Terkadang, pernikahan dapat menjadi pengalaman yang indah untuk dibagi sekaligus momok yang ditakutkan untuk dibicarakan. Semua tergantung kembali dengan hubungan yang Anda jalani bersama pasangan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak menyenangkan, sebaiknya Anda mengenali beberapa tanda-tanda berikut ini di sepanjang masa pernikahan Anda. Bisa jadi, gejala inilah yang menuntun Anda dan pasangan pada sebuah perkawinan yang ternyata tidak membuat Anda bahagia dan sehat seperti yang diharapkan. Tidak hanya akan merusak keharmonisan dua belah pihak, pernikahan yang tidak bahagia dapat turut mengganggu kondisi kesehatan Anda berdua. Dalam sebuah studi pada tahun 2005 silam, terbukti jika pernikahan yang tidak memuaskan dapat menambah level stres dan memperburuk kesehatan tubuh, seperti menimbulkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, hingga gangguan di masa kehamilan Anda. Jadi, jangan sampai berujung pada sebuah perceraian, konflik ataupun kekerasan ya, Ladies!

1. Tidak Ada Komunikasi

Komunikasi adalah fondasi utama yang harus dijaga di setiap rumah tangga. Bayangkan jika Anda dan pasangan tidak menciptakan kesempatan atau malas meluangkan waktu untuk sekadar berkomunikasi dan membicarakan masalah bersama. Tentu tidak menyenangkan, bukan? Sehingga komunikasi yang terhambat dapat menjadi salah satu tanda pernikahan yang tidak bahagia ataupun sehat. Tanpa komunikasi secara aktif dan rutin, Anda dan pasangan menjadi seperti orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Selain dapat menyebabkan perasaan kesepian, komunikasi yang jarang dilakukan dalam sebuah pernikahan dapat berujung pada konflik karena kesalahpahaman, penyelesaian masalah yang lamban, dan renggangnya hubungan intim serta rasa sayang antara satu sama lain. Apalagi jika Anda atau pasangan memilih untuk diam dan memendam hal-hal yang seharusnya dibicarakan oleh Anda berdua. Silent never solves the problem, right? Anda yang tidak terbiasa membicarakan isu sensitif atau memiliki kepribadian introvert pun seharusnya mulai mencoba mengomunikasikan segala sesuatu secara terbuka. Sedangkan bagi Anda yang merasa sudah terlalu banyak berbicara, sediakanlah waktu untuk menjadi pendengar yang baik. Terkadang, masalah pernikahan muncul dari hal sederhana, seperti keengganan untuk mendengarkan harapan dan kebutuhan pasangan. Ketika seseorang tidak dihiraukan, dirinya akan merasa rendah diri, kecewa, dan akhirnya memilih untuk tidak mengandalkan orang lain. Kurangnya apresiasi dan afeksi seperti ciuman dan pelukan dalam sebuah keluarga dapat menjadi bumerang yang bisa membawa pernikahan jauh dari apa yang diharapkan. Kurangnya waktu bersama seperti sekadar berjalan-jalan, mengobrol santai, atau mengadakan kencan juga bisa menutup komunikasi pasangan. Satu lagi, menyia-nyiakan kehadiran pasangan di sebelah Anda dapat menjadi awal pernikahan yang buruk. Jika Anda menemukan pasangan yang mulai sibuk sendiri dengan gadget atau tidak mengapresiasi apapun yang Anda lakukan, berhati-hatilah!

2. Saling Menyalahkan dan Menyakiti

Pasangan yang seringkali menyalahkan atau menyakiti satu sama lain, baik secara fisik maupun mental dapat membahayakan pernikahan itu sendiri. Kurangnya komunikasi dan rendahnya rasa pengertian di antara Anda berdua dapat berujung pada konflik yang tidak terselesaikan dengan baik. Menyalahkan satu sama lain pun biasanya menjadi jalan keluar yang dilakukan. Apalagi jika Anda sudah mulai merasa gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu dan selalu mencari-cari kesalahan pasangan. Jika seperti ini, biasanya pasangan Anda pun akan melakukan hal yang sama. Bukan hanya perasaan yang akan terluka, kemungkinan munculnya kekerasan secara fisik dapat terjadi di tengah-tengah pernikahan. Salah satu tanda pernikahan tidak bahagia yang harus Anda waspadai adalah rasa cemburu yang terlalu berlebihan. Tidak perlu mengecek setiap email yang masuk atau menelepon pasangan setiap jam. Cemburu justru dapat menurunkan kesehatan Anda dan membiarkan diri Anda diliputi oleh perasaan negatif. Meskipun Anda sudah menikah, tetap berikanlah ruang privasi untuk pasangan dan diri Anda sendiri. Ketidakpercayaan atau terlalu bergantung dengan kehadiran pasangan justru dapat menggoyahkan pernikahan yang sehat. Jika Anda sudah merasa kerepotan untuk menangani permasalahan pribadi seperti pekerjaan, keluarga, dan dengan pasangan, berarti sudah saatnya Anda melakukan evaluasi dan memikirkan solusi untuk menyeimbangkan ketiga hal tersebut.

3. Tidak Sama-Sama Berjuang untuk Kebahagiaan

Tak hanya kebahagiaan, pasangan yang benar-benar saling memperjuangkan pernikahan juga akan berusaha untuk mempertahankan kesehatan pribadi masing-masing. Jika salah satu pihak sudah merasa putus asa dan menyerah, bisa jadi pernikahan Anda juga dapat berakhir dengan kekecewaan. Jika sudah tahu terdapat masalah dalam perkawinan tetapi Anda atau pasangan tetap tidak melakukan tindakan preventif seperti berkunjung ke konsultan pernikahan, membuka diri dan berdiskusi serta melakukan self-reflection, bisa jadi Anda tidak benar-benar berjuang untuk kebahagiaan. Studi dari Universitas California, Los Angeles membuktikan jika perempuan yang berada dalam pernikahan yang tidak bahagia cenderung memiliki kadar kortisol lebih tinggi, ketidakstabilan emosi, dan daya tahan tubuh yang mudah terganggu. Tidak memperjuangkan kebahagiaan keluarga turut dapat memengaruhi kesehatan Anda dan pasangan.

4. Menolak untuk Bercinta

Satu lagi, jika Anda atau pasangan menolak untuk melakukan hubungan intim, tanyakanlah alasannya! Bisa jadi pasangan atau Anda sendiri merasa kecewa dan marah sehingga tidak ingin disentuh atau dicium. Masalah yang tidak diselesaikan dengan baik akan membuat hubungan percintaan Anda juga semakin lesu, tidak bergairah, dan cenderung membosankan. Komitmen yang sudah Anda bangun di awal pernikahan Anda dan pasangan seharusnya tetap bisa dipertahankan selamanya. Perbaiki komunikasi, kurangi gengsi, dan selalu berusaha untuk saling mengerti satu sama lain menjadi langkah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hubungan dan membentuk pernikahan yang lebih bahagia. Pernikahan yang bahagia tidak hanya baik untuk kesehatan emosi diri saja, tapi akan berpengaruh pada kesehatan fisik Anda dan pasangan.