Catatan kesedihan negara Indonesia kembali bertambah. Tanggal 28 September 2018 lalu, Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan sekitarnya diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,4 SR. Menyusul gempa yang terjadi sekitar 13 kali, gelombang tsunami pun menerjang kota yang dijuluki sebagai Mutiara di Khatulistiwa tersebut.

 

Baca juga: Jangan Panik, Ikuti Langkah Ini Saat Terjadi Gempa!

 

Akibat bencana tersebut, ratusan jiwa telah menjadi korban. Tercatat hingga Rabu (3/10) pukul 13.00, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan bahwa jumlah korban yang tewas sekitar 1.407 jiwa dan 2.549 korban luka berat. Dengan kondisi darurat seperti ini, tak sedikit pihak yang bersedia membantu para korban di kota Palu dan sekitarnya. Mulai dari petugas aparat hingga relawan, mereka tak henti melakukan upaya penyelamatan.

 

 

Di antara sejumlah relawan, dr. Ari F. Syam, Advisor Tim Medis FKUI/RSCM UI Peduli untuk Gempa dan Tsunami Palu-Donggala, mengungkapkan bahwa ada beberapa upaya yang harus diperhatikan saat berada di lingkungan pengungsi korban gempa dan tsunami Palu-Donggala:

 

  1. Para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian. Ini juga dapat membuat mereka merasa lebih tenang, karena kebutuhan hidup dasarnya dipenuhi. Pengadaan sembako pada lokasi pengungsian dengan jumlah besar harus dikawal oleh pihak militer.

  2. Dapur-dapur umum yang tersedia di pengungsian sebaiknya selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum.

  3. Usahakan agar makanan yang dikonsumsi berada dalam keadaan segar.

  4. Usahakan agar kondisi tempat pengungsian dibuat senyaman mungkin, setidaknya disediakan alas tidur yang memadai dan selimut. Jadi, tubuh para pengungsi, terutama orang tua dan anak-anak, tetap terlindungi dari angin malam.

  5. Pastikan agar kebersihan di lingkungan pengungsian selalu terjaga dengan tersedianya tempat-tempat sampah. Jika ditemukan bangkai binatang, sebaiknya dikubur untuk menjaga lingkungan pengungsian tetap sehat.

  6. Penyediaan sarana MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang memadai, dengan persediaan air yang cukup, sabun, serta alat mandi.

  7. Para pengungsi, khususnya anak-anak dan orang tua, sebaiknya diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral. Pasalnya, ada keterbatasan untuk mendapatkan asupan bergizi lengkap setiap hari.

  8. Bagi anak-anak, diperlukan upaya penolongan psikologis dengan melakukan trauma healing. Trauma healing bisa dilakukan dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak, dan kelompok-kelompok bermain untuk anak.

  9. Untuk pasien berusia lanjut, perlu diadakan kegiatan seperti menyulam, melakukan aktivitas pengajian, atau aktivitas lain yang membuat mereka bisa selalu berpikir.

  10. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk beribadah, sehingga para pengungsi juga masih memiliki kesempatan untuk berdoa dan tetap sabar menghadapi cobaan tersebut.

  11. Mengadakan acara-acara kesenian yang menjadi favorit masyarakat sekitar secara berkala. Acara-acara ini bisa mengatasi kejenuhan dan mengurangi kepedihan para pengungsi.

 

Tentu tak ada seorang pun yang mengharapkan kejadian mengerikan seperti ini terjadi. Sekarang, masyarakat Palu dan sekitarnya sedang berada di titik terendah mereka. Untuk itu, tak ada salahnya membantu mereka dengan cara kita masing-masing.

 

Beberapa hal di atas juga bisa menjadi panduan mengenai apa yang sebenarnya paling dibutuhkan para korban apabila ada Geng Sehat yang berniat menjadi relawan dan ingin terjun langsung ke lokasi kejadian. Prinsip dasar penanganan korban gempa adalah jenazah yang ditemukan harus segera dikubur, korban luka atau sakit segera diobati, dan masyarakat di pengungsian harus tetap sehat. (BAG/AS)

Baca juga: 5 Penyakit yang Patut Diwaspadai Pascatsunami