Apa yang paling menakutkan bagi anak-anak saat hendak disunat? Takut suntik adalah jawaban paling sering. Ya, sumber ketakutan utama anak enggan disunat adalah ketakutan akan jarum suntik. Padahal suntik ini diperlukan untuk menghantarkan obat kebal atau obat bius sebelum prosedur sunat dilakukan.



Mengapa sunat di penis lebih sakit? Karena memang di penis banyak sekali saraf sehingga jarum suntik yang berukuran kecil pun menyebabkan anak kesakitan dan menimbulkan trauma.

 

Nah lalu bagaimana agar anak tak lagi takut disunat. Orang tua yang hendak menyunatkan anak tak perlu pusing. Saat ini ada inovasi yang ditawarkan dalam prosedur sunat, yaitu sunat tanpa jarum suntik.

 

Bagaimana prosedurnya? Simak penjelasan berikut!

 

Baca juga: 8 Fakta Menarik Seputar Sunat

 

Apa itu Sunat?

Sunat adalah tindakan membuang kulup yang menutupi kepala penis. Mengapa harus dibuang? Di balik kulup terkandung banyak spegma yang memang sudah terbentuk sejak anak laki-laki lahir. Spegma diproduksi secara alami oleh mukosa kulit di kepala penis.

 

Jika spegma ini dibiarkan menumpuk, berisiko pada masalah kesehatan. Di antaranya risiko kanker penis dan mudah terinfeksi penyakit menular seksual seperti HIV dan HPV>


“Sunat pada dasarnya merupakan tindakan bedah, terlepas dari metode apapun yang digunakan, maka membutuhkan tindakan anestesi. Tujuannya mengurangi rasa sakit dan mengurangi pendarahan,” jelas dr. Mahdian Nur Nasution spesialis bedah saraf yang juga pemilih gerai Rumah Sunatan, dalam diskusi tentang Sunat Tanpa Jarum Suntik di Jakarta, belum lama ini.

 

Baca juga: Proses Pemulihan Pasca Sunat Pada Laki-Laki

 

Berbagai Metode Sunat Modern

Menurut dr. Mahdian, dulu hanya dikenal metode sunat konvensional, yaitu membuang kulup di kepala penis menggunakan pisau dan jahitan. Tentunya metode ini cukup berisiki, terutama infeksi dan pendarahan. Masa sembuh biasanya lebih lama.



Setelah itu ada metode dengan laser atau electric cauter. Sunat metode ini menggunakan logam panas untuk memotong kulit dan menutup pembuluh darah. Metode ini, menurut dr. Mahdian, hanya dilakukan di Indonesia dan tidak dikenal di luar negeri. Risikonya pun sama saja, perdarahan dan masa pemulihan lebih lama. 



Di era modern dan perkembangan teknologi, saat ini sunat dilakukan dengan metode yang lebih nyaman, tidak terlalu menyakitkan dan cepat sembuh. Misalnya metode gun stapler dan klem.

“Dua metode ini tidak perlu menggunakan jahitan. Pada metode klem, kulit kulup dijepit dengan klem, dikunci sampai di area yang dipotong terjadi jaringan mati. Dalam waktu seminggu akan terlepas sendiri. Keunggulan metode ini adalah, anak bisa beraktivitas normal setelah sunat, sampai dilepas seminggu kemudian,” jelas dr. Mahdian.

 

Meskipun lebih mahal dibandingkan metode konvensional karena harus membeli alat, namun metode ini memiliki banyak keunggulan. Anak lebih nyaman, risiko pendarahan bisa ditekan, dan pulih lebih cepat.

 

Baca juga: Manfaat vs Risiko Sunat pada Pria

 

Metode Sunat Tanpa Jarum Suntik

Setelah metode sunat yang lebih modern, Rumah Sunatan terus berinovasi dan membuat sunat menjadi tidak lagi menakutkan. Maka sejak beberapa tahun terakhir, dikembangkan sunat tanpa suntik.

 

Sunat tanpa jarum suntik akan mengurangi trauma dan ketakukan anak untuk sunat. Sebagai pengganti jarum suntik, obat anestesi atau bius dimasukkan ke dalam kulit menggunakan pompa bertekanan tinggi.

 

“Teknologi dengan pompa tekanan tinggi akan mendorong obat bius masuk ke kulit dan langsung menyebar untuk memberikan efek kebal yang lebih cepat. Hanya sepertiga detik setelah dipompakan, obat bius sudah menembus kulit,” jelas dr. Mahdian.

 

Banyak keunggulan pompa ini yaitu mencegah cedera di bekas suntikan seperti kebiruan, bengkak dan nyeri seperti jika menggunakan jarum suntik. Manfaat lain adalah menghindari infeksi silang. Yang jelas, karena tidak sakit, anak pun bisa disunat dengan tenang.

 

Nah Mums, tidak perlu pusing lagi kan membujuk si Kecil sunat?

 

Baca juga: Fakta Menarik Seputar Obat Suntik