuk anak muda yang sehat saja


Banyak orang yang bilang kalau olahraga lari hanya cocok untuk anak muda saja. Anggapan ini beredar karena anak muda dinilai memiliki stamina yang lebih prima sehingga lebih mudah untuk melakukan olahraga lari. Padahal, lari adalah olahraga yang bisa dilakukan oleh siapa saja.

 

Dikutip dari shape.com, fungsi organ tubuh, otot, dan tulang akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Namun, usia seharusnya tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk berusaha tetap sehat dengan berolahraga, seperti lari. Bahkan, orang dewasa yang rutin olahraga lari akan merasa berjiwa muda dan lebih bugar nih, Gengs. Dengan begitu, wajah justru terlihat lebih fresh dan tampak awet muda.

Baca juga: Manfaat Lari untuk Kesehatan Tubuh

 

 

Mitos 2: Olahraga lari tidak baik untuk kesehatan lutut

Salah satu mitos tentang olahraga lari yang tidak terbukti ialah lari dianggap dapat menyebabkan masalah pada lutut. Hal ini karena banyak orang beranggapan kalau lari memberikan tekanan berlebih pada kaki sehingga bisa menyebabkan cedera lutut.



Padahal, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tulang dan ligamen tubuh justru semakin kuat dan lebih padat dengan rutin berlari. Selama Kamu memiliki kondisi lutut yang normal dan berat badan yang sehat, maka berlari tidak akan memberikan dampak buruk pada lutut. Lain lagi saat Kamu mengalami masalah osteoartritis dan berat badan berlebih, Kamu tidak dianjurkan untuk berlari secara terus-menerus.

 

Mitos 3: Lari tanpa alas kaki dapat mengurangi risiko cedera

Kamu mungkin pernah mendengar kalau berlari tanpa alas kaki lebih sehat daripada pakai sepatu olahraga. Lari dengan kaki telanjang dianggap dapat memberikan sensasi refleksi secara alami saat menyentuh tanah secara langsung. Namun, lari tanpa alas kaki justru dapat meningkatkan risiko cedera nih, Gengs.

 

Saat lari tanpa menggunakan alas kaki mungkin Kamu tidak menyadari apa saja yang sudah diinjak selama berlari. Mungkin saja ada pecahan kaca atau benda tajam lainnya yang bisa melukai kaki. Selain itu, lari tanpa menggunakan sepatu justru memberikan tekanan berlebih pada otot dan sendi kaki. Oleh karena itu, gunakan sepatu lari  yang memberikan kenyamanan dan perlindungan untuk kaki.

 

 


Mitos 4: Harus melakukan pemanasan dulu sebelum lari

Banyak orang meyakini kalau pemanasan harus dilakukan sebelum memulai olahraga, termasuk lari. Meski lari memang membutuhkan pemanasan untuk meregangkan otot-otot tubuh, namun Tamra Llewellyn, asisten profesor kesehatan di University of Nebraska mengungkap bahwa tidak semua lari membutuhan pemanasan, lho.

 

Kalau Kamu hanya ingin jogging atau lari dengan intensitas yang lebih lambat, tidak masalah sebenarnya melewatkan peregangan. Namun, jika ingin lari dengan intensitas yang lebih cepat, jogging selama beberapa saat sudah cukup menjadi pemanasan sebelum mulai lari.

Baca juga: Pilih Jogging atau Sprint? Yuk, Gengs Mulai Lari!

 

Mitos 5: Lari harus dilakukan setiap hari agar hasilnya maksimal

Bagi Kamu yang sedang mengejar target membakar kalori untuk menurunkan berat badan dan mendapatkan hasil yang cepat serta maksimal, Kamu mungkin terobsesi untuk lari setiap hari. Namun, hal ini hanyalah mitos lho, Gengs. Olahraga apa pun yang Kamu lakukan, tetap membutuhkan waktu istirahat untuk menormalkan kembali otot-otot tubuh yang bekerja.

 

Pelari pemula hingga menengah justru akan mendapatkan hasil yang lebih optimal jika lari dilakukan sebanyak 2 hingga 3 kali seminggu selama 20 menit sehari Seberapa lama kita berlari dan beristirahat tergantung seberapa besar kemampuan tubuh masing-masing.

Baca juga: Pernah Mencoba Lari Mundur? Ini Manfaatnya! 



Mitos 6: Kaki kram disebabkan oleh dehidrasi dan kekurangan elektrolit

Ketika sedang berlari, Kamu mungkin sering merasakan kram kaki. Banyak orang berpikir hal ini disebabkan karena dehidrasi dan kekurangan elektrolit dalam tubuh. Padahal, hal tersebut salah besar. Natrium dan kalium merupakan 2 jenis elektrolit yang penting untuk menjaga kesehatan fisik selama lari. Namun, munculnya kram kaki bukan disebabkan karena dehidrasi atau kekurangan dua elektrolit tersebut, nih.

 

Pada sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2011 dalam British Journal of Sports Medicine, ilmuwan membandingkan tingkat elektrolit dan hidrasi pada 2 kelompok triathlon, kelompok peserta yang mengalami kram kaki dan yang tidak. Hasilnya, para ahli tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian kram dengan dehidrasi atau kehilangan elektrolit pada pelari.

Setelah mengetahui keenam mitos di atas, jangan sampai salah lagi ya, Gengs. Selamat berolahraga lari! (TI/AY)

 

Olaharaga untuk Menurunkan Tekanan Darah - Guesehat