Kepergian kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, yang sangat mendadak meninggalkan duka bagi banyak orang. Pemain bola berusia 38 tahun tersebut meninggal setelah bertabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, dalam pertandingan melawan Semen Padang, Minggu 16 Oktober 2017.

 

Tim dokter mengatakan, Choirul Huda mengalami cedera trauma dada, leher, dan kepala. Ketika dibawa ke rumah sakit, dokter langsung berusaha untuk menyelamatkannya menggunakan pompa jantung dan otak. Namun, tidak ada respons dari penjaga gawang tersebut. Bagaimana trauma pada dada dan otak bisa menyebabkan kematian? Berikut penjelasannya.

Baca juga: 11 Kebiasaan Sehari-Hari yang Bisa Merusak Otak

 

Dampak Trauma Dada pada Tubuh

Menurut situs kesehatan Merck Manual, trauma dada disebabkan oleh cedera tumpul pada dada, yang melukai otot jantung hingga merobek dinding jantung atau merusak katup jantung. Kalau jantung mengalami cedera parah, pasien sering kali meninggal sebelum bisa ditolong. Banyak juga yang tidak bisa bertahan lama meski sudah menerima pertolongan.

 

Cedera pada otot jantung bisa merusak ritmik normal detak jantung, membuat detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Robekan pada dinding jantung sering kali menyebabkan perdarahan fatal. Namun, perdarahan kecil di sekitar jantung biasanya masih bisa diobati. Sementara itu, katup jantung yang rusak bisa menyebabkan gagal jantung.

 

Gejala Trauma Dada dan Jantung

Gejala trauma pada dada dan jantung beragam. Namun, biasanya gejala awal yang dirasakan penderita setelah terjadi trauma pada dada dan jantung ialah jantung akan berdegup kencang dan cepat, kehilangan napas, serta tekanan darah menjadi sangat rendah.

 

Pada beberapa kasus, penderita merasakan sakit dada dan muncul memar di bagian dada atau tulang rusuk. Beberapa orang juga akan merasakan gejala syok. Kulit penderita menjadi berkeringat, dingin, dan membiru. Tekanan darah juga akan menurun hingga menjadi sangat rendah.

 

Penderita yang mengalami ritme detak jantung tidak normal (terlalu cepat, terlalu lambat, ataupun tidak beraturan) harus segera dibawa ke rumah sakit, agar ritme jantungnya bisa dimonitor oleh dokter. Penderita yang mengalami kerusakan pada katup jantung atau robekan pada dinding jantung harus segera dioperasi.

 

Dokter biasanya akan melakukan ECG (electrocardiogram) untuk mengecek ritme jantung yang tidak normal pada penderita trauma dada dan jantung. Terkadang, dokter juga akan melakukan pengecekan darah.

 

Echocardiography sebagai alat untuk menilai fungsi dan 0anatomi jantung umumnya juga akan digunakan oleh dokter. Dengan echocardiography, dokter akan memeriksa ketidaknormalan gerak dinding jantung. Alat ini juga digunakan untuk melihat darah atau cairan di sekitar jantung, retakan di dinding jantung, dan kerusakan pada katup jantung.

Baca juga: Penyebab dan Cara Menyembuhkan Cedera Hamstring

 

Trauma dan Cedera pada Kepala dan Leher 

Pada umumnya, ada beberapa mekanisme terjadinya trauma pada kepala. Yang pertama, benturan yang merusak otak secara langsung. Kedua, benturan yang menyebabkan reaksi radang (inflamasi) hebat, hingga merusak otak. Lalu yang ketiga adalah peningkatan volume darah di dalam rongga otak.

 

Namun di antara semuanya, menurut The Brain Injury Law Group, cedera dan trauma pada leher dan kepala bagian belakang sangat riskan terjadi. Pasalnya, di dalam leher terdapat sum-sum tulang belakang. Bagian tubuh tersebut tersambung ke batang otak, yang merupakan pusat semua organ vital, denyut jantung, dan napas.

 

Risiko terbesar dari trauma pada leher dan kepala adalah risiko herniasi pada korteks serebral di dalam batang otak. Kondisi tersebut bisa menyebabkan kompresi batang otak dan mengganggu sistem saraf. Sistem saraf adalah sistem yang mengontrol detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Oleh sebab itu, trauma yang merusak batang otak bisa langsung menyebabkan kematian.

 

Selain itu, daerah leher adalah salah satu jalan napas. Benturan atau cedera yang menyebabkan tulang leher luka bahkan patah akan menyebabkan jalan pernapasan terganggu. Kondisi ini bisa menyebabkan kematian semakin cepat.

Baca juga: Pemicu Serangan Jantung yang Tidak Disangka

 

Sesuai dengan keterangan dokter, Choirul Huda mengalami trauma pada dada dan leher yang kemungkinan besar memengaruhi jantung dan sum-sum tulang belakangnya. Oleh sebab itu, kemungkinan besar tewasnya kiper berusia 38 tahun tersebut diakibatkan oleh salah satu dari kondisi yang sudah dijelaskan di atas.

 

Ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati lagi ketika sedang berolahraga. Hindari tubrukan terlalu keras dengan sesama pemain. Jika salah satu rekan Kamu cedera, jangan panik dan segera berikan bantuan medis. (UH/AS)