Mungkin terkesan sedikit aneh bila kita mendengar pasangan yang sudah menikah jarang melakukan hubungan seks (sexless marriage). Namun pada kenyataannya, kondisi ini memang terjadi pada beberapa pasangan suami-istri. Ada beberapa situasi dalam rumah tangga yang secara tidak sengaja membuat pasangan suami-istri jadi jarang berhubungan seks.

 

Di sisi lain, ada pula suami-istri yang membiarkan kondisi ini terus terjadi. Bahkan, menurut buku Goodbye Madame Butterfly: Sex, Marriage, and the Modern Japanese Woman karya Kawakami Sumie, selama beberapa dasawarsa, fenomena tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi, serta hanya disikapi tanpa penanganan berarti di Jepang, khususnya di kalangan pegawai kantoran Jepang. Padahal di budaya manapun, dari sudut pandang psikologi maupun kesehatan, kondisi ini tentunya tidak bisa disepelekan.

 

Kehidupan seks yang tidak berjalan lancar justru merupakan masalah serius, yang berpotensi menjauhkan kedekatan batin dalam pernikahan. Menurut survei yang dilakukan oleh guesehat.com, hanya 18 persen dari pasangan suami-istri di Indonesia yang berhubungan intim lebih dari 3 kali dalam seminggu. Selain itu, 45 persen pasutri menjalani aktivitas seks yang teratur, sebanyak 2 hingga 3 kali dalam seminggu. Sisanya, yaitu 37 persen dari pasangan suami-istri mengaku sama sekali tidak berhubungan seks secara rutin.

Baca juga: 4 Tanda Pernikahan Tidak Bahagia dan Sehat

 

Makna dan Fungsi Hubungan Seks dalam Pernikahan

Mengapa seks menjadi prioritas utama bagi suami-istri? Karena melalui hubungan intim, suami dan istri akan saling menerima satu sama lain apa adanya, baik secara fisik maupun psikologis. Ketika salah satu menolak atau merasa malas berhubungan seks, maka pasangannya bisa saja menerka-nerka alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Kemudian pikiran yang negatif pun muncul, bahkan bisa berujung pada perselingkuhan. Entah itu karena ingin menyalurkan hasrat seksual semata atau sebagai ajang balas dendam karena merasa ditolak.

 

Pada dasarnya, setiap pasangan yang sudah menikah membutuhkan hubungan seks. Jadi, satu sama lain perlu diyakinkan bahwa alasan malasnya berhubungan seks bukan karena dirinya. Oleh karena itu perlu ada proses rekonsiliasi, yaitu mendiskusikan apa akar masalah dari jarangnya berhubungan seks. Lalu, buat agenda berhubungan seks untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.

Baca juga: 10 Manfaat Seks untuk Kesehatan

 

Akibat dari Jarangnya Berhubungan Seks dalam Pernikahan

 

1. Hormon endorfin menurun

Gairah seksual dan orgasme dapat melepaskan hormon endorfin dan oksitosin dalam tubuh. Bahan-bahan kimia ini dikenal bisa menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan mood. Dilansir dari livingstrong.com, tidak melakukan hubungan seks secara rutin membuat khasiat dari kedua hormon tersebut menurun.

 

2. Semakin stres

Frekuensi seks yang berkurang akan meningkatkan stres. Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Family Psychology pada tahun 2010, dilaporkan bahwa tingkat stres berbanding terbalik dengan aktivitas seksual. Meskipun ada cara lain untuk mengatasi stres, pada umumnya aktivitas seksual yang meningkat pasti mengubah tingkat stres secara signifikan.

 

Dalam beberapa kasus, tingkat stres yang tinggi bisa menurunkan daya tarik seseorang. "Orang yang tingkat stresnya rendah, lebih berpotensi memiliki kehidupan seks yang normal dan lancar. Namun opini ini disimpulkan bukan karena hukum sebab akibat, melainkan karena memang ada hubungan antara peningkatan stres dengan aktivitas seksual yang jarang,” papar dr. Lauren Streicher dalam buku Sex Rx: Hormones, Health, and Your Best Sex Ever. Studi kecil di Skotlandia juga menunjukkan bahwa reaktivitas tekanan darah terhadap stres tercatat lebih rendah di antara pasangan yang rutin berhubungan intim daripada pasangan yang jarang melakukannya.

 

3. Berkurangnya kepuasan terhadap pernikahan

Keintiman fisik ibarat lem dalam pernikahan. Momen ini akan membuat pasangan suami-istri lebih terhubung secara emosional. Frekuensi hubungan seks yang dibiarkan berkurang dapat menyebabkan penurunan kepuasan terhadap ikatan perkawinan.

 

Kesimpulan ini sesuai dengan studi Journal of Family Psychology. Hal ini dikarenakan orgasme menyebabkan pelepasan hormon oksitosin ke otak, untuk memberi sugesti adanya "ikatan”. Oksitosin menghasilkan rasa percaya juga kedekatan, bahkan membantu pasangan menilai satu sama lain secara lebih positif.

 

4. Penghargaan diri yang rendah

Minimnya rutinitas seksual juga dapat merusak hubungan dengan dirimu sendiri. "Dari sudut pandang medis, penurunan frekuensi hubungan intim tidak akan memengaruhi neurotransmiter atau penyakit medis," ujar ginekolog Sheila Loanzon, MD. "Namun, emosi yang dirasakan saat menghadapi situasi tersebut membuat penilaian yang kita berikan pada diri sendiri menjadi rendah," lanjutnya.

 

5. Disfungsi ereksi

Sebuah studi yang diterbitkan di American Journal of Medicine pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pria yang berhubungan seksual minimal 1 kali seminggu lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami disfungsi ereksi, dibandingkan dengan pria yang tidak melakukannya.

 

Terapis seks kota New York, dr. Stephen Synder dan para periset, mempelajari lebih dari 900 partisipan pria berusia 55-75 tahun. Mereka menyimpulkan bahwa hubungan seksual rutin dapat melindungi organ intim pria dari disfungsi ereksi.

 

6. Mengendornya otot dan saraf vagina

Aktivitas seksual yang teratur akan meningkatkan kesehatan vagina. Menurut Asosiasi Masyarakat Menopause Amerika Utara, aktivitas seks yang teratur penting bagi wanita di usia berapapun. Salah satu efek samping dari jarangnya berhubungan seks selama menikah adalah vagina menjadi kering dan kurang elastis, akibat perubahan hormon.

 

Hubungan intim yang tetap terjaga dengan pasangan hingga usia senja akan merangsang aliran darah ke vagina dan mempertahankan otot-otot vagina tetap kencang untuk berfungsi secara optimal, layaknya senam kegel.

 

7. Kurangnya cairan lubrikasi

Saat pasangan suami-istri aktif berhubungan intim, gairah seksual akan merangsang kelenjar yang menghasilkan kelembapan di organ intim. Kelembapan ini bermanfaat untuk membuat sesi hubungan intim terasa nyaman dan tidak sakit. Meskipun ada penyebab lain seperti ketidakseimbangan hormon yang mengakibatkan kekeringan organ intim, hubungan seksual yang rutin akan membuat perbedaan.

 

8. Mood yang menurun

Penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara aktivitas seksual rendah dengan suasana hati yang menurun drastis. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan dalam Journal of Economic Behavior and Organization pada Mei 2015, jika Kamu merasa sedih atau depresi, besar kemungkinan Kamu jadi kurang tertarik pada hubungan seks. Ciptakan kehidupan seks yang baik dalam pernikahan, agar suasana hati tetap terjaga.

 

9. Menjaga kesehatan jantung

Inilah manfaat tambahan dari seks, selain membantu mengurangi stres, juga bermanfaat bagi kesehatan jantung. Sebaliknya, stres dan kesehatan kardiovaskular yang buruk dapat mengganggu gairah dan fungsi seksual. Studi yang diterbitkan dalam American Journal of Cardiology pada tahun 2010, menyebutkan bahwa frekuensi seks yang rendah, berpotensi meningkatkan penyakit kardiovaskular. Studi seperti ini tidak lantas membuktikan bahwa seks ampuh untuk mencegah penyakit jantung. Meskipun demikian, menurut Klinik Cleveland, frekuensi seks yang berjalan teratur dalam pernikahan, baik untuk kesehatan jantung.

 

10. Imunitas tubuh menurun

Sentuhan, gairah, dan orgasme juga memberikan rasa nyaman dan mengatur hormon agar tubuh tetap fit. Tidak aktif berhubungan seks berpotensi membuat seseorang lebih rentan terhadap flu dan virus berbahaya. Menurut dr. Cory B. Honickman, sistem imunitas rentan melemah saat frekuensi hubungan intim berkurang. Selain itu, dilansir dari womenhealthmagazine.com, periset di Wilkes-Barre University di Pennsylvania menemukan, pasangan yang melakukan hubungan seks 1-2 kali dalam seminggu meningkatkan imunoglobulin A (IgA) sebanyak 30 persen. IgA merupakan salah satu rangkaian pertahanan tubuh yang efektif melawan virus.

 

11. Libido yang rendah

Dari sudut pandang kesehatan fisik, pola pernikahan yang jarang melibatkan aktivitas seks memiliki efek merugikan pada kesehatan seksual. Tubuh pun menjadi kurang mudah terangsang.

 

12. Merasa rendah diri

Menurut ginekolog Sheila Loanzon, M.D., ketika seorang suami atau istri mengkhawatirkan kehidupan seks, mereka sering menyalahkan diri sendiri. "Jika dibiarkan berlarut-larut, hal itu dapat memengaruhi rasa percaya diri dan keinginan untuk melakukan hubungan intim," ungkap Sheila. Nikmatilah seks bersama pasangan dalam pernikahan, agar kepercayaan diri pulih dan ikatan emosional terbina dengan baik.

 

13. Perasaan semakin menjauh

Tidak berhubungan seks bisa mengurangi keamanan hubungan antara suami-istri. "Minimnya hubungan seks dalam sebuah hubungan pernikahan dapat memengaruhi harga diri, serta menurunkan kadar oksitosin dan hormon lain," papar Les Parrott, Ph.D., psikolog dan penulis buku Saving Your Marriage Before It Starts, sebagaimana dilansir dari womenheathmagazine.com.

 

Hal ini juga dapat membuat suami atau istri mempertimbangkan sosok orang lain di luar pernikahan untuk memenuhi kebutuhan seksual. Namun, Parrott menunjukkan kalau sebuah pernikahan pernah mengalami 1 periode yang minim akan aktivitas seks. Seks hanyalah satu dari sekian banyak ekspresi keintiman yang bisa pasangan tunjukkan dalam pernikahan. Ciuman, genggaman tangan, serta pemberian pujian juga dapat membuat merasa pasangan terhubung secara emosional.

 

14. Rasa sedih meningkat

Seks merupakan aktivitas fisik yang berdampak pada mental. "Saat seseorang melakukan hubungan seks, skin-on-skin contact pun terjadi. Jenis kontak ini merupakan cara primal pertama yang kita anggap sebagai cara untuk menenangkan, sama seperti efek kontak kulit antara bayi dengan ibunya," ungkap terapis seks, Sari Cooper, LCSW.

 

"Hubungan seksual memberi pasangan banyak sentuhan kulit ke kulit, serta membantu mengatur suasana hati satu sama lain," lanjut Sari Cooper. Proses ini direalisasikan melalui pelepasan hormon oksitosin. Dilansir dari prevention.com, dr. Streicher juga mengatakan bahwa seks dapat membantu meningkatkan semangat melalui peningkatan hormon endorfin. Jadi jika jarang berhubungan seks, seseorang cenderung merasa sedih. Namun hal tersebut tidak akan menyebabkan depresi secara klinis, meskipun terdapat korelasi tinggi antara jarang berhubungan seks dan kesedihan.  

 

Terlibatlah lebih sering secara seksual dengan pasangan. Terapi seks selalu menyarankan agar jangan cepat berasumsi bahwa pasanganmu tidak berminat pada hubungan seks. Jika permasalahannya adalah tekanan stres, manajemen waktu, atau kondisi yang tidak kondusif untuk melakukan hubungan seks, hadapi kendala itu dan komunikasikan bersama, agar Kamu dan pasangan tidak sama-sama frustasi. (TA/AS)

Baca juga: 5 Alasan Anda Harus Rutin Berhubungan Seks