Memiliki anak yang sedang dalam masa pertumbuhan sangatlah menyenangkan. Ia biasanya mulai belajar berbicara mengikuti orang-orang di sekitarnya. Namun, ada pula anak menjadi lebih sering marah dan agresif ketika ia tumbuh besar. Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif?

 

Sikap agresif biasanya ditunjukkan oleh anak-anak usia 1 sampai 3 tahun. Kadang mereka memukul, menangis, menggigit, atau berteriak karena berbagai alasan. Misalnya saja seperti meniru temannya, sakit karena sedang tumbuh gigi, frustasi, atau sedang penasaran mencoba sebab akibat dari yang ia lakukan.

 

Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, berbagai bentuk sikap agresif pada anak masih dalam taraf wajar karena anak belum bisa mengerti bagaimana cara mengendalikan emosinya.

 

Baca juga: Anak Pemarah? Ini Cara Ajarkan Mengendalikan Emosi

 

Umumnya, anak yang memiliki sikap agresif berbeda-beda tergantung pada kondisi psikis, kesehatan, dan kehidupan di sekitarnya. Serta, bagaimana orang di sekitarnya memperlakukan dirinya. Selain itu, beberapa penyebab lainnya adalah:

 

  • Mood yang berubah-ubah.
  • Kelainan pada psikis yang menyebabkan anak menjadi agresif, seperti skizofrenia.
  • Biasanya hal ini terjadi karena ada masalah pada kognitif atau masalah pada komunikasi.
  • Biasanya anak dengan ADHD yang lebih sering mengalami hal ini.
  • Luka tertentu. Anak yang mengalami luka fisik maupun luka dalam biasanya lebih agresif karena merasa tidak nyaman.

 

Bukan berarti anak yang tidak memiliki ciri-ciri di atas akan tumbuh menjadi anak yang baik-baik saja. Anak juga bisa menjadi agresif karena apa yang ia minta tidak dituruti, sehingga ia merasa perlu menjadi agresif agar kemauannya dituruti.

 

 

Bagaimana Menghadapi Anak yang Agresif?                                                              

Ketika anak sedang mengeluarkan sikap agresifnya, Mums atau Dads sebaiknya jangan langsung memarahinya. Hal itu karena bisa jadi anak hanya ingin mengetahui apa akibat dari sikap yang ia lakukan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat Mums dan Dads lakukan untuk menghadapi anak yang agresif, di antaranya:

 

  • Buatlah sebuah contoh

Sebagaimanapun marahnya Mums dan Dads kepada anak, jangan pernah memukul, berteriak, atau menghakimi kalau ia anak yang nakal. Daripada memaksa anak harus mengubah perilakunya, lebih baik memberikan contoh yang mudah, baik secara fisik maupun psikis, bahwa menjadi agresif bukanlah hal yang baik untuk dilakukan saat ia sedang marah. Berikan contoh bagaimana mengontrol emosi dan menjadi pribadi yang lebih tenang saat menghadapi emosinya sendiri

 

  • Menanggapi dengan cepat

Cobalah untuk menanggapi dengan cepat saat anak bersikap agresif. Daripada menunggu anak Mums memukul saudaranya, lebih baik terus terang langsung mengatakan kepadanya untuk tidak melakukannya secara tegas. Anak akan langsung mengetahui bahwa yang ia lakukan adalah salah daripada menunggu ia melakukannya lagi.

 

Jauhi ia dari area yang memungkinkannya melakukan tingkah agresif, misalnya lingkungan yang ada banyak teman-temannya, area yang ramai, ruang televisi, atau tempat yang di mana ia bisa bermain. Hal ini dimaksudkan agar anak mengetahui bahwa perilaku agresif yang ia lakukan pasti mendapat konsekuensi serta ia harus mencari tahu bahwa memukul adalah perilaku yang salah.

 

  • Tetap pada rencana

Sebisa mungkin, tetap menggunakan tanggapan yang sama saat anak bersikap agresif. Semakin bisa diprediksi hal yang Mums lakukan saat anak bersikap agresif, akan semakin cepat tertanam di pikiran anak bahwa ketika ia melakukan hal tersebut, Mums akan bersikap demikian.

 

Walaupun di hadapan publik biasanya anak tetap berlaku demikian untuk membuat orang tua malu, tetaplah lakukan rencana awal. Bersikaplah seperti bagaimana seharusnya, agar ia tahu di manapun ia berada, ia tidak boleh bersikap agresif.

 

Baca juga: Manfaat Emoji Bagi Kesehatan Mental dan Emosi 

 

  • Bicaralah dengannya

Biarkan anak meredam emosinya kemudian bicarakan apa yang terjadi. Sebaiknya 30 menit setelah kejadian, Mums bertanya alasan mengapa ia melakukan tindakan agresif itu sebelum ia melupakannya. Kemudian, Mums bisa menambahkan bahwa marah adalah hal natural yang terjadi, tetapi bukan hal yang baik untuk memukul, menendang, menggigit, bahkan mendorong seseorang.

 

Berikan saran kepadanya apabila ia sedang marah, berdiskusi dengan orang yang lebih tua untuk mendapatkan solusi atau berbicara kepada temannya mengenai rasa marah yang ia rasakan tanpa harus melakukan hal yang kasar.

 

Baca juga: Anak Perempuan Setara dengan Anak Laki-laki

 

Selain itu, ada cara lain yang bisa Mums dan Dads lakukan saat anak mulai terlihat sangat marah atau seperti ingin mencapai puncak kemarahannya. Ajak ia duduk di samping orang tua untuk beberapa waktu.

 

Jika ia sudah mau duduk bersama dan cukup terlihat sedikit tenang, peganglah tangannya perlahan dan secara tegas tanyakan kepadanya apa yang membuat ia sedemikian marah. Yang perlu diingat adalah untuk tidak membalas kemarahan dengan amarah. Nantinya, tindakan agresif justru tidak terelakkan. Hal itu tidak akan membuat anak mengetahui bahwa ia salah. Malahan, ia akan semakin menjadi anak yang pemarah. (AS)

 

Akibat_Suka_Marah_marah_saat_Hamil - GueSehat.com