Lendir vagina bisa berubah-ubah jumlah, konsistensi, dan bahkan baunya di sepanjang fase siklus menstruasi. Beberapa wanita memantau lendir vaginanya untuk memprediksi waktu ovulasi atau masa subur, sehingga mereka bisa menentukan waktu berhubungan seks untuk meningkatkan kesempatan hamil. Lalu, apakah lendir vagina terlalu banyak pertanda infertilitas?

 

Yuk Mums, langsung aja kita bahas tentang kondisi lendir vagina terlalu banyak!

 

Baca juga: Dapatkan Informasi Seputar Promil, Kehamilan, dan Tumbuh Kembang Langsung dari Ahlinya
 

Lendir Vagina Terlalu Banyak, Normalkah?

Setelah menstruasi, lendir vagina melalui beberapa fase, setiap fase berlangsung sekitar satu hingga tiga hari. Pada umumnya, beberapa hari setelah menstruasi, vagina kering. Kemudian, lendir vagina mulai muncul dan terasa lengket. Kemudian, lendir vagina menjadi lebih creamy, seperti lotion.

 

Kemudian, lendir vagina biasanya menjadi semakin banyak dan cair, sebelum akhirnya konsistensinya berubah menjadi seperti putih telur mentah. Pada waktu inilah umumnya lendir vagina paling banyak keluar.

 

Normal mengeluarkan lendir vagina yang banyak selama satu sampai lima hari, tepat sebelum ovulasi. Pada umumnya, hormon luteinizing dan estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lendir vagina. Peningkatan hormon ini terjadi tepat sebelum ovulasi. Peningkatan lendir vagina pun berbeda-beda pada setiap orang.

 

Setelah itu, biasanya lendir vagina kembali menurun dan mengering, sebelum kemudian meningkat kembali dan terasa lengket, tepat sebelum menstruasi. Namun, beberapa wanita juga memiliki lendir vagina yang menyerupai putih telur tepat sebelum menstruasi dimulai.

 

Setiap tubuh berbeda, namun pada beberapa kasus, ada penyebab dari perbedaan dalam lendir vagina. Kalau Mums kesulitan memantau lendir vagina, atau jika Mums menyadari tiba-tiba ada perubahan pada lendir vagina, konsultasikan dengan dokter.

 

Baca juga: Perjuangan Promil Saya, Keguguran Hingga Akhirnya Dikaruniai Anak Kembar!
 

Infeksi Vagina

Penting membedakan lendir vagina normal karena siklus hormonal dengan lendir vagina karena infeksi. Lendir vagina yang sehat biasanya berwarna bening atau sedikit kekuningan, sementara lendir vagina berwarna abu-abu atau hijau disertai bau tidak sedap ataupun rasa gatal dan iritasi bisa menjadi penyebab infeksi.

 

Reaksi Inflamasi

Terkadang jaringan vagina atau vulva sensitif terhadap pembersih, pakaian, atau hal lain. Hal ini bisa menyebabkan reaksi alergi atau iritasi kontak. Gejalanya meliputi rasa gatal atau nyeri, namun peningkatan lendir vagina juga bisa terjadi.

Kondisi inflamasi atau peradangan, termasuk vulvitis sel plasma dan DIV (desquamative inflammatory vaginitis), juga bisa menyebabkan lendir vagina terlalu banyak.

 

Hubungan Seksual

Lendir vagina saat terangsang atau setelah berhubungan biasanya sulit dibedakan dengan lendir serviks atau sisa air mani, karena semua cairan tersebut cenderung memiliki karakteristik, warna, dan konsistensi yang serupa. 

 

Air mani encer, namun tidak meregang seperti lendir vagina. Lendir serviks yang menyerupai putih telur juga sama, namun lebih kental dibandingkan air mani.

 

Masalah Media

Wanita yang memiliki PCOS bisa mengalami ovulasi lebih jarang atau bahkan sama sekali tidak mengalaminya, sehingga sulit memantau lendir vagina. Masalah medis lain, seperti masalah tiroid atau stres berat juga bisa mengganggu ovulasi dan produksi, kualitas, serta kuantitas lendir vagina.

 

Kanker pada sistem reproduksi cukup langka, namun terkadang lendir vagina yang tidak normal atau perdarahan bisa menjadi pertandanya.

 

Baca juga: Persiapan Promil, Mulai dari Fisik, Materi, hingga Psikis

 

Sumber:

Very Well Family. Do You Have Too Much Vaginal Mucus?. September 2020.
Connor CJ, Eppsteiner EE. Vulvar contact dermatitis. Proc Obstet Gynecol. 2014.
Simonetta C, Burns EK, Guo MA. Vulvar dermatoses: A review and update. Mo Med. 2015.
U.S. Department of Health and Human Services Office of Population Affairs. Female reproductive cancers.