Belum ada tanda-tanda kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Sampai 31 Maret 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di seluruh dunia mencapai 785,712 orang dengan angka kematian menyentuh 37.813 jiwa, dan pasien yang sembuh 165.606. Di Indonesia, data terakhir tanggal 30 Maret, sudah ditemukan 1.414 kasus positif yang tersebar di 31 propinsi. Kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 8,9 persen atau129 orang.

 

Mengapa virus ini begitu menakutkan? Berikut ini ini penjelasan lengkap tentang apa itu coronavirus, Covid-19, gejala dan pencegahannya!

 

Baca juga: COVID-19 Akan Hilang di Musim Panas, Hanya Mitos. Masih ada 9 Mitos Lainnya!

 

Apa itu Coronavirus dan Covid-19?

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang umumnya menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan dengan gejala ringan hingga sedang. Virus corona sendiri sudah ditemukan sejak lama, dan ia adalah virus yang menginfeksi hewan. Coronavirus jarang menginfeksi manusia.

 

Namun coronavirus bersifat zoonotik, yang berarti virus ini dapat secara alami ditularkan dari hewan ke manusia. Contohnya saat terjadi pandemi Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), tahun 2003 dan 2002 lalu. Virus penyebab SARS berasal dari musang yang kemudian ditularkan ke manusia.

 

Di akhir tahun 2019, seperti kita semua ketahui dan alami saat ini, muncul kasus coronavirus jenis baru (novel coronavirus) yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina. Virus ini menyebabkan gejala mirip pneumonia. Dalam waktu singkat coronavirus baru yang kemudian diberi nama Covid-19 ini menyebar ke seluruh dunia menjadi pandemi.

 

Jadi sampai saat ini sudah ada tujuh coronavirus yang diidentifikasi. Tidak semuanya bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan gejala, bahkan hingga kematian. Empat jenis coronavirus hanya bersirkulasi dalam tubuh hewan. Inilah ketujuh jenis coronavirus yang sudah diidentifikasi tersebut:

  • HCoV-229E.
  • HCoV-OC43.
  • HCoV-NL63.
  • HCoV-HKU1.
  • SARS-COV (penyebab SARS)
  • MERS-COV (penyebab MERS-COV di Timur Tengah)
  • COVID-19, atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan wabah pneumonia di kota Wuhan, Cina pada Desember 2019, dan menyebar ke negara lainnya hingga saat ini (Maret 2020).

 

Baca juga: Mengenal Fenomena “Superspreader” dalam Penularan Coronavirus

 

Gejala dan Diagnosis Coronavirus

Pada dasarnya coronavirus jenis apapun dapat menyebabkan infeksi saluran napas akut (ISPA). Namun beberapa jenis virus termasuk coronavirus jenis baru (Covid-19) ini, bisa berkembang sangat cepat dan menyebabkan pneumonia.

 

Dari enam jenis human coronavirus yang sudah diketahui, hanya dua jenis yang dapat menyebabkan penyakit dengan tingkat yang lebih parah, sedangkan empat lainnya lebih umum dijumpai. Coronavirus umum yang sering menginfeksi manusia adalah tipe 229E, NL63, OC43, dan HKU1. Coronavirus ini menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang bersifat ringan hingga sedang, seperti flu pada umumnya.

 

Gejala yang sering dirasakan adalah sakit kepala, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan demam. Namun, pada orang dengan kondisi tertentu, seperti orang yang memiliki sistem imun lemah atau mengalami penyakit kardiopulmonari, infeksi coronavirus umum dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, seperti pneumonia atau bronkitis.

 

Dua jenis coronavirus lainnya adalah penyebab penyakit SARS dan MERS. Penyakit ini memiliki gejala yang lebih parah dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi coronavirus umum. Penyakit SARS memiliki gejala seperti demam, meriang, rasa sakit pada beberapa bagian tubuh, dan pada akhirnya berkembang menjadi pneumonia.

 

Sampai saat ini sejak tahun 2004, tidak pernah lagi ada laporan seseorang yang mengalami penyakit SARS. Sedangkan gejala penyakit MERS antara lain demam, batuk, dan kesulitan bernafas yang pada akhirnya berkembang menjadi pneumonia. Sekitar 3 atau 4 dari 10 orang yang terinfeksi MERS meninggal dunia.

 

Sedangkan gejala umum Covid-19 adalah demam, batuk, dan disertai sesak napas. Sesak napas adalah gejala yang khas, dan sebagian kecil pasien juga mengalami diare. Infeksi virus corona baru ini sangat cepat menyebabkan penumonia, dan menjadi fatal terutama pada orang dengan kekebalan tubuh rendah, dan memiliki komorbid penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit paru lainnya. 

 

Diagnosa Covid-19, ditegakkan dengan melakukan tes dahak, yakni mengambil sampel dari tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya yang dicurigai disebabkan oleh Covid-19. Sampel spesimen dari saluran pernafasan atau serum darah kemudian diuji di laboratorium (tes PCR) sehingga keberadaan coronavirus dapat terdeteksi.

 

Karena jumlah suspect atau orang yang dicurigai terinfeksi sangat banyak, maka beberapa negara melakukan Rapid-test Covid-19s dengan menggunakan sampel darah. Hasilnya bisa diketahui dalam waktu 3 jam saja, dibandingkan tes laboratorium atau uji DNA virus yang hasilnya baru dikeathu dalam hitungan hari. Namun di Indonesia, jika hasil tes cepat menunjukkan positif, hasilnya akan tetap dikonfirmasi melalui tes PCR.

 

Baca juga: Apa itu Rapid Test COVID-19? Ini yang Perlu Kamu Tahu!

 

Penularan Covid-19

Human coronavirus umumnya ditularkan dari pasien yang terinfeksi ke orang-orang di sekitarnya melalui:

  • Percikan dahak pada saat batuk atau bersin
  • Kontak langsung seperti bersentuhan atau berjabat tangan
  • Menyentuh suatu benda atau permukaan yang mengandung virus tersebut, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan
  • kontaminasi melalui feses (sangat jarang)

 

Siapa Berisiko Tertular Covid-19?

Virus memang bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Namun virus dapat menyebabkan gejala lebih berat pada kelompok tertentu. Sebuah studi yang diterbitkan di The Journal of American Medical Association (JAMA) yang meneliti sekitar 45.000 kasus pertama di Cina menemukan bahwa 80% kasus yang dilaporkan memiliki gejala ringan. Hanya 20% kasus coronavirus memiliki gejala sedang, berat, bahkan dalam kondisi kritis, termasuk sulit bernapas, radang paru-paru, dan kegagalan organ. 

 

Bagaimana dengan bayi dan anak-anak? Covid-19 nampaknya “tidak suka” dengan anak-anak. Buktinya, dari laporan di jurnal JAMA, hanya 1% infeksi coronavirus di Cina yang menjangkit anak usia 1-9 tahun, dan tidak ada kematian. Begitu pula pada anak usia 10-19 tahun, juga hanya 1%.

 

Kematian akibat coronavirus paling tinggi dialami pasien usia di atas 70-80 tahun. Sebanyak 8% pasien coronavirus yang berusia 70-an, berakhir dengan kematian. Kematian bahkan mencapai 15% pada mereka yang berusia di atas 80 tahun.

 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, selain usia tua, coronavirus juga menunjukkan kefatalan lebih tinggi pada pria daripada wanita. Pria yang terinfeksi coronavirus juga berisiko dua kali lebih tinggi meninggal ddaripada wanita yang terinfeksi.

 

Orang dengan masalah jantung, diabetes, atau penyakit paru-paru seperti PPOK juga berisiko lebih tinggi mengalami kematian akibat coronavirus. Menurut dr. Jeanne Marrazzo, direktur penyakit infeksi di University of Alabama di Birmingham School of Medicine, Covid-19 dan penumonia karena virus cenderung memiliki gejala lebih buruk pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.

 

Baca juga: Langkah-langkah Pencegahan Coronavirus pada Penyandang Diabetes

 

Pencegahan Penuaran Covid-19

Saat ini, belum ditemukan vaksin yang dapat melindungi manusia dari infeksi coronavirus. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terinfeksi coronavirus, seperti:

 

1. Melakukan Physical distancing

Pemerintah menganjurkan kita saat ini melakukan physical distancing, atau jaga jarak fisik dengan orang lain, mengingat semakin banyak jumlah korban. caranya adalah dengan diam di rumah, menghindari kontak langsung dengan orang lain.

 

2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Cuci tangan merupakan salah satu kebiasaan baik untuk menjaga kesehatan personal. Cuci tangan disarankan menggunakan air dan sabun, atau dengan hand sanitizer yang mengandung alcohol minimal 60%.

 

Cuci tangan disarankan dilakukan pada saat sebelum makan, sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan, setelah dari kamar mandi, setelah kontak dan menemani orang sakit, setelah kontak dengan binatang, serta setelah batuk dan bersin.  Selain itu bersihkan benda-benda atau permukaan di sekitar kita menggunakan desinfektan.

 

3. Pakai masker jika sedang sakit 

Jika sedang mengalami sakit, khususnya masalah pernapasan, menggunakan masker dapat menurunkan risiko menularkan infeksi tersebut kepada orang lain di sekitar kita. Pastikan Kamu menggunakan masker dengan benar dan tidak terbalik. Kamu bisa menggunakan masker bedah yang mudah didapatkan di publik. Berikan jarak sekitar 1 meter dengan orang lain pada saat sakit, untuk menurunkan risiko tertular infeksi pernapasan tersebut.

 

4. Etika batuk dan bersin

Lakukan etika batuk dan bersin dengan cara menutup mulut dan hidung dengan lipatan siku, bukan dengan telapak tangan. Jika mengguankan tisu, segera buang tisu ke tempat sampah dan cuci tangan.  

 

Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik yang perlu dilakukan untuk mengatasi infeksi Covid-19. Sebagian besar orang yang terinfeksi dapat sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Namun, meksipun tidak bergejala, mereka tetap bisa menularkan ke orang lain. Maka jika Kamu mengalami gejala demam, batuk dan sesak napas, dan ada riwayat kontak dengan orang yang positif, atau baru menghadiri kerumunan massa, segera cek ke dokter.

 

Baca juga: Cara Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Si Kecil Selama COVID-19

 

 

 

Sumber:

NBCnews.com. China reports first death from outbreak of mystery virus

CDC.gov. Coronavirus.

WHO.int. Coronavirus. 

Worldometres.info. Update coronavirus