“Adek, ayo minta maaf! Bilang maaf sekarang!”. Duh, kedengerannya aja udah enggak enak ya, Mums. Masa meminta maaf harus dipaksakan? Bukan cuma tak sreg di hati, ternyata memaksa si Kecil minta maaf punya beberapa dampak serius, lho. Terus baca untuk tahu selengkapnya, Mums.

 

Kenapa Anak Perlu Paham Tentang Meminta Maaf?

Pernahkah Mums merasa pantas mendapatkan permintaan maaf dan merasa kesal ketika tidak mendapatkannya? Atau sebaliknya, pernahkah Mums merasa sulit untuk menyampaikan kalimat maaf?

 

Pengalaman seperti itu menunjukkan betapa pentingnya permintaan maaf. Ketika seseorang merasa dirugikan, permintaan maaf telah terbukti membantu dalam berbagai cara. Permintaan maaf dapat mengurangi niat membalas, memudahkan pihak yang tersakiti untuk memaafkan dan menaruh empati bagi pelaku kesalahan, serta pada beberapa kasus dapat membantu memperbaiki kepercayaan yang rusak. Lebih lanjut, permintaan maaf yang tulus memiliki efek fisiologis yang baik, seperti menurunkan tekanan darah lebih cepat, terutama bagi mereka yang cenderung menahan amarah.

 

Nah, jika hal ini penting bagi kita orang dewasa, tentu juga penting bagi si Kecil. Apalagi, usia dini merupakan fase tepat untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dasar yang penting untuk kelanjutan hidupnya kelak.

 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di usia dini mulai dari 4 tahun, dapat memahami manfaat emosional dari permintaan maaf. Mereka memahami, misalnya, bahwa permintaan maaf dapat memperbaiki perasaan seseorang yang sedang kesal. Para balita ini juga menilai bahwa jika ia mau meminta maaf, maka ia akan lebih disukai dan diinginkan oleh lingkungannya.

 

Studi terbaru juga turut menguji dampak sebenarnya dari permintaan maaf pada anak-anak. Sekelompok anak berusia empat hingga tujuh tahun menerima permintaan maaf dari seorang anak yang gagal berbagi, sementara kelompok lain tidak mendapatkan permintaan maaf. Para peserta yang menerima permintaan maaf merasa lebih baik dan memandang anak yang melanggar adalah seseorang yang lebih baik serta lebih menyesal.

 

 

 

Baca juga: Perjalanan Perkembangan Janin di Dalam Kandungan

 

Studi lain memaparkan anak-anak pada peristiwa yang lebih menyedihkan: Seseorang merobohkan menara yang sedang dibangun oleh anak-anak berusia enam hingga tujuh tahun. Beberapa anak mendapat permintaan maaf, beberapa tidak. Dalam hal ini, permintaan maaf spontan tidak memperbaiki perasaan kesal anak. Namun, permintaan maaf itu tetap berdampak. Anak-anak yang mendapat permintaan maaf lebih rela membagikan stiker kepada orang yang merobohkan menara, dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan permintaan maaf.

 

Temuan ini menunjukkan bahwa permintaan maaf menghasilkan pengampunan, bahkan pada anak-anak yang telah mengalami insiden yang membuatnya sedih. Anak-anak pun bisa merasa lebih baik ketika mendapatkan bantuan untuk membantu membangun kembali menara yang roboh. Dengan kata lain, untuk anak-anak, kata-kata penyesalan dan tindakan restoratif membuat perbedaan.

 

Baca juga: Merasakan Kontraksi, Tak Perlu Buru-buru ke Rumah Sakit, Ya

 

Jangan Paksa si Kecil untuk Meminta Maaf

Ya, meminta dan memberi maaf memang baik, jika tidak bisa dikatakan harus dilakukan. Namun, bukan berarti juga harus memaksakan si Kecil untuk melakukannya, ya.

 

Menurut Joan Durrant, seorang psikolog perkembangan dan penulis Positive Discipline in Everyday Parenting, memaksa anak untuk meminta maaf ketika tidak bermaksud, bukanlah ide yang baik. 

 

“Jika ia tidak merasa harus meminta maaf namun dipaksa melakukannya, itu seperti melatihnya untuk berbohong,” kata Durrant. Dalam jangka panjang, memaksa seorang anak untuk meminta maaf dapat menyebabkan lebih banyak perlawanan, karena ia belajar bahwa meminta maaf adalah sesuatu yang dilakukan seseorang yang berkuasa dan memaksa pihak yang lemah. Pada efek jangka panjang, akan sangat sulit baginya untuk meminta maaf saat sudah tumbuh dewasa. Ia merasa seperti menyerah karena kehilangan kekuatan dalam situasi ini.

 

Selain itu, proses belajar meminta maaf di bawah paksaan juga bisa menghambat proses belajarnya untuk mengenali berbagai nilai penting berikut ini:

  • Bagaimana tindakannya dapat berdampak pada orang lain dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
  • Mengetahui bagaimana caranya untuk benar-benar meminta maaf, mengenali permintaan maaf yang tidak tulus, dan menerima kesalahan. Padahal, sangat penting hal tersebut ia pelajari di usia dini karena akan sangat membantu dalam menanamkan empati, membentuk si Kecil menjadi seseorang yang bertanggung jawab, dan mencegah perilaku buruk di masa depan.
  • Menganggap bahwa memaafkan dan memberi maaf adalah hal yang wajar dan normal.
  • Membiasakan untuk spesifik tentang kesalahannya serta mengetahui konsekuensi dari tindakannya.
  • Membangun empati.
  • Memiliki pengalaman mengalami ketidaknyamanan dari sikap rendah hati dalam meminta maaf. Jika ini terus dihindari, ia bisa tumbuh besar menjadi pribadi yang bersikap defensif dan sulit untuk terbuka dan rendah hati. (IS)

 

Baca juga: 5 Mitos Seputar Mencegah Kehamilan yang tidak Boleh Dipercaya

 

Referensi:

Fatherly. Forcing Kids Says Sorry

Berkeley Education. Ask Children to Apologize

Today’s Parents. Kids to Say Sorry

VeryWell. Saying Sorry