Selama ini, kita mengenal insomnia biasanya dialami oleh orang dewasa dan prevalensinya akan semakin meningkat di usia lanjut. Namun, ternyata insomnia juga bisa dialami oleh anak kita, Mums! Mungkin Mums tidak menyadari kalau si Kecil mengalami insomnia.

 

Pasalnya, di malam hari karena sudah lelah beraktivitas seharian, Mums tertidur pulas sehingga cenderung tidak memperhatikan pola tidur anak. Atau Mums juga bisa menganggap hal ini biasa terjadi pada anak-anak dan akan membaik dengan sendirinya.

 

Insomnia ada hubungannya dengan gangguan mood, perilaku, dan penurunan konsentrasi pada anak. Bila gangguan ini tidak ditangani dengan serius, dapat menyebabkan gangguan perilaku dan gangguan belajar di sekolah.

 

Baca juga: Mengenal 11 Jenis Insomnia

 

Insomnia didefinisikan sebagai gangguan tidur yang terjadi berulang, dapat berupa kesulitan pada saat memulai tidur, durasi tidur yang tidak lama, ataupun kualitas tidur yang buruk meskipun tersedia waktu tidurnya cukup. Ini juga dapat mengakibatkan gangguan fungsional pada anak di siang hari.

 

Insomnia bisa terjadi sejak bayi. Kebanyakan bayi memang sering terbangun di malam hari sampai usianya mencapai 6 bulan. Sekitar 15-30% anak usia prasekolah juga bisa mengalami kesulitan memulai waktu tidur dan terbangun di malam hari.

 

Sedangkan pada anak usia sekolah (4–12 tahun), mereka cenderung menolak tidur atau mengalami gelisah pada saat tidur. Insomnia pada anak remaja umumnya berhubungan dengan riwayat insomnia pada waktu kecil atau gangguan psikiatri, seperti kecemasan berlebih, autisme, dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Sebenarnya berapa lama ya waktu tidur anak yang tepat sesuai usianya? Cek di bawah ini yuk, Mums!

 

Kebutuhan Tidur Sesuai Usia Anak - GueSehat.com



Apa penyebab insomnia pada anak balita?

Ada 3 penyebab utama seorang anak mengalami insomnia, antara lain:

  1. Biologis: Hiperaktivitas dan hipersensitivitas berkaitan dengan insomnia pada anak. Pada anak autis, prevalensi terjadinya insomnia mencapai 50-80%. Pasalnya, pada kondisi autisme terdapat gangguan pada fungsi penghambatan interneuron GABA-ergik, yang akan memengaruhi pola tidur.

  2. Medis: Beberapa gangguan medis yang berkontribusi dalam insomnia antara lain alergi makanan, masalah pencernaan (nyeri perut), masalah kulit (gatal), gangguan pernapasan (asma, batuk, pilek kronis), atau gangguan tidur obstruktif apnea (OSA).

  3. Perilaku: Penyebab ini sangat kompleks, misalnya penggunaan gadget dekat dengan waktu tidur, pengaturan waktu tidur yang tidak konsisten, atau si Kecil mengalami stres dan kecemasan berlebih.

     

Baca juga: Waspada! Insomnia Bisa Sebabkan Gangguan Mental

 

Apa gejala insomnia pada anak balita?

Yuk Mums, kita kenali gejala-gejala insomnia pada anak, sehingga dapat dideteksi dan ditangani dengan tepat. Gangguan tidur yang sering pada anak meliputi:

  1. Kesulitan untuk memulai tidur. Ketika Mums menyuruh anak untuk tidur, ia sulit memejamkan mata, bolak-balik mencari posisi yang nyaman, rewel, bahkan menolak untuk tidur.

  2. Tidur terganggu. Anak akan menangis, mengigau, atau berteriak dalam tidurnya. Ia pun terus-menerus pindah posisi seolah tidak nyaman. Ia bisa terbangun di malam hari, duduk, kemudian tidur lagi. Tidak hanya itu, ia akan mengalami pergerakan periodik dari tungkai ke bawah (nocturnal myoclonus), bermimpi buruk (nightmare), atau berjalan sambil tidur (sleep walking).

 

Baca juga: Manfaat Pijat, Meredakan Sakit Kepala hingga Menghilangkan Insomnia

 

Cara mengatasi insomnia pada anak balita

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak dengan insomnia lebih agresif, lebih emosional, serta mengalami gangguan belajar dan konsentrasi di sekolah. Karenanya, masalah ini perlu ditangani sedini mungkin jika gejala insomnia terdeteksi.

 

Berikut beberapa tindakan yang dapat Mums lakukan untuk mengatasi insomnia anak:

  1. Lakukan pendekatan pada anak guna mencari tahu penyebabnya.

  2. Ciptakan relasi dan suasana yang harmonis dalam keluarga, sehingga anak merasa nyaman.

  3. Perhatikan jadwal tidur dan atur pola tidur anak secara konsisten. Salah satunya dengan menghindarkan anak bermain gadget menjelang tidur.

  4. Jika berkaitan dengan gangguan medis, Mums bisa mengonsultasikannya ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

  5. Untuk mencegah risiko dari sleep walking, sebaiknya jangan menaruh barang-barang yang mudah pecah dan tajam di dalam kamar tidur anak. Usahakan untuk mengunci rapat semua pintu dan jendela saat ia hendak tidur, serta menaruh kunci pada posisi yang sulit dijangkau olehnya.

  6. Mums juga bisa melakukan beberapa terapi, seperti hipnosis, psikoterapi, dan relaksasi. Konsultasikan dengan ahli sebelum melakukan terapi.

 

Sekarang Mums sudah tahu gejala dan cara mengatasi insomnia anak, kan? Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, insomnia pada anak balita bisa diatasi. Jadi, kualitas tumbuh kembang anak di masa depan akan menjadi lebih baik!

 

Baca juga: 7 Penyebab Insomnia yang Jarang Disadari

 

 

 

 

Referensi

  1. Brown, K. M., & Malow, B. A. Pediatric Insomnia. Chest. 2016. Vol.149(5). p1332–1339.
  2. Carter K., et al. Common Sleep Disorders in Children. Am Fam Physician. 2014. Vol.89(5).p.368-377.
  3. Roth T. Insomnia: definition, prevalence, etiology, and consequences. J Clin Sleep Med. 2007. Vol.3(5). p7-10.
  4. Owens. Insomnia in Children and Adolescents. Journal of Clinical Sleep Medicine. 2005. Vol. 1(4). p.454-458.
  5. Judarwanto W. Gangguan Tidur pada Anak. 2009
  6. Owens, et al. Behavioral sleep problems in children. 2019.