Pembukaan sudah lengkap dan kontraksi kian intens, tapi Mums belum boleh mengejan? Jangan keburu emosi dulu, ya. Inilah beberapa alasannya.

 

Kapan Bisa Mulai Mengejan?

Seperti yang diketahui, persalinan pervaginam memiliki beberapa tahap hingga akhirnya sampai di fase kedua, yaitu mengejan. Tahap mengejan terjadi setelah leher rahim (serviks) berukuran 10 sentimeter dan benar-benar melebar, sehingga menjadi sebuah lorong yang mulus untuk menjadi jalan lahir bayi.

 

Namun perlu Mums ketahui, mengejan tidak sekadar mendorong bayi keluar. Ada beberapa hal yang perlu Mums ketahui seputar proses mengejan. Di antaranya adalah:

  • Kontraksi bisa saja berkurang atau tak terasa di fase mengejan. Manfaatkanlah waktu ini untuk beristirahat sebelum mendorong kembali. 
  • Durasi mengejan bisa bervariasi berdasarkan posisi dan ukuran bayi, serta kemampuan Mums untuk mengejan dengan kontraksi. Untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan pervaginam, rata-rata lamanya mengejan adalah satu hingga dua jam. Dalam beberapa kasus, mengejan bisa berlangsung lebih lama dari dua jam, jika ibu dan bayi dalam kondisi baik. 
  • Normalnya, bayi lahir dengan wajah menghadap ke punggung ibu (disebut sebagai posisi anterior). Namun, beberapa bayi menghadap ke perut ibu (disebut sebagai posisi posterior). Bayi posterior mungkin memiliki waktu yang lebih sulit melewati panggul, sehingga dapat menyebabkan proses mengejan menjadi lebih sulit atau membutuhkan waktu lebih lama.

 

 

Baca juga: Apa sih, yang Suami Rasakan saat Istrinya Akan Melahirkan?

 

 

 

 

Kapan Mengejan Tidak Disarankan?

Selama tahap kedua persalinan, rahim terus berkontraksi setiap lima menit dan setiap kontraksi berlangsung selama 45 hingga 90 detik. Kontraksi terasa kuat dan bisa disertai dorongan untuk mengejan. Inilah yang membuat fase mengejan menjadi lebih mudah, karena Mums seperti akan mendapatkan kekuatan untuk mendorong bayi keluar.

 

Di sisi lain, dokter akan menginstruksikan Mums untuk tidak mengejan sampai merasakan kontraksi dan mengingatkan Mums untuk tidak menahan napas, karena hal itu dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, yang menyebabkan masalah bagi bayi. 

 

Tak hanya itu, pada beberapa kondisi, Mums bisa saja diinstruksikan untuk berhenti mengejan selama beberapa saat berdasarkan beberapa alasan. Di antaranya adalah:

 

 

  • Jika terjadi kondisi gawat janin (fetal distress)

 

Kondisi ini menandakan bahwa janin kekurangan oksigen (hipoksia), sehingga detak jantung bayi berubah atau turun. Hal ini bisa diketahui karena detak jantung bayi dipantau terus-menerus selama proses persalinan menggunakan USG Doppler. Saat ini terjadi, dokter akan meminta untuk berhenti dan hanya mendorong jika sudah merasakan kontraksi lagi.

 

 

 

Baca juga: Anak Prematur Bisa Tumbuh Sehat dan Cerdas, Ini Buktinya!

 

 

 

 

  • Saat tali pusat melingkari leher bayi

 

Bayi rutin bergerak di dalam rahim, sehingga tali pusat bisa terpelintir dan melilit lehernya. Dokter bisa mendeteksinya lebih awal, dan kondisi ini hampir selalu tidak menjadi masalah, kecuali tali pusat pendek dan kencang saat melahirkan.

 

Terkadang, dokter atau bidan baru mengetahui ada lilitan tali pusat sampai Mums berada di fase mengejan. Padahal, tali pusat yang kencang dapat terjepit, dan menyebabkan bayi kehilangan oksigen. Di sinilah dokter atau bidan akan memberi tahu Mums untuk berhenti mengejan dan bernapas teratur, sehingga tim dokter atau bidan dapat membalikkan bayi dan melepaskan tali pusat dari lehernya.

 

 

  • Jika Mums menggunakan epidural

 

Beberapa ibu boleh saja memilih pengalaman bersalin yang minim sakit dengan menggunakan anestesi lokal seperti epidural. Ini adalah jenis obat yang membuat saraf mati rasa dan sinyal rasa sakit berpindah dari rahim ke otak. Karena itulah, Mums tidak akan merasakan kontraksi apa pun dan sangat bergantung pada instruksi dokter. (IS)

 

 

Baca juga: Siap-siap, 5 Hal Ini Bisa Terjadi saat Mums Melahirkan

 

 

Referensi:

Medicine Net. Not to Push During Labor

Sutter Health. Labor