“Sampai kapan sih lo kerja gini terus? Jarang libur, jaga malam.”

 

Itu adalah pertanyaan salah satu teman saat saya bertemu dengannya di satu kesempatan. Memang, akhir-akhir ini sulit meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman. Saya bekerja sesuai dengan jadwal yang ditentukan, yang terdiri dari jaga pagi dan jaga malam.

 

Setelah jaga malam (pada beberapa rumah sakit bervariasi waktu selesai jaga malamnya, berkisar di pukul 07.00 hingga 08.00), biasanya akan saya habiskan untuk tidur. Saya ingin menebus waktu istirahat yang dipakai untuk bekerja di malam sebelumnya. Melelahkan? Tentu saja!

 

Kualitas tidur siang setelah jaga malam tidak sama dengan tidur malam. Siang hari cenderung berisik dan biasanya saya hanya bisa tidur sampai pukul 15.00. Saya terbangun hanya untuk makan siang. Jika masih lelah, saya akan kembali beristirahat. Terdengar tidak sehat bukan? Apalagi, saya sudah jarang menghadiri berbagai undangan untuk mencoba restoran baru, yang merupakan kerja paruh waktu saya sebagai blogger.

Baca juga: Selalu Ditanyai Nama dan Tanggal Lahir di Rumah Sakit? Ini Alasannya!

 

Pertanyaannya, apakah hidup sebagai dokter umum akan selalu demikian?

 

Hidup sebagai dokter umum tidak melulu seperti yang saya jalani. Saya memang memilih untuk bekerja di rumah sakit secara full time, sehingga sebagian besar waktu dihabiskan di rumah sakit. Jadwal kerja juga tidak menentu. Saya bisa memiliki hari libur di tengah minggu dan dapat bekerja di akhir pekan.

 

Banyak teman-teman yang tidak suka bekerja secara terikat di rumah sakit. Mereka lebih suka bekerja di klinik, baik klinik umum maupun klinik kecantikan. Bagi teman-teman dokter yang kurang suka berinteraksi dengan pasien dan lebih suka mengurus manajerial rumah sakit, bisa mendalami bidang tersebut dengan mengambil S2 tentang manajemen rumah sakit.

 

Sampai kapan harus jaga malam? Well, jaga malam merupakan bagian dari pekerjaan dokter jaga di rumah sakit. Tidak bisa diukur sampai kapan saya harus menjalani jaga malam. Ketika menjalani sekolah spesialis pun, jaga malam menjadi bagian dari proses pembelajaran tersebut. Bahkan beberapa rumah sakit besar di kota besar juga mengharuskan dokter spesialis untuk jaga bersama dokter umum (biasanya hanya dokter umum yang memiliki tugas jaga malam).

Baca juga: Merekam Gambar atau Video Saat di Rumah Sakit, Bolehkah?

 

The good thing is, I love my job! Dunia kedokteran bukanlah sesuatu yang instan dan fleksibel, hal-hal yang identik dengan berbagai pekerjaan masa kini. Saya memiliki adik yang bekerja di perusahaan start up. Ia memiliki jadwal bekerja yang sangat berbeda dengan saya yang bekerja di bawah hierarki rumah sakit.

 

Menjadi dokter sendiri merupakan langkah yang panjang untuk ditempuh, sampai nantinya mencapai kestabilan dalam pendapatan. Anggaplah saya bekerja selama satu tahun, kemudian menjalani sekolah spesialis selama lima tahun dengan biaya yang tidak murah (tanpa digaji, tetapi kabarnya akan diberikan biaya bantuan hidup), mungkin saya baru akan bisa beli rumah sendiri di usia kepala tiga.

 

Sedikit terlambat bukan? Belum lagi jika sudah berkeluarga dan banyak biaya tambahan yang harus ditanggung. Oleh karena itu, memasuki dunia ini perlu memiliki kemauan belajar yang konsisten, sabar, dan sedikit tabungan dari keluarga.

 

Saya teringat perkataan mama saat mau mengambil sekolah dokter 8 tahun yang lalu. “Kamu yakin mau jadi dokter? Sekolah lama, biaya mahal, dan kayaknya juga susah," tanyanya. Saat itu, saya masih belum dewasa untuk berpikir kritis dan jangka panjang.

Baca juga: Perlengkapan Ibu dan Bayi yang Perlu Dibawa ke Rumah Sakit

 

Namun berdasarkan apa yang saya alami, saya sangat mengiyakan hal tersebut. Masa sekolah dan jam kerja yang panjang, sekolah yang mahal, serta gaji sebagai dokter umum yang tidak begitu besar, tetapi mengemban tanggung jawab yang besar dapat menjadi bahan pertimbangan kembali.

 

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saya beruntung karena memang menyukai pekerjaan ini. Namun, tidak jarang saya bertemu dengan teman-teman sejawat yang bekerja hanya karena terjebak di bidang ini saja.

 

Saya menuliskan pengalaman ini bukan untuk menghalangi teman-teman untuk mengambil jalur kedokteran. Namun, diharapkan sharing ini dapat memberikan gambaran mengenai pekerjaan dokter, khususnya dokter umum. Semoga bermanfaat!