Kamu kehabisan masker, atau masker mahal? Ya, saat ini keluhan tersebut cukup sering didengar menyusul wabah coronavirus atau virus korona baru (2019-nCoV) yang berasal dari Kota Wuhan di China, telah menyebar ke berbagai negara. WHO telah mengumumkan darurat kesehatan global ketika coronavirus terus menyebar luas ke belahan dunia.

 

Jadi, tidak heran ketika banyak orang yang kemudian membeli masker medis atau masker bedah (surgical mask) dengan harapan bisa mencegah penularan virus yang hingga saat ini belum ada vaksinnya. Beberapa orang bahkan mencari masker N95 yang jauh lebih tebal. 

 

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Masker untuk Melindungi dari Polusi

 

Apakan Masker Efektif Melindungi?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat telah mengeluarkan pedoman tentang dua jenis masker, yakni masker bedah dan respirator N95 yang biasa dipakai oleh petugas kesehatan dan pasien.

 

Masker bedah telah disetujui oleh BPOM AS (FDA) untuk melindungi pemakainya terhadap partikel udara yang lebih besar dan juga percikan cairan tubuh dari seseorang yang sakit. Namun, masker bedah tidak bisa mencegah seseorang menghirup partikel udara yang lebih kecil.

 

Dari segi harga, masker bedah sangat murah. Walau begitu, penggunaan masker ini tidak boleh lebih dari 8 jam. “Masker bedah hanyalah penghalang fisik yang akan melindungi Kamu terhadap cairan besar. Ketika digunakan, masker ini sangat longgar di wajah, sehingga Kamu tidak akan sepenuhnya terlindungi dari kuman lantaran partikel udara kecil masih bisa terhirup hidung,” ucap Raina MacIntyre, peneliti penyakit menular dan profesor di University of New South Wales, Sydney, Australia.

 

Itulah kenapa, CDC tidak menganggap masker bedah sebagai alat untuk melindungi pernapasan dari kuman. Lantaran ikatannya longgar, ketika Kamu memakai masker bedah, ada potensi partikel udara yang tidak tersaring akan terhirup oleh hidung.

 

“Jangan pernah memakai masker yang dibuat dari kain. Walaupun bisa dicuci, penggunaan masker kain mungkin berbahaya karena retensi kelembapan dapat membuat masker jenis ini menjadi tempat berkembang biaknya patogen,” ucap Raina.

 

Baca juga: Posisi Duduk di Pesawat yang Aman dari Penularan Coronavirus!

 

N95 Jauh Lebih Unggul, tapi tidak Disarankan

Masker N95 menawarkan perlindungan yang jauh lebih unggul. Tapi CDC merekomendasikan masker N95 hanya untuk para petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien korona. N95 merupakan masker respirator yang pas dengan wajah dan dirancang untuk menyaring partikel kecil di udara. CDC juga mengatakan bahwa masker N95 sudah melalui proses pengujian.

 

Diberi nama “95” karena masker ini akan menyaring 95 persen partikel sekecil 0,3 mikron di udara. Hanya saja, N95 sulit dipakai dalam jangka panjang karena menimbulkan rasa tidak nyaman saat dipakai karena bentuknya yang pas di wajah dengan tali ketat.

 

“Apabila dipakai oleh orang awam, ada kemungkinan mereka akan mengubah posisi masker agar nyaman dan bisa bernapas. Jika seperti itu, akan ada kebocoran udara yang terhirup hidung,” kata dr. Peter Rabinowitz, direktur MetaCenter for Pandemic Desease Preparedness and Global Health Security di University of Washington.

 

Penting diingat bahwa masker N95 tidak akan bekerja dengan maksimal jika dikenakan oleh anak-anak. Selain itu, mereka yang memiliki masalah paru-paru mungkin merasa lebih sulit bernapas ketika mengenakan masker N95 karena memang ukurannya yang pas di wajah.

 

Bagaimana cara melepaskan masker merupakan hal yang tidak kalah penting. Baik itu masker bedah atau N95. Apabila menyentuh bagian depan masker saat melepasnya, Kamu bisa mencemari diri sendiri.

 

Baca juga: Selain Masker, Inilah Alat Perlindungan untuk Mencegah Tertular Coronavirus

 

 

Referensi:

NPR. Face Masks: What Doctors Say About Their Role In Containing Coronavirus

Forbes. Should You Get A Face Mask? A Guide To Coronavirus Face Protection

Time. Can Face Mask Prevent Coronavirus? Experts Say That Depends