Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Kadar gula darah tinggi ini berpotensi menimbulkan gejala yang menurunkan kualitas hidup dan produktivitas dan juga komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung, stoke, gagal ginjal (hemodialisa), kebutaan, hingga amputasi. Yuk kenali faktor risiko diabetes agar Kamu terhindar dari penyakit ini.

 

Indonesia berada di peringkat 4 di dunia, sesudah Cina, India, Amerika, dalam jumlah penderita diabetes. Di Jakarta saja, sekitar 12,8% atau 1 dari 8 orang penduduknya adalah penderita diabetes, dan hanya 30% yang sudah terdiagnosis diabetes. Artinya ada sekitar 70% mereka yang menderita diabetes tanpa mengetahuinya.

 

Diabetes seringkali tidak memberikan gejala sampai ketika penyakitnya sudah berat. Gejala diabetes yang harus diwaspadai adalah sering kencing, selalu lapar, banyak minum, dan berat badan turun terus. Namun selain gejala klasik tadi, ada gejala lain seperti kelelahan, penglihatan kabur, luka sulit sembuh, kesemutan, dan gangguan ereksi pada pria. Waspada jika ada gejala-gejala tersebut, kemungkinan besar diabetes sudah diderita cukup lama.

 

Diabetes tidak muncul tiba-tiba. Diabetes berkembang seiring waktu. Oleh karenanya penting untuk mengetahui gejala dan faktor risiko diabetes, sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan atau menunda berkembangnya diabetes sejak dini.

 

Mencegah atau menuda terjadinya diabetes jauh lebih mudah dilakukan dan lebih murah serta memberikan hasil yang lebih dibandingkan dengan mengobati diabetes yang telah terjadi apalagi jika telah mengalami komplikasi.

 

Kadar gula darah yang tinggi sering menyebabkan orang merasa cepat lelah, mengantuk, sering haus, lapar, berat badan menurun walau sering makan, luka susah sembuh, dll. Waspada dan periksakan diri jika ada gejala-gejala seperti ini. Apalagi jika anda memiliki faktor risiko tinggi diabetes.

 

 

Baca juga: Jangan Kaget, Biaya Perawatan Diabetes Sangat Tinggi!

 

Resistensi Insulin, Faktor Risiko Tinggi Diabetes

Orang dengan faktor risiko tinggi diabetes adalah mereka yang memiliki kondisi kadar glukosa (gula) darah lebih tinggi dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes.

 

Pada tahap ini, tubuh mulai kesulitan menggunakan hormon insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan pankreas dan berfungsi membawa gula masuk ke dalam sel tubuh untuk kemudian diolah menjadi energi. Insulin berperan memasukkan gula ke dalam sel untuk dibuat energi. Penyebabnya bisa karena tubuh tidak membuat cukup insulin, atau insulin cukup tetapi tidak berfungsi dengan baik (resistensi insulin).

 

Baca juga: 6 Cara Alami Meningkatkan Sensitivitas Insulin

 

Siapa yang Berisiko Diabetes Tipe 2?

Diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai normal. Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon insulin secara normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang membantu gula (glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi energi.

 

Jika Kamu memiliki faktor-faktor di bawah ini, kemungkinan Kamu berisiko lebih tinggi daripada orang lain untuk mengalami resistensi insulin dan diabetes tipe 2.

  • Kelebihan berat badan.

  • Berusia 45 tahun atau lebih.

  • Orang tua atau saudara menderita diabetes tipe 2.

  • Tidak banyak melakukan aktivitas fisik

  • Pernah melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4,5 kilogram.

  • Pernah menderita diabetes saat hamil (diabetes gestasional).

 

Kapan seseorang dikatakan terkena DiabetesMenurut panduan yang dikeluartkan oleh International Diabetes Federation (IDF ) dan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) , seseorang dikatakan menderita diabetes jika: kadar gula darah puasa 126 mg/dl atau lebih, dan gula darah sesudah makan 200 mg/dl atau lebih.

 

 

Seseorang dengan gula darah puasa 100 mg/dl tetapi kurang dari 126 mg/dl, dan gula darah sesudah makan (di luar gula darah puasa) 140 tetapi kurang dari 200 mg/dl dikategorikan sebagai mereka dengan risiko tinggi diabetes atau sering disebut berpotensi menjadi diabetes seiring berjalannya waktu.

 

Pada mereka yang berisiko tinggi ini harus memeriksakan diri segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan, yang biasanya akan diberikan edukasi dan jika perlu pengobatan supaya tidak berkembang menjadi diabetes. Pasien dengan risiko tinggi ini mempunyai risiko tidak hanya menjadi diabetes tetapi juga gangguan jantung.

 

Baca juga: Sambut Hari Diabetes Sedunia, Ayok Cek Gula Darah!

 

Menurut The American Diabetes Association dan juga PERKENI, perubahan gaya hidup sangat efektif mencegah berkembangnya diabetes tipe 2 baik sejak sebelum terjadi diabetes maupun setelah terjadi diabetes.

 

1. Memperhatikan pola makan

Kamu bisa membuat rencana makan atau bisa juga meminta bantuan ahli nutrisi untuk itu, tanpa harus meninggalkan sama sekali makaan kegemaran Kamu. Pola makan buat untuk mengatur kadar glukosa darah, dan agar tubuh sehat.

 

Rencana makan ini harus dibuat nyaman dan tidak membebani pasien. Karena sudah dibuktikan bahwa sebaik apapun diet tidak akan berhasil jika dijalani dengan stres dan tertekan.

 

2. Aktivitas fisik dan olahraga teratur

Ketika Kamu beraktivitas fisik atau berolahraga, tubuh akan menggunakan lebih banyak glukosa, sehingga berolahraga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Saat berolahraga, tubuh tidak membutuhkan banyak insulin untuk mengangkut glukosa, sehingga lebih sedikit insulin yang dibutuhkan.

 

Manfaat olahraga yang sangat penting adalah membantu menurunkan berat badan, menjaga kesehatan jantung, membuat tidur lebih nyenyak, bahkan meningkatkan mood.

 

The American Diabetes Association merekomendasikan olahraga setidaknya dilakukan 150 menit seminggu, atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu. Kamu bisa melakukannya dengan berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang.

 

3. Menurunkan berat badan

Ini penting bagi yang kelebihan berat badan. Kamu harus memulai upaya penurunan berat badan. Berat badan turun 5 hingga 10% saja secara bermakna dapat mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.

 

Cara aman menurunkan berat badan adalah dengan kombinasi mengatur pola makan dan berolahraga lebih banyak. Setelah berat badan ideal tercapai, penting untuk mempertahankan berat badan.

 

4. Obat-obatan

Pada pasien dengan risiko sangat tinggi untuk terjadinya diabetes, setelah upaya melakukan perubahan pola hidup tidak berhasil, pemberian obat diabetes tertentu dapat menjadi pilihan akhir dan harus dibawah pengawasan Dokter.

 

Jadi, kenali gejala dan risiko kamu. Lakukan upaya pengendalian faktor risiko. Dengan demikian, mencegah atau menunda terjadinya diabetes, bisa dilakukan.

 

 

Baca juga: Studi: Inilah Profesi Paling Berisiko Diabetes!

 

 

Sumber:

CDC. Recognized Lifestyle Change Program About Prediabetes & Type 2 Diabetes

Endocrineweb. Prediabetes - How to prevent prediabetes from becoming type 2 diabetes.

NIH. Prediabetes: A high-risk state for developing diabetes