Hai, Mums! Saya baru ikutan dan ingin share pengalaman saya di Teman Bumil, nih. Semoga pengalaman saya ini bermanfaat dan bisa menjadi semangat buat Mums yang sedang promil (program hamil) dan Mums yang sedang menunggu kelahiran si Buah Hati. ❤️

 

Jadi, saya menikah pada November 2017. Selang beberapa bulan, haid saya masih lancar. Saya pun tidak mengalami tanda-tanda kehamilan. Padahal, saya dan suami sebenarnya ingin sekali cepat-cepat punya bayi.

 

Karena suami sangat mendukung saya untuk cepet punya anak, akhirnya saya mencari-cari dokter di daerah Tangerang untuk memulai promil. Saya mendapatkan rekomendasi dokter di Omni Hospitals.

 

Beliau adalah dokter yang khusus menangani promil dan program untuk pasien yang memiliki kendala untuk hamil, misalnya mengalami kista, miom, sel telur yg kecil, dan lain-lain. Saya tidak bisa menyebutkan detailnya, karena nanti akan jadi panjang ceritanya. Hehehe.

 

Pertama kali datang, kita cerita sudah menikah beberapa lama tetapi sampai sekarang masih belum punya momongan. Dokter bilang, kalau belum lewat 6 bulan sih seharusnya santai saja.

 

Namun, saya minta dicek, apakah ada kendala pada saya atau suami. Untungnya, saya memiliki suami yang sangat terbuka. Jadi, bagi dia tidak tabu untuk cek sperma. Saya sendiri bersedia cek indung telur serta saluran.

 

Baca juga: Hamil Hanya dengan Satu Ovarium, Mungkinkah?



Hasil pemeriksaan menunjukkan, saluran saya bersih dan tidak ada penyumbatan. Hanya saja, sel telur saya kecil. Hal ini kurang memenuhi standar untuk dapat dibuahi. Untuk hasil tes suami, bentuk spermanya sempurna, mulai dari kepala, badan, hingga ekor. Namun, jumlah sperma sedikit dan pergerakannya kurang gesit.



Nah, berdasarkan hasil yang ada dapat disimpulkan kenapa kita belum punya momongan. Saya dan suami pun sepakat untuk melanjutkan program hamil dengan dokter tersebut. Inilah cerita awal promil kita. Maaf ya kalau kata-katanya agak berantakan.

 

Melakukan Promil Pertama

Pertama, saya diberikan obat suntik untuk merangsang sel telur menjadi besar, yaitu Gonal F., pada 3 ruas jari di sebelah pusar kiri dan kanan secara bergantian. Untuk harga, namanya juga obat hormon ya Mums, pasti agak mahal. Namun, apapun kita lakukan untuk bisa memiliki buah hati. Kedua, suami diberikan obat untuk memperbaiki sperma. Ada 2 macam obat yang harus diminum selama 3 bulan.



Setelah kita menjalani semuanya, tiba saatnya saya harus ke dokter lagi untuk USG transvaginal. Gunanya yaitu untuk melihat apakah ada perubahan. Hasilnya cukup bikin happy! Sel telur saya jadi membesar dan sudah siap untuk dibuahi.

 

Finally, dokter memberikan jadwal kapan saya harus berhubungan seks dengan suami. Awalnya agak 'krik-krik' ya, tetapi lama-lama jadi biasa saja. Hahaha. Ingat Mums, ini demi adik bayi!

 

Baca juga: Ingin Program Hamil, Pilih Bidan atau Dokter Kandungan, Ya?

 

Setelah itu, seminggu kemudian kita kembali lagi. Dokter menyuntik saya dengan obat agar sel telur yang sudah dibuahi bisa melakukan pelepasan dan menempel ke dinding rahim.



Semua proses sudah selesai! Sekarang tinggal menunggu jadwal haid berikutnya. Dokter memberikan informasi kepada saya, apabila sudah telat datang bulan 2-3 hari, silahkan cek menggunakan test pack.

 

Ketika saya sudah telat 2 hari, di pagi hari saya memberanikan diri untuk tes. Ayo, apa hasilnya, Mums? Yup, hasilnya positif! Untuk pertama kalinya saya melihat ada 2 garis menghiasi test pack. Senangnya luar biasa. Saya hanya bisa menangis di depan suami, tetapi ini tangisan kebahagiaan lho, Mums.

 

Kebiasaan Unik Ibu Hamil di awal Kehamilan - GueSehat.com

 

Janin Tidak Berkembang dan Harus Kuret

Akhirnya, kita rutin 2 minggu sekali cek ke dokter untuk melihat perkembangan janin. Namun, saya jadi sedih nih, Mums. Pasalnya di minggu ke-8, saat kita cek ke dokter kandungan, saya mendapat informasi kalau janin tidak berkembang dan detak jantungnya berkurang atau tidak kuat.

 

Air mata saya langsung keluar begitu saja. Padahal, saya tidak mengalami vlek, jatuh, atau apapun yang membuat janin jadi tidak berkembang. Akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan tindakan kuretase, dengan pertimbangan plasenta janin sudah cukup besar. Jadi, bisa bersih total jika dilakukan tindakan kuret.



Waktu kuret, sakitnya tidak seberapa dibandingkan rasa sedihnya. Kenapa? Karena ruangan di sebelah saya sedang melakukan proses persalinan. Saya bisa mendengar suara bayi nangis. Sangat bertolak belakang kan Mums dengan yang terjadi di ruangan saya?



Sedih rasanya. Saya minder banget mau ketemu orang lain. Tidak percaya diri mau cerita setiap kali ditanya oleh orang-orang kenapa bisa keguguran dan lain-lain. Namun, saya berpikir bahwa berlarut-larut dalam kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah. Saya juga kasihan melihat suami yang menghadapi saya yang sedih melulu. Begitupun keluarga. Saya tidak boleh egois. Saya yakin semua sudah diatur oleh Tuhan.

 

Tidak Pantang Menyerah, Mulai Promil Kedua dengan Inseminasi

Setelah 3 bulan proses kuret itu, saya dan suami tidak pantang menyerah dan bersedih. Kita berdua semangat untuk melakukan promil kedua. Kita berkonsultasi dengan dokter untuk melihat review dari hasil program sebelumnya dan analisis keguguran sebelumnya. Dokter menganjurkan kita untuk menjalani program inseminasi.

 

Saya dan suami tipe yang manut dan mempercayakan semuanya ke dokter, karena dia yang tahu semuanya. Namun, proses inseminasi juga butuh waktu yang lama sama seperti program hamil alami yang saya jalani sebelumnya. Bedanya hanya pada proses penyuntikan sperma, yang dibantu dengan alat medis.



Demi mempersiapkan semuanya agar berjalan dengan lancar, saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Saya dulu memang bisa dibilang gila karier. Baru bekerja 3 tahun di salah satu company retail di perusahan ternama, saya sudah menjadi dept. head. Namun, saya sadar harus memilih dan mengutamakan sesuatu. Akhirnya, saya mengajukan resign dan memilih fokus dengan promil.

 

Tibalah pada hari H, ketika sperma suami diambil dan dilakukan washing sperma oleh tim dokter. Setelah itu, dipilih sperma-sperma terbaik (prosesnya sekitar 3 jam), lalu dimasukkan ke saya dengan menggunakan alat suntik dan slang yang sangat elastis, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit.

 

Proses penyuntikan sperma tidak berlangsung lama, yaitu hanya 5-10 menit. Kemudian, saya disuruh berbaring dengan kaki lebih tinggi dari kepala sekitar 10 menit. Setelah itu, saya diperbolehkan pulang.

 

Baca juga: Apakah Wanita Harus Orgasme untuk Bisa Hamil?

 

Dokter berpesan agar saya jangan melakukan kegiatan yang terlalu berat, seperti naik-turun tangga, angkat berat, atau lari, selama menunggu jadwal haid selanjutnya. Jika telat 2-3 hari, dokter menganjurkan untuk segera memeriksakan kehamilan dengan test pack.

 

Singkat cerita, jadwal haid pun datang tetapi belum ada tanda-tanda. Hanya saja, perut saya terasa keras dan kram. Namun, tidak ada tanda darah haid keluar. Selang 2 hari juga masih seperti itu.

 

Akhirnya, suami menganjurkan saya untuk mengecek dengan test pack. Percaya tidak percaya Mums, saya membeli alat test pack banyak banget dari berbagai macam merek. Hahaha.

 

Waktu tes pertama, hanya tampak 1 garis. Saya tinggalkan test pack itu kurang lebih 10 menit. Waktu saya mengecek lagi, terlihat sedikit sekali tanda samar di garis ke-2. Saya langsung memberi tahu dokter dan ia meminta saya melakukan tes kehamilan lagi 2 hari ke depan.

 

Saya Hamil Anak Kembar!

Dua hari berikutnya, saya pun melakukan tes kehamilan kembali. Hasilnya 2 garis! Kali ini, garis ke-2 sedikit lebih nyata dari sebelumnya. Dokter pun menganjurkan saya langsung ke rumah sakit untuk melakukan cek USG transvaginal, guna lebih jelas mendeteksi kehamilan.

 

Pada saat dilakukan USG, dokter mengatakan kalau memang betul sudah ada kantong janin. Namun, kantong tersebut masih sangat muda umurnya dan rawan. Mendengar kata 'rawan', saya jadi agak trauma dengan pengalaman keguguran sebelumnya.

 

Dokter pun memberikan saya obat penguat dan vitamin-vitamin lainnya. Dua minggu kemudian saya diminta kembali ke rumah sakit untuk melakukan kontrol rutin dan mengecek apakah perkembangan janin baik atau tidak.

 

Dua minggu berlalu, saya pun kembali mengunjungi dokter. Waktu di USG, dokter mengatakan, “Wah berhasil nih, Bu. Tapi kok ada 2 kantong janin, ya? Terus keduanya sudah terdeteksi denyut jantungnya.”

 

Saya dan suami langsung kaget. Suami pun bertanya, “Maksudnya ada 2, Dok?”

 

Dokter langsung memberikan selamat kepada kita berdua sambil mengatakan, “Selamat ya, Pak, Bu, hamilnya bagus dan kembar."

 

Saya cuma bisa menangis bahagia saat itu. Setelah menghadapi up and down promil pertama, ternyata Tuhan membalasnya dengan memberikan kita bayi kembar! Sampai saat ini, mereka masih berada di perut saya. Usia mereka sudah 23 minggu menuju 24 minggu (6 bulan).

 

Baca juga: Yang Perlu Mums Ketahui Tentang Secondary Infertility

 

Sekarang, saya dan suami sedang menanti-nantikan kehadiran mereka dan #siapKetemuAnakku. Mereka berdua sangat aktif di dalam perut saya, sampai-sampai saya dan suami memanggil mereka “bolu-bolu”, yang artinya bocah-bocah lucu.



Jadi buat Mums yang khususnya sedang promil, jangan pantang menyerah dan terus berpikir positif! Pasalnya, hal itu sangat berpengaruh banget dengan hormon dan keberhasilan promil kita.

 

Semangat terus ya, Mums! Saya sangat terbuka untuk saling tukar pikiran dengan Mums supaya bisa terus semangat menjalani kehamilan. Soalnya, kita memang harus saling support! Hal ini tentunya sangat dibutuhkan, agar Mums yang sedang melakukan program hamil mendapatkan banyak informasi dari teman-teman seperjuangan.