Saat ini, pemberitaan media massa di Indonesia sedang ramai membicarakan tentang kratom. Diawali dari rencana Badan Narkotika Nasional (BNN) mengajukan agar kratom dimasukkan ke Golongan 1 narkotika.

 

Padahal, daun kratom yang berasal dari Kalimantan ini merupakan salah satu komoditas ekspor besar. Amerika Serikat adalah konsumen utama produk dari daun kratom ini. Konon, kratom memang sering dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit

 

Lalu, apakah benar tanaman ini memiliki efek psikotropika sehingga dianggap sebagai golongan I narkotika? Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: Pengguna Narkotika Flakka Lebih Seram dari Zombie!

 

Apa Itu Kratom?

Kratom adalah pohon sejenis perdu yang hidup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Daun kratom mengandung bahan psikoaktif yang bisa dihancurkan, dihisap seperti rokok, diolah menjadi teh, atau dikonsumsi dalam bentuk kapsul.

Kratom memiliki beberapa nama lain, seperti:

  • Biak
  • Ketum
  • Kakuam
  • Ithang
  • Thom

 

Bagaimana Orang Menggunakan Kratom?

Kebanyakan orang mengonsumsi kratom dalam bentuk pil, kapsul, atau ekstrak. Beberapa orang juga mengunyah daun kratom atau diseduh sebagai teh. Terkadang daunnya dihisap seperti rokok atau dikonsumsi setelah dicampurkan di dalam makanan.

 

Bagaimana Kratom Memengaruhi Otak?

Kratom bisa menyebabkan efek yang serupa dengan opioid dan stimulan. Dua senyawa di dalam daun kratom, mitragynine and 7-a-hydroxymitragynine, berinteraksi dengan reseptor opioid di dalam otak, sehingga memproduksi sensasi menenangkan, kepuasan, dan menurunkan rasa sakit, khususnya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

 

Mitragynine juga berinteraksi dengan sistem reseptor lain di dalam otak untuk memproduksi efek stimulan. Ketika kratom dikonsumsi dalam jumlah kecil, orang yang mengonsumsinya mengalami peningkatan energi dan kewaspadaan.

 

Baca juga: Narkotika Juga Bisa Digunakan Dalam Terapi Medis

 

Efek Samping Kratom

Kratom juga bisa menyebabkan efek samping yang tidak nyaman dan bahkan berbahaya. Beberapa efek samping konsumsi kratom adalah:

  • Mual
  • Gatal
  • Berkeringat
  • Mulut kering
  • Konstipasi
  • Sering buang air kecil
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kejang
  • Halusinasi
  • Gejala psikosis pada beberapa orang

 

Bisakah Seseorang Mengalami Overdosis Kratom?

Dari seluruh dunia, ada beberapa laporan kematian pada orang yang mengonsumsi kratom, namun kebanyakan dari kasus tersebut juga melibatkan senyawa psikotik lain. 

 

Di Amerika Serikat sendiri, pada tahun 2011-2017 penelitian menemukan 11 kasus kematian akibat paparan kratom. Sembilan dari 11 kematian tersebut tidak hanya melibatkan kratom, namun juga senyawa psikotik dan obat lain, seperti antihistamin, kafein, benzodiazepin, dan kokain.

 

Sementara itu, dua kematian lainnya diakibatkan paparan kratom saja, tanpa ada senyawa lain. Pada 2017, FDA juga mengidentifikasi 44 kematian akibat kratom, dengan setidaknya satu kasus disebabkan oleh paparan kratom saja.

 

Menurut FDA, banyak kematian tersebut disebabkan oleh penggunaan kratom dengan senyawa lainnya, termasuk obat-obatan terlarang, opioid, alkohol, gabapetin, dan obat yang bisa dibeli di apotek, seperti obat batuk.

 

Apakah Kratom Menyebabkan Kecanduan?

Sama seperti obat lain yang memiliki efek serupa dengan opioid, kratom juga bisa menyebabkan kecanduan. Itu artinya, banyak orang yang mengalami gejala withdrawal ketika berhenti menggunakan kratom.

 

Gejala withdrawal yang dimaksud, seperti:

  • Nyeri otot
  • Insomnia
  • Sensitif
  • Agresif
  • Perubahan emosional

 

Baca juga: Mengenal Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

 

Beberapa tahun belakangan, kratom memang sering digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk mengontrol gejala withdrawal pada orang yang kecanduan opioid atau alkohol.

 

Namun, belum ada penelitian ilmiah yang mencari tahu jika kratom benar-benar aman atau efektif untuk pengobatan tersebut. Oleh sebabnya, dibutuhkan penelitian lebih jauh untuk membuktikannya. 

 

 

Sumber:

National Institute on Drug Abuse. Kratom. April 2019.

Live Science. 5 Things to Know About Kratom. September 2016.