Sejak kemarin, ramai dibicarakan tentang dihentikannya peredaran Kinder Joy dari pasaran akibat isu kontaminasi Salmonella. Namun di luar itu, cokelat telur ini sering kali disorot dari segi kandungan nutrisinya. Benarkah cokelat ini bukan camilan yang baik untuk anak-anak?

 

Isu Salmonella pada Cokelat Telur

Semua ibu pastinya tak asing dengan Kinder Joy, merek dagang untuk cokelat yang dikemas dalam kemasan plastik berbentuk telur. Mudah ditemukan di minimarket dan menyediakan unsur “kejutan” berupa mainan di dalamnya, camilan manis ini adalah “guilty pleasure” untuk semua anak-anak.

 

Namun, per hari Senin kemarin (11/4/), cokelat ini dihentikan peredarannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk sementara waktu. Langkah tersebut diambil setelah diterbitkannya peringatan publik (Food Alert) oleh Food Standards Agency (FSA), setelah Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UK Health Security Agency) melaporkan bahwa pada hari Jumat (8/4) tercatat 67 orang di Inggris, yang kebanyakan anak-anak, diketahui telah terinfeksi Salmonella.

 

Kasus pertama keracunan Salmonella ini dilaporkan di Inggris pada awal Januari 2022, dengan mengidentifikasi wabah sudah dimulai pada pertengahan Desember 2021. Wabah keracunan Salmonella tersebut tak hanya terjadi di Inggris, melainkan juga berlangsung di beberapa negara, seperti Irlandia, Jerman, Luksemburg, Swedia, dan Denmark. Hingga 5 April 2022, 134 kasus Salmonella telah dilaporkan di Eropa oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa. 

 

Potensi paparan bakteri Salmonella pada produk Kinder awalnya hanya untuk beberapa varian tertentu dan terbatas pada produk dengan tanggal kedaluwarsa hingga 7 Oktober 2022. Kendati demikian, seiring meluasnya kasus keracunan, semua produk Kinder yang diproduksi di situs Arlon Ferrero, Belgia, sejak Juni ditarik dari peredaran.

 

Baca juga: Cara Meningkatkan Berat Badan Anak Secara Sehat

 

 

Di Indonesia sendiri, produk Kinder yang paling populer dan mudah ditemukan adalah varian Kinder Joy, yaitu, cokelat cair dengan dua bola wafer di tengahnya. Menurut keterangan BPOM, produk tersebut diproduksi oleh Ferrero India PVT, LTD, bukan dari pabrik di Belgia.

 

Meski demikian, sebagai langkah kehati-hatian dan perlindungan, BPOM akan menghentikan peredaran produk merek Kinder di Indonesia untuk sementara waktu, hingga kondisi secara umum jelas dan dapat dipastikan bahwa produk tersebut tidak mengandung cemaran bakteri Salmonella.

 

Paparan Salmonella sendiri bukanlah hal sepele. Seseorang yang keracunan bakteri ini akan mengalami gejala diare, kram perut, mual, muntah, demam, sakit kepala, dan terdapat darah dalam feses. Kebanyakan orang akan pulih dari Salmonella dalam beberapa hari hingga seminggu, serta tidak memerlukan perhatian medis atau perawatan apa pun selama menjaga asupan cairan. Pasalnya, gejala diare dan demam dapat menyebabkan dehidrasi.

 

Dalam kasus yang jarang terjadi, seperti pada bayi, orang berusia 65 tahun ke atas, atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, komplikasi mungkin saja terjadi hingga bisa mengancam jiwa.

 

Salmonella dapat menyebar dengan mudah melalui penularan tidak langsung, yang dapat terjadi saat seseorang menyentuh area wajah setelah menyentuh benda yang telah terkontaminasi, seperti gagang pintu dan keran air.

 

Inilah yang mengharuskan siapa pun untuk mematuhi praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara menyeluruh setelah menggunakan kamar mandi dan menghindari memegang makanan orang lain.

 

Baca juga: Terpikir Pakai Minyak Bayi sebagai Pelumas? Jangan Dilakukan, ya!

 

Cokelat Telur, Amankah Menjadi Camilan Anak-anak?

Rasanya tak ada satu pun anak-anak yang akan menolak jika ditawari atau diberikan cokelat telur ini. Pasalnya, bukan hanya karena ini adalah cokelat susu yang manis, Kinder Joy juga memiliki kejutan mainan di dalamnya.

 

Walau begitu, jangan sampai terkecoh ya, Mums. Meski terlihat kecil, camilan ini nyatanya mengandung gula yang tergolong tinggi, apalagi untuk balita, yaitu sebesar 10 gram. Ingat, jumlah ini baru datang dari satu camilan saja. 

 

Padahal, American Heart Association (AHA) menegaskan bahwa anak-anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh mengonsumsi makanan atau minuman dengan tambahan gula. Sementara untuk anak-anak berusia 2-18 tahun, harus membatasi konsumsi gula tambahan harian hingga kurang dari 6 sendok teh (25 gram) per hari dan minuman manis harus dibatasi tidak lebih dari 8 ons per minggu. Minuman manis sendiri merupakan penyumbang utama epidemi obesitas. 

 

Tak hanya gula, camilan cokelat ini mengandung lemak jenuh sebesar 3 gram atau 15% berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Angka ini tergolong tinggi untuk nilai harian lemak dalam sebuah kemasan camilan.

 

Poin lain yang perlu diperhatikan adalah minimnya nutrisi di dalam camilan ini. Jika melihat pada tabel fakta gizi, tidak ada kandungan vitamin, kalsium, serta zat besi di dalamnya. Padahal seperti yang diketahui, si Kecil membutuhkan berbagai mikronutrien tersebut untuk membantu pertumbuhan, membentuk tulang, otot, kulit dan organ, serta melawan infeksi. 

 

Nah, cara terbaik untuk memastikan si Kecil mendapatkan cukup vitamin dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah dengan mengasup berbagai macam makanan segar dari 5 kelompok makanan, seperti nasi atau karbohidrat lainnya, sayuran, buah, daging, ikan, unggas, telur, kacang-kacangan, dan produk susu, seperti susu, keju, serta yoghurt. Jadi, akan sangat bijak jika Mums membatasi pilihan camilan yang tinggi gula, tetapi minim nutrisi, serta mengelola asupan makanan harian si Kecil dengan pola makan sehat. (AS)

 

Baca juga: Penyebab Balita Menahan Buang Air Besar dan Cara Mengatasinya

 

 

Referensi

BBC. Kinder Joy Recalled

The Guardian. Kinder Products

Self. Salmonella in Kinder

Kids Health. Fat for Children

Harvard. Sugar for Children

Heart. Nutrition Basics