Salah satu privilege yang dapat dinikmati para wanita bekerja di Indonesia adalah peraturan pemerintah terkait cuti dibayar (paid leave) bagi ibu yang melahirkan selama 3 bulan lamanya.

 

Sementara di banyak negara, cuti yang diberikan tidak disertai pembayaran upah atau durasinya kurang dari 3 bulan. Meski begitu, ada pula negara-negara maju yang memberikan cuti melahirkan hingga 6 bulan lamanya.

 

Kembali bekerja setelah cuti melahirkan membutuhkan berbagai persiapan, baik fisik maupun mental. Bagi saya yang pernah mengalami masa-masa itu, ada 2 hal yang disiapkan. Pertama, sebagai ibu yang sebentar lagi akan meninggalkan anaknya untuk bekerja. Kedua, sebagai karyawan yang akan kembali berkontribusi setelah cuti.

 

Baca juga: Belajar dari Film Tully, Jangan Remehkan Gangguan Mental Pasca-melahirkan!

 

Yang kedua ini terkadang dilupakan oleh sebagian wanita bekerja karena fokus persiapan tercurah pada urusan bayi dan keluarga. Padahal di dunia kerja yang kompetitif, setelah 3 bulan meninggalkan kantor kita tetap harus membuktikan kapabilitas dan profesionalitas untuk catch up dengan dinamika pekerjaan. Jangan sampai tertinggal di belakang. 

 

Untuk mengakomodasi kebutuhan, baik sebagai ibu maupun wanita bekerja, ini dia persiapan yang perlu Mums lakukan sebelum kembali bekerja setelah cuti melahirkan!

 

Siapkan Rencana Cadangan

Perencanaan pengasuhan anak pastinya sudah harus Mums pikirkan sejak jauh-jauh hari, bahkan sebelum sang Buah Hati lahir. Entah itu dengan mempekerjakan asisten rumah tangga, meminta tolong kepada ibu, mertua, ataupun saudara lain, maupun menitipkan si Kecil di daycare.

 

Apapun rencana pengasuhan yang sudah Mums rancang, selalu siapakan juga rencana B alias rencana cadangan. Pasalnya, bukan tidak mungkin terjadi hal-hal di luar perencanaan matang kita. Apalagi ini menyangkut pengasuhan anak selama ditinggal bekerja, tentu saja harus ada back up plan yang mumpuni.

 

Saya sendiri sudah mempekerjakan seorang ART sejak bayi saya lahir. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga ia mengundurkan diri tepat seminggu sebelum saya kembali bekerja karena alasan keluarga.

 

Tentu saja saat itu saya panik sekali. Namun, untungnya saya dan suami sudah melakukan survei ke beberapa daycare di sekitar rumah. Jadi saat rencana A tidak berjalan dengan baik, kita langsung punya rencana B yang dapat diterapkan.

 

Baca juga: Mums, Ini Tipsnya Merawat Diri Setelah Melahirkan Normal

 

Persiapkan Sarana dan Prasarana untuk Pumping ASI

Bekerja bukanlah halangan bagi seorang ibu untuk tetap memberikan ASI kepada buah hatinya. Dewasa ini, sudah tersedia berbagai peralatan yang dapat memudahkan Mums untuk pumping ASI di kantor sebagai bekal buat si Kecil saat ditinggal bekerja.

 

Mulai dari pompa ASI elektrik maupun manual, cooler bag untuk membawa ASI, hingga pakaian menyusui dengan desain yang cantik, sebaiknya semua ini sudah Mums persiapkan sebelum kembali bekerja.

 

Selain peralatan, Mums juga harus memikirkan sarana pumping ASI di kantor. Beberapa perkantoran sudah memiliki mother’s room yang dapat digunakan bagi para ibu menyusui untuk pumping ASI selama bekerja.

 

Namun, banyak juga tempat kerja yang belum menyediakannya. Jika begitu, Mums harus berkoordinasi dengan rekan kerja untuk menentukan tempat yang cukup nyaman untuk pumping. Waktu pumping juga sebaiknya dikomunikasikan dengan rekan kerja dan atasan, agar mereka tidak bingung kenapa setiap beberapa jam sekali Mums ‘menghilang’.

 

Saya dahulu selalu berusaha pumping tepat waktu meskipun pekerjaan menggunung. Namun, saya juga tidak menjadikan hal ini sebagai alasan untuk lamban bekerja. Salah satu solusi yang saya lakukan adalah menggunakan bra khusus yang dapat ‘menopang’ alat pompa ASI, sehingga tangan tetap bebas melakukan pekerjaan lain. Lumayan, sembari pumping saya tetap bisa menulis laporan kerja!

 

Membuka Kembali Catatan Pekerjaan

Tiga bulan berkutat hanya dengan bayi dan urusan rumah tangga kadang membuat kita lupa detail-detail pekerjaan. Untuk saya yang bekerja di dunia kesehatan, 3 bulan cukup membuat saya lupa dosis beberapa obat.

 

Agar fresh saat kembali bekerja, tidak ada salahnya Mums meluangkan waktu sejenak untuk membuka kembali catatan atau diary pekerjaan sesaat sebelum masuk kerja. Hal ini akan cukup membantu Mums mengingat kembali detail pekerjaan, terutama yang sifatnya cukup teknis.

 

Baca juga: Kapan Ya Perut Bisa Kembali Rata Setelah Melahirkan?

 

Mencari Informasi Perkembangan yang Terjadi di Tempat Kerja

Dunia kerja adalah dunia yang dinamis. Selama 3 bulan kita cuti melahirkan, tentu ada hal-hal baru yang terjadi. Agar tetap update, tidak ada salahnya Mums mencari tahu informasi dari rekan kerja, membuka e-mail kerja, atau mulai aktif kembali memantau grup media sosial kantor seperti WhatsApp. Hal ini untuk memudahkan Mums catch up dengan kebijakan ataupun hal baru di kantor pada saat kembali bekerja.

 

Memantapkan Hati untuk Kembali ke Rutinitas Pekerjaan

Last but not least, setelah semua persiapan di atas, hal terpenting adalah memantapkan hati Mums untuk menjalani peran ganda sebagai ibu dan wanita bekerja. Bagi saya yang saat itu baru menjadi ibu, hal ini cukup sulit dilakukan.

 

Saya ingat sekali, hari pertama masuk kantor, saya menangis diam-diam di kubikel pada tengah hari karena teringat anak di rumah. Namun, kita harus memberikan afirmasi positif bagi diri sendiri. Alih-alih menyalahkan diri sendiri karena meninggalkan anak di rumah, saya mengubah mindset, "Saya harus bekerja dengan sepenuh hati, efisien, efektif, serta memberikan yang terbaik, karena saya sudah meninggalkan anak di rumah untuk melakukan ini semua."

 

Dengan pendekatan ini, saya selalu jauh dari rasa bersalah. Malahan, saya dapat bekerja dengan lebih efektif karena ingin pulang ke rumah tepat waktu dan tidak membawa pekerjaan pulang ke rumah. Jadi, saya dapat bermain bersama anak.

 

Saat-saat kembali bekerja setelah sekian lama cuti melahirkan memang tidaklah mudah untuk dilalui. Pasalnya, kita harus membiasakan diri dengan ritme hidup yang baru. Lima hal di atas dapat Mums coba agar siap lahir batin kembali bekerja dan menjalankan peran sebagai ibu maupun wanita bekerja.

 

Jangan lupa untuk selalu meminta dukungan dari suami tersayang ya, Mums! Sebab kerja sama antara ayah dan ibu bekerja sangatlah dibutuhkan agar anak tetap mendapatkan yang terbaik. (AS)

 

Baca juga: 6 Kesalahan yang Sering Dilakukan Ibu Baru Setelah Melahirkan

 

Cuti Melahirkan untuk Ayah - GueSehat.com