“Nak, kamu ini harus jadi dokter ya besok kalau sudah besar, biar bisa sukses!” Mungkin sebagian dari Anda tidak asing dengan pernyataan seperti itu dari orangtua Anda saat masih kecil. Kalau tidak dokter, polisi, insinyur, ya pegawai negeri. Padahal sebenarnya, setiap orang punya kemampuan dan keahliannya masing-masing yang bisa dimaksimalkan.

Nah, masalahnya adalah karakter orangtua yang bisa dibilang kolot seperti itu masih terbawa dan diterapkan pada anak Anda. Tak salah memang jika orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan masa depan sang anak. Tetapi sayangnya, tanpa sadar keinginan tersebut dibarengi dengan paksaan dan tuntutan yang mengharuskan anak untuk melakukannya. Hal inilah yang penting untuk Anda sadari karena terlalu memaksakan kehendak orang tua pada anak Anda justru dapat membahayakan perkembangan anak.

Baca juga: 3 Cara untuk Menstimulasi Otak Bayi

 

Anak bisa Mengalami Tekanan

Penelitian menunjukan anak-anak yang memiliki orang tua yang terlalu intrusif pada anak  seperti mendorong anak untuk mendapat nilai yang bagus cenderung mengakibatkan sang anak mudah mengalami rasa cemas dan tertekan. Ryan Hong, yang merupakan ketua penelitian ini menyampaikan bahwa ketika orang tua terlalu intrusif pada kehidupan anaknya, hal ini secara tidak langsung akan memberikan sinyal kepada anak bahwa apa yang telah ia lakukan tidak akan pernah cukup baik  di mata orang tuanya. Penelitian ini juga menemukan bahwa orang tua yang bertindak intrusif memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap akademis anaknya dan cenderung bersikap berlebihan ketika sang anak melakukan kesalahan. Jika seperti itu dapat meningkatkan risiko anak menjadi bersikap terlalu kritis serta terlalu menekan dirinya sendiri. Hal ini akan menyebabkan anak takut untuk berbuat kesalahan sekecil apapun dan cenderung akan sangat menyalahkan dirinya sendiri saat tidak melakukan tugasnya dengan sempurna.

Perilaku ini disebut sebagai maladaptive perfectionism dan akan merugikan anak karena akan meningkatkan risiko anak mengalami gejala depresi, kecemasan, bahkan dapat mengarah pada bunuh diri untuk kasus yang sangat serius. Ryan Hong melakukan penelitian pada anak berusia berusia 7 tahun di 10 sekolah yang berbeda di Singapura berdasarkan assessment  memiliki orang tua yang terlalu mengintervensi kehidupan sang anak, khususnya di bidang akademis. Dilakukan follow up setiap tahunnya selama 5 tahun, dan peneliti mencatat adanya tanda-tanda anak-anak ini mengalami maladaptive perfectionism dan terlalu kritis atau menekan dirinya sendiri.

Baca juga: Menggambar dan Mewarnai, Kegiatan Seru dan Bermanfaat Bagi Anak

 

 

Bangun Komunikasi Yang Baik Dengan Anak

Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, sebaiknya Anda bisa lebih berhati-hati untuk tidak terlalu mendorong anak untuk memperoleh nilai yang bagus. Ciptakan suasana yang kondusif agar anak dapat belajar dengan baik, dan yang perlu diingat yaitu membuat kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Jika orang tua terlalu menekan sang anak, maka suasana kondusif justru tidak akan pernah terbentuk. Anak dengan nilai akademis yang baik tidak harus dicapai dengan cara orangtua terlalu mendikte anak untuk selalu belajar dan tidak boleh membuat kesalahan. Cara seperti itu dapat membuat anak mengalami tekanan dan dapat membahayakan hidupnya di kemudian hari. Sebaiknya, ciptakan suasana yang nyaman bagi anak untuk belajar dan biarkan anak berkreativitas menciptakan suasana nyamannya sendiri sehingga ia mampu belajar dengan baik dan memperoleh nilai yang terbaik pula.

Baca juga: Cara Mengembangkan 8 Jenis Kecerdasan Anak