Percuma sekolah tinggi-tinggi, kalau pada akhirnya yang mendidik anak-anakmu di rumah hanya pengasuh yang lulusan SD,“ sindir tetangga. Ibu bekerja pasti anak yang jadi korban, mustahil anak terdidik baik kalau ibunya tidak di rumah,” sindir teman yang lain. Kegalauan wanita yang sudah memiliki anak namun masih ingin berkarier memuncak begitu mendengar sindiran sinis bertubi-tubi seperti di atas. Barangkali Anda juga pernah merasakan kegalauan tersebut. Sebenarnya, apa benar kalau wanita tidak bisa membesarkan anak sambil bekerja? Menurut saya, jawabannya tergantung support yang diberikan oleh orang sekeliling wanita tersebut. Wanita yang di-support baik secara mental dan physically oleh keluarganya terutama oleh suaminya pasti mampu berkarir tanpa mengabaikan kodratnya sebagai seorang ibu. Umumnya wanita yang sukses berkarier itu didukung oleh suami yang tidak tabu masuk dapur, suami yang tidak alergi mengambil alih tugas menyapu, mengepel dan membantu pekerjaan rumah tangga lainnya, serta suami yang selalu siap sedia momong sampai mengganti popok anak. Dukungan suami, keluarga besar (kakek-nenek) dan bantuan dari pengasuh seharusnya mampu membantu si wanita untuk tetap berkarya meneruskan cita-citanya.

Wanita Karier=Aktualisasi Diri

Tuntutan ekonomi serta ambisi untuk mengaktualisasi diri menjadi motivasi para wanita untuk tetap berkarir setelah melahirkan anak. Prestasi dan kepuasan diri ini yang penting diperjuangkan demi kebahagiaan keluarga pada akhirnya karena dasarnya happy moms create happy families. Selain itu ibu yang bekerja dapat menunjukkan ke anak-anaknya untuk lebih mandiri, melihat ayah dan ibunya kompak berbagi tugas mengerjakan pekerjaan rumah tangga setelah jam pulang kantor. Hal tersebut akan membawa dampak yang positif untuk perkembangan anak, terutama untuk anak perempuan, mereka akan melihat bahwa posisi pria dan wanita itu seimbang, wanita memiliki kesempatan yang sama untuk meraih apa yang diinginkannya dengan mendidik anak sambil bekerja. Ketika anak melihat ibunya memiliki karir yang baik, mampu menghasilkan uang tapi tetap mampu meluangkan waktunya untuk keluarga, sang ibu bisa menjadi role model yang positif untuk anak-anaknya dan kelak anak-anaknya akan mencontoh ketika mereka berkeluarga.

Tantangan Ibu Bekerja

Sesungguhnya tantangan terberat saat kita membesarkan anak sambil bekerja adalah bagaimana me-manage waktu untuk pekerjaan vs keluarga seoptimal mungkin sehingga keduanya bisa seimbang. Beberapa wanita bahkan mengabaikan kepentingan diri sendiri karena lebih mengutamakan kepentingan pekerjaan dan keluarga. Untuk mengatasi rasa jenuh dan ketidakpuasan tersebut, meluangkan waktu sejenak sekitar 1 jam setelah jam pulang kantor dengan melakukan hobi/ kesenangan pribadi, misalnya santai sejenak di salon kesayangan itu dapat me”recharge” mental dan fisik kita sebelum pulang rumah dan melanjutkan peran kita sebagai seorang ibu. Saat mood dan fisik kita optimal tentu aura yang kita bawa saat pulang rumah akan positif dan itu baik untuk perkembangan Si Kecil. Jika bicara soal kuantitas waktu tentu kita kalah dibanding dengan para stay at home mom. Melewatkan momen anak kita duduk untuk pertama kalinya, melewatkan momen anak perform di pentas kesenian sekolahnya mungkin hanya sebagian kecil dari pengorbanan yang sudah menjadi konsekuensi para ibu bekerja. Jangan pernah membandingkan pengorbanan dengan apa yang kita dapatkan saat bekerja! Hal ini memang tidak bisa dibandingkan dan memang tidak akan pernah sebanding. Daripada galau dengan rasa bersalah tersebut, lebih baik mengkompensasikan waktu yang tersisa setelah pulang kantor dengan berinteraksi lebih intim dengan anak-anak. Sediakan waktu tiap malam untuk menemaninya mengerjakan PR, bermain, berbagi cerita tentang apa yang dilakukan dan dirasakannya hari ini, atau sekedar membacakan dongeng sebelum dia tidur.

Solusi Ibu Bekerja

Anda tidak perlu berputus asa, namun Anda memang butuh cara ekstra untuk bisa menyeimbangkan peran Anda sebagai ibu bagi anak-anak. Bagaimana caranya?

  1. Bangun komunikasi berkualitas dari hati ke hati dengan Si Kecil sedari dini sehingga walau Anda sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari, anak tetap sadar bahwa orang tuanya selalu ada waktu untuk mendengarkannya.
  2. Pemilihan asisten rumah tangga yang akan membantu Anda mengasuh Si Kecil saat sedang bekerja. Selain itu juga menjadi kunci utama kestabilan perkembangan emosi anak.
  3. Sediakan waktu yang cukup dan temani Si Kecil saat proses adaptasi pertamanya dengan si pengasuh baru. Kedekatan Anda dengan pengasuh anak juga menjadi langkah penting untuk tahu karakter pengasuh si anak.
  4. Pastikan Si Kecil selalu berada pengasuhan orang yang tepat. Meminta bantuan orang tua atau mertua untuk mengawasi anak Anda selama bekerja bisa menjadi solusi alternatif.

Umumnya para orang tua bekerja memilih untuk menyekolahkan dini anak-anaknya dengan harapan anak tidak jenuh di rumah dan memiliki kegiatan positif di luar saat orang tua bekerja. Pemilihan jenis sekolah dini juga menentukan pembentukan karakter awal Si Kecil. Pastikan sekolah dini ini membuat anak senang, bukan malah membuatnya stres. Oleh karenanya tentukan dulu tujuan utama Si Kecil sekolah dini lalu kenali betul jenis sekolahnya, gurunya, dan materi kurikulumnya sebelum anak Anda bergabung di sekolah tersebut. Hadir minimal saat minggu pertama sekolah, terima raport atau parent's meeting di sekolah juga sebaiknya dilakukan walau harus mengambil jatah cuti tahunan. Hal ini penting supaya kita orang tua tetap bertanggung jawab terhadap perkembangan sosial dan akademis anak. Peran Anda sebagai working mom memang tidak mudah, plus minusnya harus sudah Anda pertimbangkan baik-baik dan karena Anda sudah memilih peran ini,  just do your best and let God do the rest! (Olivia Tandrasasmita, scientists Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences)