Infeksi saluran kemih atau ISK tidak hanya dialami orang dewasa lho Mums! Bayi dan anak-anak juga bisa mengalaminya. ISK ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan area genital si Kecil. Bagi bayi atau anak laki-laki, sunat modern menjadi salah satu cara mencegah ISK.

 

ISK banyak menimpa bayi di bawah 1 tahun. Salah satu gejalanya adalah bayi menangis kencang saat buang air kecil. Pola buang air kecil menjadi sedikit-sedikit namun sering, dan si kecil juga menjadi sering rewel dan kadang diikuti demam yang tidak diketahui penyebabnya.

 

Nah Mums, salah satu cara mencegah ISK pada bayi adalah dengan sunat. Sunat dianjurkan dilakukan saat bayi karena banyak keuntungannya. Nah, berikut ini penjelaskan dari dokter bedah, soal sunat modern dan berbagai manfaatnya.

 

Baca juga: Pilih-pilih Metode Sunat Si Kecil, Mana yang Paling Aman?

 

Sunat Modern Mencegah ISK pada Bayi dan Anak-anak

Menurut dr. Asrul Muhadi, Sp.B., Dokter Spesialis Bedah, anak yang tidak disunat berisiko terkena infeksi saluran kemih (ISK) sebesar 3-10 kali dibanding anak yang disunat pada tahun pertama kehidupan.

 

Hal ini karena anatomi penis yang belum disunat rentan menjadi sarang bakteri penyebab ISK, jika Mums atau pengasuh tidak rutin membersihkannya. Kulup atau kulit yang menutupi kepala penis bayi akan selalu lembab sehingga bakteri dan virus bisa berkembang di dalamnya.

 

“Menghilangkan kulup dengan sunat akan membuat penis bayi selalu bersih sehingga menurunkan risiko ISK dan penyakit lainnya, termasuk kanker penis saat anak dewasa,” jelas dr. Asrul.

 

Sedangkan Dr. Reisa Broto Asmoro, praktisi kesehatan yang saat ini ditunjuk sebagai Kepala Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia, membagikan pengalamannya saat memutuskan sunat anak keduanya di usia 1 bulan.

“Anak kedua saya disunat sejak dini, umur 1 bulan karena saat itu saya tidak yakin pengasuhnya bisa membersihkan penis dengan benar,” jelas dr. Reisa dalam acara webinar “Sunat Aman dengan Metode Modern,” yang diselenggarakan di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Senin, 22 November 2021.

 

Selain alasan kesehatan, dr. Reisa memutuskan menyunatkan anaknya saat bayi karena menghindari “drama sunat” jika anak sunat di usia sudah besar. “Yang paling saya takutkan adalah dramanya. Meminta anak disunat jika sudah besar sulit sekali, karena anak sudah tahu tindakan itu menyakitkan, dan juga traumanya akan menakutkan anak-anak lainnya yang semakin tidak mau sunat,” jelasnya.

 

Baca juga: Apa itu Fimosis dan Bagaimana Mengatasinya?

 

Mengapa Sunat Modern?

Jika Mums sudah memutuskan menyunat si Kecil, saatnya menentukan metode sunat yang tepat. Dr.Mahdian Nur. Nasution SpBS, pendiri Rumah Sunat dr. Mahdian, mengungkapkan ada tiga jenis metode sunat, yaitu tradisional, konvensional dan modern. Dari ketiga metode ini, sunat modern lebih dianjurkan karena memiliki banyak keuntungan dan sedikit risiko. Salah satu metode sunat modern adalah dengan klem.

 

“Sunat dengan klem dapat mencegah infeksi silang karena semua alat yang digunakan adalah sekali pakai. Selain itu nyaman dan bisa dilakukan kapan saja karena anak bisa tetap beraktivitas setelah disunat,” jelas dr. Mahdian.

 

Kebutuhan akan klem sunat ini semakin meningkat. Setiap tahun, sekitar 2,5 juta anak disunat. Setidaknya dibutuhkan 20.000 klem setiap tahun di Rumah Sunat dr. Mahdian saja. Permintaan sunat melonjak di musim libur sekolah. Karena alasan itu, dr. Mahdian kemudian mengembangkan Mahdian Klem sebagai salah satu klem buatan Indonesia yang sudah kini mendapat izin edar dari Kemenkes.

 

Baca juga: Waspada Infeksi Saluran Kemih pada Anak-anak!

 

Prosedur Sunat

- Umumnya sirkumsisi/sunat dilakukan melalui anestesi lokal. Saat ini proses anestesi bisa dilakukan tanpa jarum (Needle Free Injection) sehingga anak akan merasa nyaman.

- Metode sunat dengan klem ini tidak memerlukan jahitan dan perban. Selain itu, proses sunat dengan relatif lebih cepat yaitu kurang dari 7 menit.

- Setelah sunat, kebersihan luka tetap dijaga dengan berbagai alat steril untuk mencegah terjadinya risiko infeksi dan penularan penyakit.

- Setelah tindakan sunat, anak bisa langsung beraktivitas. Di hari ke-5 atau 7, dilakukan kontrol pasca sunat. Kontrol pasca sunat diperlukan agar proses pemulihan luka sunat bisa dipantau dengan baik oleh dokter. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah berbagai risiko yang mungkin terjadi, seperti perdarahan, penis bengkak, hingga infeksi pada penis.

Baca juga: Merawat Si Kecil yang Terkena ISK