Disabilitas belajar adalah gangguan yang memengaruhi cara seseorang menerima dan memproses informasi. Gangguan ini biasanya ditemukan sejak dini, tepatnya di masa kanak-kanak. Penderita disabilitas belajar umumnya mengalami gangguan dalam membaca, menulis, menghitung, dan memahami penjelasan dari orang lain. 

 

Menurut ahli, disabilitas belajar tidak ada kaitannya dengan seberapa pintar seseorang. Mereka meyakini bahwa anak yang memiliki disabilitas belajar hanya melihat, mendengar, atau memahami segala hal secara berbeda dengan anak pada umumnya. Hal tersebut kadankala menyulitkan mereka dalam beraktivitas sehari-hari, terutama saat sedang belajar di sekolah bersama teman-temannya.

 

Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan supaya penyandang disabilitas belajar bisa lebih mudah dalam beraktivitas dan mengatasi perbedaan mereka dengan anak lain pada umumnya. Supaya Mums tahu lebih jauh tentang disabilitas belajar, yuk simak penjelasan lengkap ini!

 

Baca juga: 7 Hal yang Bisa Dipelajari dari Penyandang Disabilitas
 

Jenis-Jenis Disabilitas Belajar

Pada umumnya, ada beragam jenis disabilitas belajar. Masing-masing jenis disabilitas belajar juga memiliki dampak yang berbeda-beda. Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih jauh, penting untuk mengetahui bahwa Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas pada anak atau ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan gangguan spektrum autisme (GSA) bukan termasuk disabilitas belajar.

 

Lalu, apa saja yang termasuk disabilitas belajar? Beberapa diantaranya adalah:

 

Dispraksia

Gangguan ini menyerang kemampuan motorik yang berfungsi mengatur pergerakan dan koordinasi. Anak dengan dispraksia biasanya sering menabrak saat berjalan atau sulit melakukan hal-hal sederhana, misalnya mengikat tali sepatu. Seiring dengan pertumbuhannya, anak tersebut juga bisa mengalami kesulitan saat menulis. Masalah lain yang sering dialami penderita dispraksia adalah  gangguan bicara, sensitif terhadap cahaya, sentuhan, rasa, dan bau, serta gangguan pergerakan mata. 

 

Disleksia

Gangguan ini memengaruhi cara anak dalam memproses atau mencerna bahasa. Disleksia menyebabkan penderitanya sulit membaca dan menulis. Gangguan ini juga bisa menyebabkan seorang anak sulit menyusun kata-kata dengan benar. Anak-anak dengan disleksia seringkali sulit mengeskpresikan diri secara verbal. 

 

Disgrafia

Disgrafia mengganggu kemampuan anak dalam menulis. Penderita disgrafia juga umumnya mengalami beberapa masalah, seperti tulisan tangan yang tidak terbaca, berbicara tidak jelas, dan sulit menuliskan apa yang ia pikirkan. 

 

Diskalkulia

Diskalkulia memengaruhi kemampuan anak dalam berhitung. Gangguan ini memiliki banyak bentuk dengan gejala yang berbeda-beda juga. Anak dengan diskalkulia umumnya kesulitan menghitung dan menghafal angka. Saat usia sekolah,  anak menjadi sulit memecahkan soal-soal matematika atau menghafal data dalam angka.

 

Auditory Processing Disorder

Penyakit yang biasa disebut gangguan proses mendengar ini memengaruhi cara otak dalam memproses suara yang didengar. Gangguan ini bukan disebabkan oleh kerusakan pada pendengaran. Penderita gangguan proses mendengar juga seringkali sulit membaca, membedakan suara, memahami penjelasan dalam bentuk suara, dan mengingat hal-hal yang sudah ia dengar.

 

Visual Processing Disorder

Penyakit yang biasa disebut gangguan proses melihat ini  memengaruhi cara anak dalam mencerna informasi secara visual. Penderita gangguan proses melihat sulit membaca atau membedakan dua objek yang mirip. Penderita gangguan proses melihat juga memiliki masalah dalam koordinasi tangan dan mata.

 

Baca juga: Paralimpik Mengubah Persepsi Terhadap Penyandang Disabilitas
 

Bisa Didiagnosis Sejak Awal 

Disabilitas belajar memang sulit untuk didiagnosis, terutama karena tidak adanya daftar gejala yang tepat dan jelas. Selain itu, banyak pula anak yang menutupi masalah yang mereka alami. Orang tua juga sulit untuk mendeteksinya, karena umumnya anak hanya mengeluh tentang pekerjaan rumahnya atau rewel tidak mau ke sekolah. 

Namun, sebagai orang tua, Mums bisa mendeteksi sejumlah gejalanya, seperti:

  • Antusiasme rendah saat belajar membaca atau menulis
  • Kesulitan menghafal pelajaran
  • Lambat dalam beraktivitas
  • Sulit mengikuti pengarahan
  • Sulit fokus
  • Sulit memahami hal-hal baru
  • Kemampuan sosial rendah
  • Hiperaktif

 

Kalau Mums curiga anak memiliki gangguan belajar, coba konsultasikan dengan dokter atau gurunya untuk menentukan perlu dilakukan pemeriksaan lebih jauh. Diagnosis yang tepat bisa jadi melibatkan beberapa ahli atau spesialis seperti terapis psikologi klinis,  terapis psikologi perkembangan, atau terapis bicara dan bahasa, tergantung dengan masalah yang dialami anak. 

 

 

 

Bisakah Kembali Normal? 

Pendidikan khusus adalah pengobatan yang paling umum untuk disabilitas belajar. Pendidikan yang dimaksud bisa berupa sekolah khusus atau terapi. Biasanya, setelah gangguan pada anak Mums terdiagnosis, ahli atau dokter akan merekomendasikan tempat yang menyediakan program pendidikan atau terapi yang sesuai dengan masalahnya.

 

Dalam pendidikan khsusus atau terapi tersebut, anak bisa membangun kekuatan dan kepercayaan diri, serta belajar mengatasi kekurangannya. Jadi, Mums tidak perlu khawatir tentang masa depannya. 

 

Baca juga: Ciri-ciri Anak Alami Gangguan Mental
 

Jangan buru-buru menganggap anak Mums tidak pintar ya Mums jika si Kecil menalami disabilitas belajar. Setiap orang tua pasti merasa khawatir jika anaknya mengalami gangguan tertentu. Namun, disabilitas belajar bukanlah halangan bagi anak untuk mencapai masa depan yang cerah. Dengan pengobatan yang tepat, anak penderita disabilitas belajar tetap bisa berakitivitas seperti biasa dan mengatasi tantangan di dalam hidupnya. (UH/AY)