Sudah nyaris enam bulan dunia diterpa krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19. Merujuk data dari Woldometers.info, sampai Senin (25/5) sudah 5,5 juta lebih kasus positif coronavirus di 213 negara.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa coronavirus "mungkin tidak akan pernah hilang." Artinya, kita memang harus “berdamai” dengan virus corona. Bagaimana cara kita berdamai dengan virus corona?

 

Cara untuk berdamai dengan virus corona adalah menerapkan new normal life, menjalani kehidupan normal yang baru. Kita tetap diwajibkan menghindari potensi penularan dengan meneruskan kebiasaan hidup selama PSBB berlangsung, yaitu rajin cuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker saat berada di luar rumah.

 

Istilah new normal life atau kondisi normal yang baru adalah kondisi ketika manusia pada akhirnya harus hidup berdampingan dengan ancaman virus corona penyebab Covid-19. Kita tidak mungkin selamanya terisolasi di rumah, mengingat SARS-Cov-2, penyebab Covid-19 sepertinya akan bertahan lama di muka bumi.

 

 

Baca juga: Dampak Physical Distancing pada Kesehatan Mental, Siapa Paling Berisiko?

 

New Normal Life dari Berbagai Aspek

Kamu mungkin belum bisa membayangkan seperti apa kondisi normal yang baru nanti. Apakah sama seperti sebelum pandemi di mana kita hidup normal sepenuhnya. Atau ada aturan-aturan tertentu. Untuk memahaminya, berikut ini beberapa kemungkinan kehidupan normal yang baru dilihat dari berbagai sudut pandang:

 

1. Kehidupan Kantor Lebih Fleksibel

Bagi kebanyakan orang dengan pekerjaan profesional, pandemi Covid-19 membuat bekerja dari rumah sebagai rutinitas baru. Sebagian karyawan bahkan lebih menyukai rutinitas baru ini.

 

Menurut Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi provinsi DKI Jakarta (Disnakertrans Jakarta), sampai 2 Mei 2020, total 1,05 juta pekerja dari 3.927 perusahaan telah bekerja dari rumah, dengan lebih dari 183 ribu karyawan dan 1.352 perusahaan benar-benar menghentikan pekerjaan dari kantor. Selain itu, hampir 875 ribu karyawan dan 2.575 perusahaan mengurangi aktivitas kantor.

 

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), 11,3 juta pekerja di wilayah Jabodetabek, termasuk Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, telah mampu mematuhi sistem kerja yang fleksibel.

 

Selama masih terus ditemukan korban Covid-19, sepertinya rutinitas bekerja dari rumah akan terus berlangsung. Jikapun harus kembali bekerja di kantor, akan ada pembatasan. Kamu akan tetap menggunakan aplikasi rapat jarak jauh seperti Zoom atau Google Meet.

 

Penelitian lain dilakukan oleh perusahaan teknologi multinasional Lenovo menemukan 87 persen responden yang dicakup oleh studinya di Cina, Jepang, Jerman, Italia, dan AS siap untuk beralih ke bekerja dari rumah, jika diperlukan.

 

Sementara itu, sebanyak 77 persen dari peserta studi berharap perusahaan mereka akan mendorong, atau setidaknya, lebih terbuka untuk memungkinkan karyawan untuk bekerja dari jarak jauh di masa depan. Dampaknya, bisnis kemudian dapat beralih untuk memiliki ruang kantor yang lebih kecil, fleksibel, atau menempati kantor bersama yang tersebar di seluruh negeri, mendekati pemukiman. 

 

Baca: Bekerja di Rumah di Tengah Pandemi Coronavirus? Waspadai Tanda Bornout Ini!

 

2. Kesehatan Mental: Kasus Depresi Meningkat

Saat keselamatan kita dan keluarga yang kita cintai berada di bawah ancaman, maka kecemasan dapat terasa seperti sebuah normal baru. Tapi apa dampak jangka panjang dari hidup dengan ketidakpastian dan isolasi yang intens?

 

Saat ini saja, para profesional di bidang kesehatan mental sudah menerima pasien baru lebih banyak. Sebenarnya, yang lebih menakutkan adalah dampak kesehatan mental ini terhadap efek sosial yang lebih luas. Tekanan keuangan akibat isolasi bisa jadi meningkatkan risiko kesehatan mental yang berakhir dengan bunuh diri.

 

3. Resesi Ekonomi tak Terhindarkan

Pemerintah di banyak negara sudah menyalurkan berbagai bantuan bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat Covid-19. Namun, ini tidak menyelesaikan masalah secara tuntas.

 

Apa dampak dari penutupan bisnis dan PHK yang meluas? Beberapa pengamat mengatakan kita sedang menuju resesi lain seperti krisis keuangan 2008.Prof. John Bryson, pakar usaha dan geografi ekonomi di Universitas Birmingham, Inggris, berpendapat bahwa dunia pun sebenarnya sudah menuju resesi sebelum virus mulai mewabah.

 

"Covid-19 memberi kita petunjuk yang lebih nyata menuju resesi itu, jadi kita pasti akan mengalami resesi atau penurunan ekonomi dalam bentuk apa pun," jelasnya.

 

Dave Innes, pengamat ekonomi di Rowntree Foundation, Inggris, memperingatkan mungkin butuh waktu sangat lama untuk bangkit kembali. Bagi masyarakat, penggunaan uang cash mungkin berkurang. Pasca Covid-19, kehidupan normal baru akan bergeser menuju masyarakat tanpa uang tunai.

 

Baca juga: Cara Mengurangi Beban Psikologis Akibat PHK

 

4. Kencan Online Menjamur

Jujur saja, terjebak di dalam rumah bersama-sama 24/7 dengan pasangan (dalam beberapa kasus ditambah dengan anak-anak yang tidak sekolah), dibutuhkan penyesuaian perilaku. Potensi konflik meningkat. Sementara bagi yang tengah menjalin hubungan asmara, kencan secara langsung tidak memungkinkan.

 

Ammanda Major, seorang konselor hubungan dari Inggris, menekankan bahwa, orang perlu mengembangkan cara-cara yang lebih baik untuk berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan mereka pada pasangan. "Dampak ekonomi bisa menambah ketegangan pada hubungan suami istri," tambah Mayor.

 

Bagi yang tengah mencari pasangan, akan lebih memanfaatkan aplikasi kencan melalui internet. Mayor mengingatkan akan risiko kejahatan seksual secara online yang mungkin meningkat. Selain itu, jangan berharap terlalu tinggi. Mengenal seseorang melalui aplikasi bisa jadi tidak sesuai harapan.

 

5. Udara yang Lebih Bersih 

Salah satu aspek positif dari pandemi coronavirus adalah penurunan polusi udara dan tingkat CO2 yang signifikan di kota-kota di seluruh dunia. Hal ini karena pekerja tinggal di rumah dan penggunaan transportasi berkurang secara drastis.

 

New York, misalnya, mengalami penurunan emisi karbon hampir 50% yang bersumber dari penggunaan mobil.. Di Cina, ada penurunan 25% penggunaan energi dan emisi karbon selama pandemi. Sayangnya, para pengamat mengatakan bahwa perubahan positif saat ini kecil kemungkinannya akan bertahan setelah pandemi berakhir.

 

New Normal Starterpack

Selama menjalani tatanan kehidupan baru, berikut ini perlengkapan yang harus Kamu miliki dan Kamu gunakan setiap saat:

- Masker kain
- Baju lengan panjang
- Tisu kering dan basah
- Hand sanitizer
- Alat ibadah pribadi
- Alat makan
- Botol minum
- Disinfektan
- Kantong plastik
- Helm pribadi
- Masker cadangan
- Alat bantu buka pintu

 

Baca juga: WHO: Covid Tidak Akan Pernah Hilang, Bagaimana Cara Kita Berdamai dengan Virus?

 

 

Referensi:

En.antaranews.com. Flexible work the new normal life after pandemic ends

Thetimes.co.uk. The new normal life after coronavirus will look like.

Stylist.co.uk. Life after coronavirus predictions