Kafein dapat ditemukan dalam sejumlah tumbuhan, termasuk biji kopi, daun teh, hingga kulit dari biji cokelat. Saat kafein digemari oleh sebagian orang, sebagian lainnya justru alergi. Apakah alergi kafein itu? Dikutip dari MedicalNewsToday, berikut penjelasannya!

                          

Tidak Semua Bisa Minum Kopi

Kafein merupakan stimulan alami yang memengaruhi otak dan sistem saraf pusat. Hal ini membuat orang menjadi terjaga dan fokus setelah mengonsumsinya. Karenanya, banyak orang yang minum kopi agar mereka lebih produktif.

 

Kebanyakan orang aman mengonsumsi kafein hingga 400 mg sehari. Ukuran tersebut setara dengan 4 cangkir kopi. Meski begitu, beberapa orang justru sensitif terhadap kafein dan dapat mengalami hal-hal berikut:

  • Jantung berdebar.
  • Gelisah.
  • Sakit kepala.
  • Sulit tidur.
  • Sakit perut.
Baca juga: Pengobatan Mandiri sebagai Cara Mengatasi Alergi

 

Apa yang Terjadi saat Mengonsumsi Kafein?

Kafein akan diserap ke dalam aliran darah dari usus dan memengaruhi cara kerja organ. Di otak, kafein mencegah efek kantuk. Kafein memang dapat meningkatkan adrenalin dalam darah, yang membuat tubuh dan otak tetap terjaga.

 

Namun, saat seseorang mengonsumsi kafein, tubuhnya bisa menghasilkan istamin yang disebut sebagai immunoglobin E. Antibodi ini meminta sel-sel melepaskan istamin dan mengeluarkan molekul yang dianggap berbahaya. Hal tersebut menyebabkan gejala dari alergi, seperti peradangan, gatal-gatal, dan bengkak.

 

Gejala Alergi Kafein

Gejala-gejala alergi kafein meliputi:

  • Gatal-gatal, timbul ruam dengan banyaknya bentol-bentol merah.
  • Lidah dan bibir yang bengkak.
  • Mulut, bibir, dan lidah yang terasa gatal.

 

Jika seseorang memiliki alergi kafein, gejala-gejala di atas biasanya akan muncul dalam jangka waktu 1 jam setelah mengonsumsi kafein. Berdasarkan penelitian tahun 2015, beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi yang parah, seperti anaphylaxis.

 

Anaphylaxis merupakan reaksi alergi yang menyerang lebih dari 1 fungsi organ tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Namun, kasus tersebut jarang sekali terjadi. Gejala dari anaphylaxis di antaranya:

  • Pembengkakan yang parah di bagian wajah, seperti mata, bibir, wajah, hingga lidah.
  • Kesulitan bernapas akibat dari pembengkakan pada wajah.
  • Kesulitan dalam berbicara.
  • Batuk-batuk.
  • Detak jantung yang cepat.
  • Pusing.

 

 

Diagnosis

Sama seperti alergi lainnya, dokter akan melakukan tes kulit untuk mendiagnosis alergi kafein. Dokter akan menempatkan alergen (hal yang menyebabkan alergi) pada tangan pasien dan melihat reaksi yang terjadi pada kulit. Jika timbul ruam, hal ini dapat menjadi pertanda kalau seseorang memiliki alergi.

Baca juga: Ups, Aku Punya Alergi Makanan!

 

Penanganan

Jika seseorang mengalami gejala setelah mengonsumsi kafein, minum obat antihistamin mungkin dapat mengurangi gejala seperti gatal ataupun bengkak. Jika terjadi anaphylaxis, butuh tindakan medis dari dokter dan segera hubungi instalasi gawat darurat rumah sakit terdekat.

 

Pencegahan

Saat seseorang memiliki alergi kafein, cara terbaik untuk mencegah gejalanya timbul ialah dengan menghindari atau tidak mengonsumsi hal-hal yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, cokelat, ataupun minuman berenergi. Agar tahu makanan atau minuman apa saja yang mengandung kafein, bacalah label pada kemasan terlebih dahulu.

Baca juga: 7 Mitos dan Fakta Seputar Alergi Makanan

 

Banyak orang percaya kalau kafein dapat membuat terjaga dan fokus. Hal ini membuat banyak orang merasa ketergantungan dengan kafein. Mereka bahkan tidak dapat menghentikan konsumsi kafein meski mengalami gejala alergi.

 

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menggantikan ketergantungan pada kafein di antaranya jangan terlalu sering melihat layar, berjalan-jalanlah sebentar saat Kamu mengantuk, minum banyak air, dan konsumsilah makanan yang sehat. (TI/AS)