Untuk meredam penyebaran Coronavirus atau Covid-19, pemerintah mengeluarkan anjuran agar setiap orang melakukan social distancing yang oleh WHO direvisi menjadi physical distancing. Artinya kita harus tetap di dalam rumah, menjauhkan diri secara fisik dengan satu sama lain, dan hanya berhubungan melalui jaringan internet atau telepon. Kita disarankan keluar rumah hanya jika benar-benar dibutuhkan.

 

Meskipun physical distancing perlu dilakukan demi kebaikan kita sendiri dan orang lain, ternyata pada sebagian orang hal ini membuat tidak nyaman bahkan berpotensi mengarah pada kesehatan mental. Apa saja dampak physical distancing pada kesehatan mental? Jawabannya ada di bawah ini, Gengs!

 

Baca juga: Mums, Begini Tipsnya Menjelaskan tentang Coronavirus dan Social Distancing kepada Si Kecil
 

Apa Itu Physical Distancing?

Physical distancing adalah istilah menjaga jarak fisik dengan orang lain. Jika melakukan physical distancing, kita perlu menghindari pertemuan massal. Kalaupun harus pergi ke tempat umum, Kamu perlu menjaga jarak dengan orang lain setidaknya 2 meter. 

 

Physical distancing juga ada tingkatannya, mulai dari yang ringan hingga cukup berat atau ketat. Work from home atau karantina yang saat ini sedang kita lakukan untuk mencegah penyebaran Coronavirus, termasuk langkah physical distancing karena dalam situasi ini kita harus menjauhkan diri dengan orang lain, kecuali keluarga yang tinggal satu rumah. 

 

Physical distancing sangat diperlukan saat ini untuk mencegah penyebaran Coronavirus. Pasalnya, virus ini sangat mudah menular. Coronavirus menular lewat droplet saluran pernapasan yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

 

Baca juga: Agar Tetap Sehat, Jangan Lupa Olahraga Selama Social Distancing
 

Adakah Dampak Physical Distancing Pada Kesehatan Mental?

Manfaat physical distancing, khususnya di tengah wabah Coronavirus, sudah tidak bisa diragukan lagi. Namun, ada pula dampaknya pada kesehatan mental yang cenderung negatif.

 

Menurut ahli, meskipun kita hidup di mana semuanya serba mengandalkan teknologi, manusia tetap membutuhkan hubungan dan sentuhan fisik dengan sesamanya. Jadi, mengurangi interaksi sosial bisa menyebabkan kita merasa kesepian.

 

Physical distancing bisa membuat seseorang mengisolasi dirinya sendiri, dan hal ini bisa menjadi masalah pada beberapa orang. Menurut ahli, ketika manusia merasa terisolasi dari sesamanya, mereka lebih rentan mengalami kecemasan.

 

Selain itu, menetap di rumah selama berhari-hari tanpa beraktivitas keluar rumah seperti biasanya akan menurunkan jumlah aktivitas fisik, sehingga bisa membuat beberapa orang merasa sedih, frustrasi, atau marah.

 

Menurut ahli, orang lanjut usia menjadi yang paling berisiko terkena dampak physical distancing pada kesehatan mental. Pasalnya, orang lanjut usia biasanya paling senang ketika dikunjungi dan berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Dengan terbatasnya pertemuan dengan teman-teman, mereka akan merasa kesepian.

 

Namun sisi lain, physical distancing juga bisa menjadi kesempatan bagi Kamu untuk fokus pada kesehatan psikologis dan fisik diri sendiri. Kalau biasanya Kamu tidak sempat untuk memerhatikan tentang makanan yang Kamu konsumsi dan waktu tidur, sekarang adalah waktunya untuk memikirkan tentang kesehatan diri sendiri

.

Untuk orang yang terkena dampak physical  distancing pada kesehatan mental, seperti mengalami kesepian dan kesedihan, cobalah berkumpul dengan keluarga dan teman-teman lewat video call. Hal ini setidaknya akan meredakan kesepian yang dialami.

 

Kalau selama physical distancing Kamu mengalami kegelisahan atau kecemasan yang sangat mengganggu, segeralah menghubung dokter. Orang yang memiliki depresi juga perlu rutin berkomunikasi dengan psikolog atau psikiater, untuk mencegah dampak physical distancing yang lebih serius lagi. (UH)

 

Baca juga: Apa itu Social Distancing untuk Meredam Penularan Coronavirus?

 

 

Sumber:

Shape. What Are the Psychological Impacts of Social Distancing?. Maret 2020.
Wreg Memphis. Social distancing could negatively affect mental health, experts say. Maret 2020.