Bukan menjadi rahasia lagi bahwa narkoba kerap dikatakan dekat dengan kehidupan selebriti tanah air maupun mancanegara. Pada awal tahun 2018, berita tanah air dibuka dengan kasus tertangkapnya Jennifer Dunn alias JeDun di kediamannya pada 31 Desember 2017. Ia ditangkap terkait kasus narkoba, dengan barang bukti sabu-sabu yang akan dibeli dari seorang bandar berinisial FS. Jennifer terbukti bersalah, karena hasil tes urine menunjukkan ia positif memakai narkoba.

 

Tidak hanya Jennifer yang terciduk polisi, aktor papan atas Tio Pakusadewo juga ditangkap di kediamannya pada 19 Desember 2017 dengan kasus yang serupa. Tio yang sebelumnya pernah menggunakan sabu sempat berhenti, namun menggunakannya lagi. Ia mengaku memakai sabu-sabu karena kakinya sakit.

 

Dilansir dari detik.com, ternyata Tio sudah menggunakan sabu-sabu selama 10 tahun dan menjadi pecandu. Lalu apa sebenarnya kandungan dalam sabu? Mengapa seseorang sampai bisa kecanduan? Yuk, simak liputannya!

Baca juga: Sebelum Kasus Sabu, Jennifer Dunn Pernah Dipenjara Akibat Ekstasi dan Happy V!

 

Apa itu Sabu-sabu?

Metamfetamina, disingkat met dan dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu (shabu-shabu) atau cystal meth, merupakan salah satu jenis narkotika yang berbahaya. Ini mengandung psikotropika yang kuat, sehingga bersifat sangat adiktif. Narkotika ini berbentuk putih, tidak berbau, pahit dan menyerupai kristal. Sebelum digunakan sebagai narkoba, sabu-sabu dulunya diciptakan sebagai stimulan.

 

Kemudian ada sekelompok orang yang menyalahgunakan sabu untuk bersenang-senang, sehingga berubah menjadi stimulan yang dapat merusak tubuh secara sistematis. Sabu sangat berbahaya dan keras, karena dapat menyebabkan masalah jantung, seperti mempercepat denyut jantung, denyut jantung tidak teratur, dan meningkatkan tekanan darah.

 

Dilansir dari duniabebasnarkoba.org, seseorang yang memakai sabu biasanya memiliki 3 tingkatan kategori penyalahgunaan,yaitu:

 

1. Penyalahgunaan Sabu Intensitas Rendah

Pemakaian dengan cara menelan atau menghirup sabu. Pengguna biasanya menginginkan tambahan stimulasi agar bisa terus terjaga. Hal ini biasanya digunakan bagi pengguna yang ingin menyelesaikan tugas dengan cepat. Selain itu, banyak yang menyalahgunakan sabu untuk diet.Namun bukannya kurus, stimulan ini malah merusak tubuh.

 

2. Pesta Penyalahgunaan Sabu

Pelaku mengisap atau menyuntikkan sabu dengan jarum suntik. Hal ini memungkinkan pengguna mendapatkan efek yang lebih kuat dan menjadi 'sangat bersemangat'. Kondisi tersebut merupakan gejala dari pengguna yang sudah ketergantungan secara psikologis. Jika sudah mengalami kondisi ini, biasanya pengguna lebih berisiko kecanduan dan menggunakan sabu dengan intensitas tinggi.

 

3. Penyalahgunaan Sabu Intensitas Tinggi

Pengguna sabu intensitas tinggi biasanya sering dijuluki ‘speed freaks’. Jika pengguna sudah merasa tidak sadar atau high, biasanya pengguna akan menambah dosis sabu yang digunakan. Pada tahap ini, pengguna sudah menjadi kecanduan, karena ingin merasakan efek yang lebih dan lebih lagi dari yang ia rasakan sebelumnya.

 

Jika pengguna sabu sudah dalam tahap overdosis (OD), sabu dapat menyebabkan kejang-kejang, peningkatan suhu tubuh, hingga kematian. Namun pecandu narkoba yang tiba-tiba tidak menggunakannya lagi, baik karena tidak memiliki akses untuk mendapatkannya atau dalam proses berhenti, biasanya mengalami fase sakau.

Baca juga: Narkoba, Dapat Membuat Sakau Hingga Merusak Otak!