Menstruasi dan melahirkan adalah 2 hal yang hanya dialami oleh setiap wanita. Karena dipengaruhi oleh hormon reproduksi, maka siklus bulanan pada setiap wanita tidaklah sama. Ada siklus menstruasi normal dengan periode yang teratur setiap bulannya, ada pula siklus menstruasi yang tidak teratur atau mengalami gangguan.

 

Salah satu gangguan menstruasi yang menghantui wanita adalah menorrhagia. Kenali lebih jauh yuk tentang kelainan menstruasi yang satu ini. Simak pula kisah seorang wanita yang mengalami menorrhagia.

 

Pengertian Menorrhagia

Menorrhagia adalah gangguan menstruasi yang mengakibatkan darah keluar secara berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak. Normalnya, rata-rata darah yang dikeluarkan dalam seminggu masa menstruasi adalah 30-50 mL. Jika kuantitas darah yang dikeluarkan berkisar 60-80 mL, maka kondisi ini dianggap sebagai menstruasi berlebihan.

 

Agar mudah mengenali kondisi ini, Kamu bisa memperhatikan banyaknya jumlah pembalut yang dihabiskan. Perhatikan pula apakah darah menstruasi sering mengenai pakaian akibat tidak tertampung oleh pembalut. Kedua cara tersebut bisa dijadikan acuan untuk menilai apakah volume menstruasimu masih normal atau tidak jika dibandingkan dengan menstruasi bulan-bulan sebelumnya.

Baca Juga : Haid Tidak Lancar? Mungkin 6 Hal Ini Penyebabnya

 

Gejala Menorrhagia

Selain volume darah yang berlebihan, menorrhagia juga ditandai oleh masa perdarahan yang cukup lama serta gejala nyeri haid (dysmenorrhea). Dysmenorrhea umumnya terjadi ketika dinding rahim berkontraksi dan menekan pembuluh darah di sekitar rahim.

 

Akibatnya, pasokan oksigen terhenti dan menyebabkan munculnya rasa nyeri. Selain itu, beberapa gejala lain seperti anemia,  lemas, atau napas pendek juga dapat dirasakan oleh penderita menorrhagia.

 

Penyebab Menorrhagia

Pemicu yang dapat menyebabkan menorrhagia antara lain:

  • Radang panggul, misalnya karena infeksi pada organ reproduksi, baik pada rahim, indung telur, atau saluran telur.
  • Fibroid rahim (tumor jinak pada rahim).
  • Sindrom ovarium polikistik.
  • Endometriosis, yaitu kondisi ketika jaringan dari lapisan dinding rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim.
  • Adenomiosis, yaitu pertumbuhan jaringan endometrium ke dalam dinding otot rahim.
  • Hipotiroidisme. Kondisi yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid secara cukup.
  • Polip serviks, yaitu pertumbuhan jaringan tambahan pada dinding serviks atau dinding rahim.
  • Gangguan pada ovarium, yang dapat menyebabkan siklus hormon dan proses ovulasi tidak berjalan normal.
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Efek samping obat. Contohnya, obat antiradang, obat hormon, dan antikoagulan, serta penggunaan pil KB atau IUD (intrauterine contraceptive devices).
  • Kanker.  Salah satu contohnya adalah kanker rahim.
Baca Juga : 7 Penyebab Nyeri di Luar Masa Haid

 

Pengobatan Menorrhagia

Ada 2 cara untuk mengobati menorrhagia, yaitu melalui obat-obatan dan operasi. Dokter dapat memberikan obat jika pasien tidak merasakan gejala apa pun yang mengarah pada kondisi serius. Prosedur operasi biasanya akan direkomendasikan oleh dokter apabila menorrhagia sudah tidak bisa lagi ditangani dengan obat-obatan.

 

Operasi juga dianjurkan untuk menghindari komplikasi, seperti anemia parah dan nyeri haid (dysmenorrhea) yang hebat. Beberapa jenis operasi untuk mengatasi menorrhagia di antaranya:

  • Dilatasi dan kuretase (D&C). Dalam prosedur ini, dokter akan melakukan dilatasi (pembukaan) pada serviks dan melakukan kuretase (pengerokan) dinding dalam rahim untuk mengurangi perdarahan saat menstruasi.
  • Embolisasi arteri rahim. Prosedur ini diperuntukkan untuk menangani menorrhagia yang disebabkan oleh fibroid. Fibroid merupakan tumor jinak yang tumbuh di dinding rahim. Pada operasi embolisasi arteri rahim, fibroid disusutkan dengan cara memblokir arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut. Embolisasi arteri rahim adalah prosedur yang paling banyak dipilih oleh dokter, karena tingkat keberhasilannya tinggi dalam mengobati menorrhagia dan prosedur ini juga jarang menimbulkan komplikasi.
  • Miomektomi. Dalam miomektomi, fibroid diangkat melalui pembedahan. Prosedur ini dapat dilakukan dengan membuka dinding abdomen (laparotomi), menggunakan pipa optik dan alat khusus yang dimasukkan lewat beberapa sayatan kecil pada dinding perut (laparoskopi), atau melalui vagina (histerokopi).
  • Reseksi endometrium. Prosedur ini mengangkat endometrium (dinding dalam uterus) menggunakan kawat panas. Kehamilan tidak dianjurkan bagi wanita yang menjalani reseksi endometrium.
  • Ablasi endometrium. Prosedur ini dilakukan dengan cara menghancurkan lapisan endometrium secara permanen, baik dengan laser, radiofrekuensi (RF), atau dengan pemanasan.
  • Histerektomi. Biasanya prosedur ini ditempuh apabila menorrhagia sudah tidak bisa lagi ditangani dengan cara apa pun dan gejalanya sudah sangat parah. Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, yang otomatis akan menghentikan menstruasi selamanya dan membuat pasien tidak bisa memiliki anak.

 

Kisah Wanita dengan Kasus Menorrhagia

Wanita yang memilih untuk menjalani prosedur histerektomi untuk mengakhiri gangguan menorrhagia pada kenyataannya memang ada. Menstruasi dalam jumlah berlebih dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, baik secara emosi, psikis, maupun sosial.

 

Baru-baru ini, sebuah kisah nyata dibagikan melalui situs jurnal pribadi dr. Dyah Prawesti, SpOG, MHSM., menjadi viral. Dalam catatan tersebut, dokter yang bekerja di Hinchingbrooke Hospital, Cambridgeshire, Inggris, itu mengungkapkan rasa prihatinnya tentang penderita menorrhagia akut yang disebabkan oleh adenomiosis langka.

 

Pasien yang telah menikah selama 10 tahun ini bahkan tidak mengindahkan saran dokter untuk memilih alternatif pengobatan selain pengangkatan rahim. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan ia dan pasangan belum memiliki anak. Alih-alih mempertimbangkan kembali, pasien tersebut justru menuturkan kerepotan dan penderitaan yang mengharuskannya ia  ditransfusi darah berkali-kali setiap bulan.

 

Suami yang mendampinginya mekmaklumi kesedihannya. Wanita tersebut mengungkapkan bahwa tidak terbayang baginya untuk memiliki anak, jika pada setiap siklus haid saja ia tidak bisa menjalani aktivitas normal. Ia justru sangat berterima kasih jika tim dokter bersedia mengangkat rahimnya, agar ia tidak perlu mengalami nyeri selama menstruasi.

 

Semoga pengalaman hidup pasien tersebut semakin menginspirasi Geng Sehat untuk selalu menjaga kesehatan organ intim. Lekas konsultasikan kepada dokter kandungan ya, jika Kamu mendeteksi gejala yang tidak nyaman selama siklus menstruasi.

Baca Juga : 7 Hal yang Mungkin Dialami Saat Siklus Menstruasi