Jika Mums dan Dads berencana memiliki anak, maka perlu mewaspadai adanya kemungkinan infeksi cytomegalovirus (CMV) sebelum dan selama hamil. Pasalnya, kelompok virus herpes ini kerap tidak bergejala dan jika dialami oleh ibu hamil, dapat ditularkan ke sang Bayi dan mengakibatkan sejumlah cacat lahir dan masalah kesehatan lainnya!

 

Waspadai Infeksi Cyromegalovirus (CMV) Sebelum dan Selama Hamil!

Cyromegalovirus (CMV) merupakan virus umum yang masih berkerabat dengan virus penyebab cacar air, herpes simplex, dan monocleosis. Sekali terinfeksi oleh virus ini, maka akan bersemayam di dalam tubuh untuk selamanya.

 

Kebanyakan orang tidak mengetahui kalau ia terinfeksi CMV sebab jarang menunjukkan gejala karena dalam kondisi tidak aktif. Namun, bagi ibu hamil atau bila sistem imun sedang lemah, CMV perlu diwaspadai.

 

Pada ibu hamil yang terinfeksi CMV, maka berpotensi besar untuk menularkannya kepada bayi yang dikandung. Sementara pada penderita sistem imun lemah, khususnya yang menjalani transplantasi organ, sel induk, ataupun sumsum tulang, infeksi CMV dapat berakibat fatal.

 

Baca juga: Kenapa sih, Harus USG Transvaginal saat Mau Promil? Ini Jawabannya

 

Bagaimana Penularan Cyromegalovirus (CMV) Bisa Terjadi?

Cyromegalovirus (CMV) dapat menyebar melalui cairan tubuh, meliputi darah, urine, liur, ASI, air mata, air mani, dan cairan vagina. Penularan bisa melalui berbagai cara, seperti:

  • Menyentuh bagian mata, dalam hidung, atau mulut setelah kontak dengan cairan tubuh penderita CMV.
  • Melakukan kontak seksual dengan penderita CMV.
  • Menjalani transplantasi organ, sumsum tulang, atau sel induk.
  • Mendapatkan transfusi darah.
  • Proses persalinan. Ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus kepada bayinya sebelum maupun selama proses persalinan.

 

Baca juga: Kapan Bisa Hamil Lagi Setelah Lepas Spiral?

 

Deteksi Cyromegalovirus (CMV) Sebelum dan Selama Hamil

Sekitar 1 dari 200 bayi lahir dengan CMV bawaan dan 1 dari 5 bayi berisiko mengalami cacat lahir atau masalah kesehatan jangka panjang. Walaupun tidak ada obat untuk menghilangkan cyromegalovirus (CMV) dari dalam tubuh, pengobatan tetap bisa dilakukan untuk mengatasi gejalanya dan memperlambat risiko reproduksi virus di tubuh bayi ketika dilahirkan kelak. Itulah pentingnya mendeteksi apakah Mums terinfeksi CMV sebelum dan selama kehamilan.

 

Sebelum dan selama hamil, Mums dapat melakukan sejumlah tes laboratorium, termasuk tes darah, cairan tubuh lain, atau sampel jaringan, untuk mendeteksi CMV di dalam tubuh. Jika Mums sudah dinyatakan hamil dan telah memiliki antibodi CMV, maka kecil kemungkinan untuk virus menjadi aktif dan menginfeksi janin.

 

Dokter akan melakukan tes prenatal (amniocentesis) untuk mengecek apakah janin tertular apabila Mums terdeteksi mengalami CMV. Pada tes ini, dokter akan mengambil dan memeriksa sampel cairan ketuban Mums. Amniocentesis umumnya direkomendasikan bila tampak kelainan yang kemungkinan disebabkan oleh CMV saat USG.

 

Kalau bayi dicurigai mengalami CMV bawaan, maka ia akan dites selama 3 minggu pertama dilahirkan. Dokter pun akan merekomendasikan untuk melakukan beberapa tes tambahan demi mengecek organ tubuh bayi, seperti hati dan ginjal, apabila terbukti terinfeksi CMV.

 

Selain deteksi dini, pencegahan menjadi salah satu cara terbaik agar calon ibu maupun ibu hamil tidak terinfeksi CMV. Rajinlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, hindari berbagi piring dan gelas dengan orang lain, serta lakukan seks aman. (AS)

 

Baca juga: Adakah Efek Samping Minum Suplemen Asam Folat saat Promil?

 

Referensi

Mayo Clinic: Cytomegalovirus (CMV) infection

CDC: CMV Fact Sheet for Pregnant Women and Parents