Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Demak, Jawa Tengah, dikabarkan mengalami kelumpuhan setelah mendapatkan imunisasi MR di sekolahnya. Informasi ini membuat banyak orang tua ketakutan.

 

Kronologi berawal ketika Niken Angelia, siswi SMP asal Demak tersebut, mendapatkan imunisasi MR di sekolah pada Rabu, 2 Agustus 2017. Setelahnya, Niken merasa lemas dan pusing. Dan saat pulang ke rumah, ia mengeluhkan rasa sakit di bagian pinggang hingga kaki. Pada Sabtu, 12 Agustus 2017, Niken akhirnya dibawa ke rumah sakit di Demak. Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karyadi Semarang untuk mendapatkan pengobatan.

 

Tanggapan Ahli dan Pemerintah Mengenai Kasus Ini

Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, banyak pihak dari kalangan kedokteran ragu kalau vaksin MR lah faktor yang mengakibatkan kelumpuhan. Pasalnya, pemberian vaksin MR telah dilakukan secara serentak pada bulan Agustus 2017, dan sejatinya telah dinyatakan sangat aman.

 

Dalam laporan yang dirilis oleh Kelompok Kerja Kejadian Ikatan Pasca Imunisasi (Pokja KIPI) pada 2016, imunisasi campak telah diberikan sebanyak 17.133.271 kali, dan hanya ada 17 laporan terkait anak sakit setelah pemberian imunisasi tersebut. Tujuh belas laporan tersebut juga menyatakan bahwa sakit yang diderita hanya kebetulan saja terjadi setelah imunisasi.

 

Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp. M (K)., menyatakan bahwa kasus Niken ini telah diinvestigasi. Dan, akhirnya diketahui penyebab kelumpuhan yang dialami Niken bukanlah karena imunisasi, melainkan karena ada penyakit lain yang muncul sebelum imunisasi.

 

Setelah kejadian ini, petugas kesehatan yang terlibat dalam penyelenggaraan vaksin MR diminta untuk lebih teliti terhadap kondisi anak sebelum disuntikkan vaksin. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kondisi anak menjadi semakin parah setelah divaksin.

Baca juga : 5 Imunisasi Wajib Untuk Anak

 

Mengenal Vaksin MR

Program nasional imunisasi vaksin MR telah dimulai sejak bulan Agustus dan akan berlanjut hingga September. Vaksin MR diberikan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus measles (campak) dan rubella (campak Jerman).

 

Jika sebelumnya vaksin yang diwajibkan adalah vaksin MMR, kini vaksin untuk menangkal virus mumps (gondong) dikurangi penggunaannya dengan pertimbangan dampak yang dari penyakit. Saat ini, pemerintah memprioritaskan pengendalian campak dan rubella karena komplikasinya lebih berat dan mematikan.

 

Jika seorang anak telah mendapat vaksin MMR, ia masih boleh mendapatkan vaksin MR. Hal ini berguna untuk meningkatkan kekebalannya terhadap penyakit tersebut. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa vaksin MR sudah teruji aman dan telah digunakan di sekitar 150 negara.

 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa campak dan campak Jerman merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran napas, yang disebabkan oleh virus. Campak bisa menimbulkan komplikasi pada paru-paru dan otak, bahkan menyebabkan kematian. Virus campak sangat menular, sehingga dapat menimbulkan wabah.

 

Sedangkan campak Jerman merupakan penyakit ringan pada anak, namun dapat sangat berbahaya jika dialami oleh ibu hamil. Jika Mums terserang rubella di trimester pertama kehamilan, penyakit ini bisa mengakibatkan Mums keguguran. Jika terserang di trimester kedua, bayi yang dilahirkan bisa mengalami kelainan yang disebut dengan Congenital rubella syndrome, yakni bayi lahir dengan ukuran kepala yang kecil, buta, tuli, dan cacat mental.

 

Selama kampanye imunisasi MR, vaksin akan diberikan pada anak usia 9 bulan sampai 15 tahun. Vaksin MR juga masuk ke dalam imunisasi wajib, yang diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan, dan kelas 1 SD.

 

Dilansir dari The Asianparent Indonesia, vaksin MR tidak boleh diberikan kepada beberapa orang dengan kondisi tertentu untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan, misalnya:

  • Sedang melakukan terapi kortikosteroid, imunosupresan, dan radioterapi.
  • Ibu hamil. Namun vaksin ini sangat disarankan untuk diberikan kepada wanita yang berencana hamil.
  • Penderita leukemia, anemia berat, dan kelainan darah lain lainnya.
  • Penderita kelainan fungsi ginjal berat.
  • Penderita kelainan fungsi jantung decompensatio cordis.
  • Setelah melakukan pemberian gamma globulin atau transfusi darah.
  • Memiliki riwayat alergi terhadap komponen vaksin.
  • Sedang demam, batuk, pilek, atau diare. Sebaiknya pemberian vaksin MR ditunda hingga orang tersebut sembuh.

 

Efek samping yang timbul dan normal terjadi pasca-imunisasi MR adalah demam ringan, muncul ruam merah di kulit, bengkak ringan, dan nyeri di lokasi suntikan. Reaksi ini akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian serius pasca-imunisasi sangat jarang terjadi.

Baca juga: 5 Imunisasi Untuk Orang Dewasa yang Tidak Boleh Dilewatkan

 

Vaksin Meningkatkan Sistem Imun untuk Melawan Penyakit Tertentu 

Mums tidak perlu khawatir untuk memberikan imunisasi kepada anak, ya. Pemberian vaksin merupakan salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah terserang beragam penyakit berbahaya. Untuk vaksin MR ini misalnya, virus MR bisa menyebabkan kematian dan kecacatan.

 

Tindakan pencegahan secara massal perlu dilakukan agar generasi selanjutnya bisa terbebas dari penyakit ini. Reaksi yang timbul pasca-imunisasi tidak seberapa dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan oleh si Kecil.

 

Untuk kasus yang menyerang Niken, kita bisa mengambil pelajaran untuk tidak langsung percaya pada berita yang beredar. Lalu pastikan kondisi tubuh sebelum melakukan imunisasi dalam kondisi fit, untuk menghindari dampak-dampak yang tidak diinginkan.

Baca juga: Bingung Vaksin Haram atau Halal? Baca Dulu Penjelasan di Bawah Ini!