Pernahkah Mums melihat unggahan foto anak SD yang asyik memamerkan momen pacaran? Tak sedikit dari mereka yang bahkan bertukar panggilan Ayah dan Bunda. Tentunya miris ya Mums, melihat pola pergaulan seperti ini kian marak terjadi di social media.

 

Sebagai orangtua, Mums dan Dads mungkin bertanya, apa penyebab dan cara mencegahnya? Lalu, upaya apa yang bisa dilakukan jika si Kecil terlibat dalam pola pertemanan yang tidak sesuai? Simak yuk, kupas tuntas selengkapnya berdasarkan hasil wawancara Guesehat dengan psikolog Dian Ibung, Psi.

 

Baca juga: Orangtua Menjadi Teman Baik Anak, Jangan Berlebihan!

 

Kenali Pemahaman Anak tentang Konsep Pacaran

Banyak faktor yang menjadi penyebab anak SD jaman sekarang sudah berpacaran. Setiap faktor ini, saling memengaruhi. Menurut Dian, langkah pertama yang bisa Mums dan Dads lakukan jika si Kecil mengungkit-ungkit tentang pacaran, adalah coba tanyakan padanya, ”Apa yang Kamu pahami tentang pacaran?”

 

Hal ini dikarenakan,  sering kali, jawaban anak-anak tentang makna pacaran jauh berbeda dengan makna pacaran bagi orang dewasa. Artinya, Mums dan Dads tidak perlu panik berlebih ketika anak berbicara tentang pacaran. Ketahuilah terlebih dahulu definisi tentang  pacar dari sudut pandangnya, lalu sesuaikan respons Mums dengan jawaban si Kecil.

 

Baca juga: Gadget untuk Anak, Perlukah?

 

Pemicu Pacaran di Usia Dini

Ada 4 faktor yang menjadi penyebab anak kecil jaman now terlalu awal mengenal konsep pacaran.

 

1. Gaya didikan orangtua.

Orang tua jaman sekarang lebih “bebas” dan bersikap lebih lunak dalam mendidik anak-anak. Berbeda dengan 10 tahun lalu, gaya pengasuhan di era milenial pelan-pelan sukses menggeser nilai tradisional. Perubahan ini ditunjukkan oleh orangtua dengan cara lebih memanjakan anak, menuruti kemauan mereka, dan terlalu membebaskan pergaulan di usia dini.

 

Tidak sedikit orangtua yang melakukan hal ini dengan tujuan untuk menyenangkan anak. “Harapan orangtua, dengan mengikuti keinginan anak, mereka menjadi lebih bahagia serta semakin sayang pada Mums dan Dads. Padahal, dibutuhkan disiplin dan aturan yang jelas dari orangtua,” papar Dian. “Anak yang dibebaskan untuk melakukan apa saja yang dia mau, justru cenderung sulit untuk mengenal batasan, dan berbuat semaunya tanpa tahu resiko serta tanggung jawab,” imbuhnya. 

 

2. Faktor lingkungan.

Ajarkan anak untuk bermain dengan anak seusianya, baik di lingkungan sekolah dan rumah. Jangan biasakan buah hati Mums untuk bermain dengan teman yang usianya terpaut jauh. Tujuannya, untuk meminimalisasi peluang si Kecil mengadopsi pola pertemanan dan mengakses konten yang belum layak untuknya. Pola asuh yang berbeda pun, sangat berpengaruh. Misalnya, jika pengasuh atau asisten rumah tangga memiliki wawasan pengasuhan anak yang kurang baik.

 

3. Penggunaan internet yang tidak dibatasi.

Membiarkan anak menggunakan gadget dengan bebas, agar anak eksis dan kekinian, adalah konsep pengasuhan yang sangat keliru. Penggunaan internet harus disertai oleh kemampuan orangtua untuk mengoperasikan gadget, menyortir konten internet yang ramah anak, memberikan pengarahan, dan mengawasi pemakaiannya. Materi tontonan dan akses internet yang tidak terkontrol, dapat sangat memengaruhi pola pikir si Kecil tentang budaya pertemanan.

 

4. Kurangnya perhatian orangtua.

Saat perhatian yang orangtua berikan tak sebanding dengan kebebasan akses internet yang didapat, ini bisa mencetus kebiasaan menggunggah foto dalam diri si Kecil. Baik foto sendiri ataupun selfie dengan teman yang ia kenal baik. Permasalahannya, ketika foto selfie berdua ini mendapatkan reaksi yang lebih meriah daripada foto dirinya sendiri, maka anak akan berusaha untuk lebih sering berfoto seperti ini, demi mendapatkan perhatian dan pengakuan publik.

 

 

Cara Mengatasi jika Pertemanan si Kecil Sudah Melewati Batas

  1. Bicarakan dengan anak apa yang mereka maksud dengan berpacaran.
  2. Jika si Kecil memaknai pacaran masih sebatas hal-hal yang lucu, maka Mums bisa bernapas lega. Misalnya, si Kecil menjawab,” Dia pacarku karena Dia pinjami aku buku.” Namun, tetap jelaskan dengan cara yang mudah dipahami oleh si Kecil ya, Mums. Bahwa dia diharapkan untuk belajar dengan baik. Pacaran bukanlah hal yang harus dia prioritaskan untuk saat ini.
  3. Jika jawaban anak sudah menyangkut kegiatan yang menjurus pada pacaran orang dewasa, orang tua harus lebih tegas. Jelaskan mengenai tugas seorang anak, dan batasi akses anak untuk bisa berduaan dengan pacarnya. Mintalah bantuan pihak sekolah. Dukung anak untuk lebih sibuk menghabiskan waktu dengan kegiatan positif.  Terutama jika buah hati Mums memiliki banyak teman

 

Tidak kalah penting, ingatkan si Kecil untuk tidak perlu ikut-ikutan meniru jika ada teman sebayanya yang berpacaran. Namun, tetap berikan si Kecil kepercayaan dalam berteman. Hindari bersikap cemas secara berlebihan, apalagi jika ternyata pola pertemanan si Kecil baik-baik saja. (TA/AY)

 

Baca juga: Manfaat Bermain Peran bagi Tumbuh Kembang si Kecil