Seiring bertambahnya usia si Kecil, maka ia pun akan mengembangkan keterampilan bersosialisasi. Di satu sisi, tentu hal ini menyenangkan karena ia mampu berteman. Di sisi lain, ia bisa saja terpapar dengan hal yang kurang menyenangkan, seperti diejek oleh temannya. Bagaimana orang tua menyikapi ini? Berikut informasinya untuk Mums.

 

Kenapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Di usia prasekolah, si Kecil mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang hebat, terutama di bidang bahasa. Perbendaharaan katanya terus bertambah setiap hari seiring meningkatnya interaksinya dengan orang lain. Dari situ ia pun mulai memahami bahwa beberapa frasa membawa bobot yang lebih besar dan bisa menyebabkan lebih banyak reaksi terhadap orang lain, bisa baik atau buruk. Salah satu contohnya adalah mengejek atau diejek.

 

Sepintas, mengejek seperti hanya menggoda dan tampak seperti sesuatu yang biasa. Itu terjadi setiap hari di taman bermain, di sekolah, ataupun antarsaudara sendiri. Sebagian besar, mengoda antarsaudara dan teman ini tidak berbahaya jika dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bersahabat, dan saling menguntungkan, dan kedua pihak menganggapnya lucu.

 

Tetapi ketika ejekan menjadi menyakitkan, tidak baik, dan terus-menerus, sebenarnya itu sudah melewati batas dan dapat dengan cepat berubah menjadi intimidasi. Terutama untuk anak-anak kecil yang belum tentu tahu bagaimana menghentikan situasi agar tidak lepas kendali dan perlu segera dihentikan.

 

Kenapa ya, anak-anak bisa mengejek orang lain? Ada beberapa faktor yang bisa dipertimbangkan, antara lain:

- Pengaruh keluarga. Jika seorang anak berasal dari keluarga yang menganggap ejekan dan sarkasme adalah hal biasa, lama-kelamaan itu terbentuk menjadi kebiasaan dan akan dibawa oleh si Kecil ke luar rumah.

- Pengaruh eksternal seperti sering terpapar acara televisi dengan karakternya mengajak, kemudian perilaku tersebut ditiru oleh si Kecil dan perlahan menjadi kebiasaan.

 

Beberapa bentuk ejekan atau intimidasi dapat berbentuk seperti:

  • Membuat panggilan yang mempermalukan.
  • Mempermalukan orang lain dengan memusatkan perhatian pada subjek sensitif yang diketahui dan tidak menyerah.
  • Bersembunyi di balik kata-kata, "Aku hanya bercanda!" atau "Jangan baper, deh!"
  • Mengolok-olok seseorang atas hal-hal yang tidak lucu seperti berat badan, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan sebagainya.

 

Baca juga: Tips Pemberian Nutrisi untuk Anak Aktif

 

 

 

 

Hentikan Sekarang Juga!

Bisakah si Kecil terbebas dari ejekan atau perkataan yang kurang menyenangkan dari lingkungannya? Tampaknya hal itu cukup sulit. Pasalnya, sebagian besar anak akan mengalami periode ejekan atau intimidasi di sekolah atau kegiatan lainnya di luar rumah. Berdasarkan fakta, 9 hingga 15 persen anak-anak mengalami ejekan dan intimidasi kronis yang bisa berbahaya, menurut sebuah studi tahun 2004 oleh June Andrews Horowitz yang diterbitkan dalam Journal of American Psychiatric Nurses Association.

 

Tak main-main, dampak dari menerima ejekan bisa serius dan berlanjut hingga dewasa, antara lain:

  • Salah satu efek utama dari ejekan pada anak adalah penurunan harga diri yang signifikan. Menggoda atau mengejek biasanya memusatkan perhatian pada karakteristik seorang anak yang dianggap "berbeda" dari orang lain. Ketika orang lain berfokus pada “perbedaan” si Kecil dan mengejeknya, si Kecil dapat merasa tidak normal, tidak diinginkan, atau malu dengan dirinya sendiri. Tak main-main, harga diri yang rendah dapat berlanjut melewati masa kanak-kanak hingga dewasa, kemudian memengaruhi bidang-bidang seperti pekerjaan dan hubungan.
  • Diejek terus-menerus dapat berkontribusi pada perkembangan masalah kesehatan mental, seperti depresi. Kecemasan juga dapat tumbuh dalam diri seorang anak, baik karena takut pada orang yang menggodanya atau takut diolok-olok oleh orang lain
  • Hilangnya harga diri dan cara mengejek yang kejam dapat memengaruhi suasana hati anak secara keseluruhan. Seorang anak bisa saja kehilangan minat dalam kegiatan atau membangun hubungan di mana ia merasa berbeda dari orang lain di sekitar mereka.
  • Diejek atau diintimidasi juga dapat berdampak signifikan pada kinerja akademik anak. Pasalnya, ketika digoda atau diejek, perhatiannya akan teralihkan sehingga ia tidak bisa fokus pada sekolah, terutama jika orang yang menggoda itu berada di kelas yang sama. Kurang fokus dan kurang minat di sekolah tentu dapat mengakibatkan penurunan prestasi akademik. Menerima ejekan dari temannya juga dapat menyebabkan si Kecil tidak ingin pergi ke sekolah sama sekali jika ejekan terus-menerus atau jika ejekan telah berkembang menjadi ancaman, kontak fisik, atau intimidasi lainnya.

 

Pada beberapa anak, kondisi tak menyenangkan ini mampu diatasi, namun pada beberapa anak lain, dapat meninggalkan bekas luka emosional yang bertahan lama. Bekas luka ini dapat memengaruhi perilaku si Kecil dan juga meningkatkan risiko kesulitan psikologis dan akademis sepanjang sekolah dan hingga dewasa. Sudah jelas, orang tua sangat penting untuk menganggap intimidasi dengan serius dan tidak hanya mengabaikannya sebagai sesuatu yang harus "dilawan" oleh anak-anak. Soalnya, efeknya bisa serius dan memengaruhi rasa aman dan harga diri anak-anak. 

 

Apa yang bisa Mums lakukan untuk menolong si Kecil? Beberapa di antaranya:

 

  • Dengarkan cerita dari sudut pandang si Kecil

Yang sering terjadi adalah Mums mengetahui si Kecil diejek setelah mendapat laporan dari orang dewasa lain atau guru di sekolah. Nah, cobalah juga untuk membicarakan hal ini langsung kepada si Kecil. Bahkan jika misal Mums melihat sendiri bagaimana si Kecil diejek, Mums perlu mendengarkan kejadiannya berdasarkan cerita versi si Kecil. Dari sini Mums akan mengetahui bagaimana pandangan si Kecil tentang apa yang sedang terjadi dan akan membantu Mums memutuskan bagaimana mendekati situasi dan menemukan solusi yang tepat.

 

 

  • Berdayakan si Kecil

Insting orang tua untuk melindungi si Kecil, umumnya akan mengambil langkah untuk langsung mendatangi anak yang mengejek si Kecil dan mengkonfrontasinya. Namun tahukah Mums, bahwa cara itu tidak sepenuhnya efektif? Pasalnya, Mums tak akan bisa selalu berada di samping si Kecil dan membantunya. Lebih baik, ajarkan si Kecil untuk bisa membela dirinya sendiri. Ajari ia untuk mengatakan sesuatu seperti, "Aku tidak suka kamu mengatakan itu!" atau "Tolong berhenti menggodaku sekarang."

 

Terdengar sepele, namun reaksi tersebut nyatanya sangat berpengaruh, lho. Seringkali seorang anak yang menggoda tidak mengharapkan orang yang mereka goda untuk membela diri mereka sendiri, jadi respons yang sederhana dan kuat sering kali berhasil. Berjalan pergi adalah teknik lain yang sangat efektif untuk menghindarkan si Kecil dari situasi tak menyenangkan.

 

Baca juga: Hati-hati, Ini Dampak Konsumsi Susu Berlebihan pada Balita!

 

 

  • Ajari bahwa meminta bantuan itu boleh

Beberapa anak bisa saja berani untuk bersikap tegas dan mengadukan hal ini kepada orang tua atau orang dewasa jika ia diejek. Namun di sini lain, ada yang memilih menghindar karena takut dicap sebagai pengadu.

 

Jika si Kecil terus-menerus diejek oleh orang lain, atau bahkan sebelum hal ini terjadi, beri tahu kepadanya bahwa tidak apa-apa untuk meminta bantuan orang dewasa. Ajarkan kepadanya bahwa berani berbicara justru adalah sikap pemberani, bukan penakut.

 

 

  • Pastikan tidak ada yang menggoda si Kecil di rumah

Seorang anak yang diolok-olok di lingkungan bermain, sekolah, atau tempat penitipan anak, akan menjadi sangat sensitif. Setiap ejekan ataupun pernyataan bercanda, bisa saja menimbulkan ledakan emosi dan/atau menyebabkan stres tambahan pada anak. Maka, jadikanlah suasana di rumah sebagai lingkungan yang mendukung dan menyenangkan untuk si Kecil.

 

Peran orang yang menempatkan diri di samping si Kecil, adalah yang ia butuhkan jika menghadapi ejekan dari sebayanya. Mengikuti ke mana pun si Kecil pergi dan mengambil kendali dari semua interaksi sosialnya, nyatanya bukanlah cara yang efektif untuk menghentikan kejadian ini. Jadi, yuk bersikap bijak dan tidak gegabah ketika hal ini terjadi. (IS)



Baca juga: Kenali Gejala Hepatitis Akut Misterius yang Sudah Renggut 3 Anak di Indonesia

 

VeryWell. Teasing Child

Healthfully. Effects of Teasing

Live Science. Bully on Kids