Baru-baru ini Cynthia Lamusu, melalui akun Instagram anaknya, tatjanadanbima mengunggah salah satu foto anak kembarnya, Bima, hasil pernikahannya dengan Surya Saputra. Pada caption foto yang diunggahnya itu, ia mengungkapkan kondisi Bima, anaknya yang mengalami Retinopathy of Prematurity (ROP) atau Retinopati Prematuritas.  

 

Seperti dikutip dari detik.com, Cynthia Lamusu melahirkan bayi kembar pada 21 November 2016. Proses melahirkan saat itu dipercepat walau kandungan Cynthia baru berusia 33 minggu. Namun, lahir prematur ternyata memberikan efek pada Bima, yaitu gangguan mata cukup serius dan dapat menyebabkan kebutaan.  



"#BIMA kok pakai kacamata? Itu kacamata gaya aja atau kacamata beneran? Semua sudah tahu ya kalau @tatjanadanbima terlahir prematur di usia kandungan saya yang baru 33 minggu (harusnya yang normal minimal 37 minggu) Naaah... bayi prematur itu sangat berisiko terkena ROP (Retinopathy of Prematurity)," ungkap istri Surya Saputra itu pada akun Instagram anaknya.

 

Baca juga: Mums, Yuk Jaga Kesehatan Mata Saat Hamil! 

 

Penyebab Retinopati Prematuritas

Masih dalam caption foto yang sama, Cynthia menambahkan kalau gangguan mata yang dialami anaknya itu rawan terjadi pada bayi prematur dengan berat sekitar 1.250 gram atau kurang. Gangguan itu juga dapat terjadi pada bayi yang lahir sebelum minggu ke-31 kehamilan. “Semakin kecil bayi ketika lahir, semakin besar kemungkinannya untuk terkena ROP,” ungkapnya. 


Dikutip dari WebMD, retinopati prematuritas merupakan gangguan mata yang terjadi pada bayi prematur dengan berat sekitar 2,75 pounds atau 1.250 gram atau kurang dan lahir sebelum minggu ke-31 kehamilan (jangka waktu kehamilan yang dianggap cukup ialah 38-42 minggu).







 

Mata bayi mulai berkembang sekitar minggu ke-16 kehamilan. Kalau bayi lahir sangat awal, proses berkembangnya mata ini menjadi singkat. Pembuluh darah di matanya tidak memiliki cukup waktu untuk berkembang sebagaimana mestinya. Sebaliknya, mata tumbuh tidak seperti sehatusnya atau bisa begitu rapuh, dan membuat darah berdarah.

 

 

Gejala Retinopati Prematuritas

Hanya dokter yang dapat mendiagnosis bayi Kamu mengalami retinopati prematuritas atau tidak. Semua bayi yang memiliki risiko harus dilakukan screening setelah lahir. Namun, terdapat 5 tahapan retinopati prematuritas yang perlu diketahui, nih.

 

Baca juga: Mums, Yuk Mengenal Mata Malas pada Si Kecil!

Stadium 1 merupakan bentuk paling ringan dari gangguan mata yang satu ini. Bayi pada stadium 2 sering kali tidak membutuhkan penanganan apapun dan masih memiliki penglihatan yang normal. Bayi yang mengalam stadium 3 akan mengalami pertumbuhan pembuluh darah secara abnormal dan bisa meluas. Pada stadium 4, retina mulai berpindah dari tempat normalnya. Sedangkan, pada stadium 5, masalah penglihatan menjadi lebih parah dan bisa seperti buta. 

 

Perubahan pembuluh darah tersebut seiring waktu dapat menyebabkan masalah penglihatan yang serius, seperti:

  • Gerakan mata abnormal.
  • Stabismus.
  • Mata malas.
  • Retina yang berpindah dari tempat normalnya.
  • Rabun jauh yang parah.
  • Tekanan mata yang meningkat (glaukoma).

  

Diagnosis dan penanganan dini dapat mencegah retinopati prematuritas semakin buruk dan mencegah keadaan darurat medis lainnya. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sesegera mungkin untuk mencegah gangguan mata yang serius ini.

 

Baca juga: Penanganan Jika Mata Bayi Belekan

 

Penanganan Retinopati Prematuritas

Penanganan retinopati prematuritas tergantung pada tingkat keparahan. Dikutip dari MayoClinic, beberapa perawatan memiliki efek samping tersendiri. Beberapa penanganan medis untuk retinopati prematuritas ini pun meliputi:

  • Terapi laser. Terapi ini untuk menangani retinopati prematuritas tingkat lanjut. Terapi ini me-laser area sekitar tepi retina yang tidak memiliki pembuluh darah normal.
  • Krioterapi. Ini merupakan perawatan awal untuk retinopati prematuritas. Krioterapi menggunakan instrumen untuk membekukan bagian mata tertentu yang membentang di luar tepi retina. Meski begitu, terapi ini jarang digunakan karena hasil dari terapi laser umumnya lebih baik.
  • Injeksi Obat anti-vaskular endothelial growth factor (anti-VEGF) bekerja dengan menghalangi pertumbuhan berlebih dari pembuluh darah di retina. Obat ini disuntikkan ke mata saat bayi dalam anestesi umum.

 

Kalau retina terlepas, dokter mungkin dapat melakukan operasi yang lebih rumit, seperti scleral buckling ataupun vitrektomi. Operasi tersebut mungkin dapat menghentikan gangguan mata ini dan mencegah kehilangan penglihatan.  

 

Namun, karena semua anak dengan retinopati prematuritas berisiko tinggi mengalami masalah mata di kemudian hari, perlu untuk selalu mengecek dan berkonsultasi mengenai kondisi mata si Kecil setiap tahunnya, bahkan hingga dewasa. Hal ini karena retinopati prematuritas bukanlah gangguan mata yang sepele. (TI/AY)

makanan untuk kesehatan mata