Umumnya mual pada kehamilan akan mereda di akhir trimester pertama. Namun jika mual pagi yang parah bahkan hingga harus dirawat terus berlanjut di trimester dua (minggu 12 dan 21 kehamilan), Mums hendaknya waspada. Dikutip dari Livescience, menurut sebuah studi di Swedia, perempuan dengan mual pagi yang parah di trimester dua berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan.

 

Dalam studi tersebut, calon ibu yang mengalami mual pagi hari parah yang disebut hiperemesis gravidarum, dua kali lebih berisiko mengalami preeklampsia dan 1,4 kali lebih mungkin melahirkan bayi yang kecil dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita morning sickness parah.  

 

Perempuan dengan hiperemesis gravidarum selama trimester kedua juga tiga kali lebih mungkin mengalami solusio plasenta (plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir) dibandingkan perempuan tanpa hiperemesis gravidarum.

 

Masih Mual Muntah Parah di Trimester 2, Apakah Hiperemesis Gravidarum?

Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi mual dan muntah parah yang dialami ibu hamil. Kondisi ini rentan menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan yang drastis. Terlebih jika ibu hamil jadi sulit untuk menelan makanan atau cairan apapun. Jika ini terjadi, maka perlu penanganan intensif agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

 

Sebenarnya mual parah yang sampai harus dirawat intensif jarang terjadi. Menurut studi yang melibatkan lebih dari 1,1 juta perempuan, hanya 1,1% yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Meski demikian ada baiknya tetap waspada. Jika mums mengalami gejala berikut, segera periksakan ke dokter.

  1. Mual parah
  2. Muntah lebih dari tiga kali sehari
  3. Tidak bisa menahan makanan atau cairan
  4. Dehidrasi
  5. Pusing
  6. Buang air kecil kurang dari biasanya atau berwarna gelap
  7. Kelelahan ekstrim.
  8. Pingsan
  9. Sakit kepala berulang
  10. Penurunan berat badan
  11. Muntah disertai darah atau berwarna kecoklatan

 

Gejala lain yang kurang umum termasuk:

  1. Tekanan darah rendah
  2. Jantung berdebar-debar
  3. Kulit kering
  4. Linglung atau kebingungan
  5. Penyakit kuning karena kerusakan hati

 

Apa yang harus dilakukan jika mengalami hiperemesis gravidarium? 

Untuk kasus yang ringan, Mums dapat mengatasinya dengan langkah berikut:

  1. Ubah gaya hidup. Mums bisa mengunyah jahe atau minum teh jahe untuk mengurangi mual.
  2. Ubah pola makan. Komsusmsi makanan kecil tiap dua jam. Makanan yang kering dan cenderung hambar dapat membantu mengatasi mual. Hindari makanan pedas dan berminyak.
  3. Dokter mungkin akan menyarankan beberapa obat mual

 

Jika kasus yang dialami tergolong sedang hingga berat, Mums dapat melakukan tindakan berikut:

  1. Dokter mungkin akan menyarankan obat resep yang tersedia melalui infus, suntikan, atau supositoria rektal jika Mums tak bisa menelan dengan normal.
  2. Cairan intravena. Dokter dapat merekomendasikan untuk rawat inap agar bisa memberikan cairan dan nutrisi lewat infus.
  3. Pada kasus hiperemesis gravidarum yang paling parah, nutrisi diberikan melalui infus yang melewati sistem pencernaan sepenuhnya. Hal ini memungkinkan sistem pencernaan untuk tidak harus bekerja sama sekali dan berproses untuk sembuh.

 

Pengaruh hiperemesis gravidarium terhadap janin

Meski hiperemesis gravidarium dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi, namun jika ditangani dan segera dirawat dengan benar, hiperemesis gravidarium tidak akan berpengaruh pada janin. Namun dalam kasus tertentu dan jarang terjadi,  turunnya berat badan berlebihan atau dehidrasi dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lebih rendah.

 

Mums yang mengalami hiperemesis gravidarium berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya, namun mereka yang menerima pengobatan yang tepat untuk kondisi ini biasanya melahirkan bayi yang sehat.

 

 

 

Referensi:

 

thebump.com

livescience.com

yankes.kemkes.go.id

my.clevelandclinic.org