Mums, pernahkah mendengar tentang disleksia? Istilah yang berasal dari bahasa Yunani ini, merujuk pada berarti sebuah kesulitan untuk mengenali huruf atau kata. Kondisi ini disebabkan otak lemah atau lambat dalam memproses informasi. Akibatnya, anak yang menderita disleksia susah untuk membaca, mengeja, menulis, juga tidak bisa tak bisa memecahkan persoalan matematika. Mungkin sukar dipercaya, tetapi rupanya, satu dari sepuluh orang anak memiliki kecenderungan terdiagnosa disleksia. Simak yuk, informasi selengkapnya tentang disleksia agar kita semakin memahami bentuk dukungan apa saja yang bisa dilakukan untuk membangun rasa percaya diri dari anak dengan disleksia.

Baca juga: Manfaat Membaca Buku Sejak Dini

 

Apa itu disleksia?                                                                         

Disleksia berasal dari kata “dys” yang berarti “kesulitan untuk” dan “lexis” , yang bermakna “ huruf” dalam bahasa Yunani. Lalu, apakah cakupan ketidakmampuan penderita disleksia hanya terbatas pada kesulitan membaca dan menulis saja? Sayangnya, permasalahan disleksia sedikit lebih rumit daripada kedua hal itu. Disleksia juga cenderung memengaruhi kemampuan berbicara bagi beberapa pengidapnya. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan untuk menyusun atau membaca kalimat, sehingga penderitanya menyusun kalimat secara terbalik, tetapi juga tidak mampu mengurutkan kalimat dari atas ke bawah.

Baca juga: Ini Cara Mengantisipasi Hambatan Berbicara pada si Kecil 

 

Siapa saja yang berisiko?

Para peneliti menemukan bahwa pada penderita disleksia, ada kondisi biokimia otak yang tidak stabil. Penyebabnya bisa akibat genetik. Anak laki-laki dan anak perempuan memiliki risiko sama. Bila orang tua mengalami disleksia, kemungkinan besar hingga 50% peluangnya, anaknya juga akan mengalami hal serupa. 

 

Bagaimana mendeteksi anak mengalami disleksia?

Diagnosa disleksia biasanya dilakukan pada usia 7-8 tahun. Namun, sebenarnya bila dicermat gejala disleksia bisa dikenali sejak usia 3-4 tahun. Tanda umum yang paling sering terjadi pada anak dengan disleksia, adalah sistem pelafalan kata yang keliru. Misalnya, bila normalnya anak dapat mengeja kata “bird” dengan benar, maka anak dengan disleksia cenderung melafalkannya menjadi “brid”. Secara spesifik, inilah tanda-tanda anak dengan disleksia.

 

Tanda-tanda disleksia pada usia pra sekolah:

  • Suka mencampur adukkan kata-kata dan frasa.
  • Kesulitan mempelajari rima (pengulangan bunyi) dan ritme.
  • Sulit mengingat nama atau sebuah obyek.
  • Perkembangan kemampuan berbahasa yang terlambat.
  • Senang dibacakan buku, tapi tak tertarik pada huruf atau kata-kata.
  • Sulit untuk berpakaiaan.

Tanda-tanda disleksia pada usia sekolah dasar:

  • Sulit membaca dan mengeja.
  • Sering tertukar huruf dan angka .
  • Sulit mengingat alfabet atau mempelajari tabel.
  • Sulit mengerti tulisan yang ia baca.
  • Lambat dalam menulis.
  • Sulit konsentrasi.
  • Susah membedakan kanan dan kiri, atau urutan hari dalam sepekan.
  • Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
  • Masih tetap mengalami kesulitan dalam berpakaian.

 

Apakah disleksia berpengaruh pada tumbuh kembang anak?

Karena sistem otak bekerja dengan cara yang berbeda, Mums dan Dads dapat bernapas lega. Disleksia tidak akan memengaruhi tingkat kecerdasan anak. Sebaliknya, anak dengan disleksia, jika mendapat dukungan intens di sekolah dari seorang guru spesialis, akan tumbuh menjadi anak dengan kreatvitas tinggi. Selain itu, mereka juga berkesempatan memiliki kemampuan berbicara yang baik, menjadi pemikir yang inovatif, dan pencari solusi yang intuitif. Sebagai buktinya, banyak tokoh ataupun selebriti ternama yang melewati pejuangan melawan disleksia di masa kecil, seperti  Albert Einstein, Salma Hayek, Jackie Chan, Whoopi Goldberg, Deddy Corbuzier, dan lain-lain.  

 

Apa yang harus dilakukan bila anak terdiagnosa disleksia?

Ada banyak sekali hal yang dapat dilakukan oleh Mums dan Dads jika si Kecil mengalami disleksia. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat orang tua lakukan di rumah.

 

Aktif mendampingi si Kecil setiap waktu.

Penderita disleksia cenderung mengalami kesulitan menulis dan membaca. Karenanya, jangan biarkan penderita disleksia mencari jawaban sendiri dan menghadapi kegagalannya sendiri. Kesendirian ini hanya akan memperburuk kondisi disleksianya.

 

Berikan dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Penderita disleksia cenderung  menghabiskan waktu untuk menguasai materi pelajaran seperti membaca, menulis, dan berhitung. Perjuangan ini bisa ia lewati hanya jika kepercayaan dirinya terus terjaga.

 

Ajari si Kecil membaca dan menulis dengan cara semenarik mungkin.

Hampir semua penderita disleksia tidak suka pelajaran membaca, karena bagi mereka, membaca adalah tugas terberat. Temukanlah subjek bacaan, program komputer, aplikasi smartphone, dan metode membaca yang memudahkan penderita disleksia memahami kata, misalnya melatih si Kecil mengenalkan huruf dan suku kata, melakukan metode dikte, dan meminta si Kecil menceritakan kembali isi buku yang ia baca.

Baca juga: Manfaat Menulis untuk Kesehatan Fisik dan Psikologis
 

Latihan khusus untuk mengajarkan teknik menulis pada si Kecil

Sebagian anak yang menderita disleksia memiliki tulisan yang kurang bagus. Ini disebabkan kontrol motoriknya yang tidak berfungsi dengan baik. Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas tulisan anak dengan disleksia.

  • Berikan si Kecil buku dengan pola titik-titik yang dapat dihubungkan. Ajarkan Ia untuk menghubungkan titik-titik tersebut hingga membentuk sebuah gambar untuk melatih kemampuan motorik halusnya. Sebagai opsi lain, Mums juga bisa menyediakan buku untuk berlatih menulis halus.
  • Ajak Si Kecil Bermain angka untuk melatih kemampuannya mengingat deret angka. Mums bila melakukannya dengan cara menunjukkan penanggalan hari di kalender. Menyebutkan angka dan simbol lalu lintas yang tertera di jalan raya, juga bisa menjadi pilihan bermain yang cerdas.
  • Untuk membantu si Kecil memahami matematika, gunakanlah lembaran kertas berpetak agar si Kecil lebih mudah belajar penambahan dan pengurangan. Bila ada lambang matematka yang sulit dipahami, jelaskan hal tersebut pada si Kecil dengan pilihan kosakata yang mudah dimengerti.

 

Mengajarkan keahlian berbahasa pada anak dengan disleksia, bukanlah sesuatu yang mustahil. Kreativitas dan ketekunan adalah kuncinya. Pandailah mengamati respons yang anak tunjukkan dari setiap metode belajar yang Mums sampaikan. Contohnya dengan mengajarkan lebih dari satu bahasa. Bila si Kecil menunjukkan ketertarikan pada satu bahasa asing tertentu, kenapa tidak hal tersebut dikenalkan secara intens pada si Kecil agar bakatnya terasah. Konsultasikan dengan dokter spesialis dan psikolog untuk menemukan metode yang paling cocok untuk membantu si Kecil menaklukkan disleksia. (TA/AY)